Istilah Tahun Penuh Duka yang Dialami Nabi Muhammad dan Maknanya
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Tahun penuh duka yang dialami Nabi dikenal dengan istilah Amul Huzni. Momen ini terjadi pada tahun ke-10 kenabian atau 619 masehi. Di tahun tersebut, Nabi Muhammad SAW kehilangan dua orang yang menjadi tulang punggungnya dalam menyiarkan agama Islam, yakni pamannya, Abu Thalib dan sang istri, Siti Khadijah.
Kesedihan Nabi Muhammad SAW bertambah karena kaum Quraisy juga mulai berlaku sewenang-wenang kepadanya. Dalam buku 50 Mutiara Kisah Edukatif Islami (2019), tertulis kisah salah seorang kafir Quraisy yang menaburkan pasir ke kepala Nabi.
Alhasil, beliau pulang dengan kepala yang masih bertaburan pasir. Fatimah, putri Rasulullah, segera membasuh pasir tersebut dari kepala Nabi sambil menangis. Kemudian beliau mengatakan, “Janganlah menangis putriku, sesungguhnya Allah melindungi ayahmu ini.”

Kronologi Tahun Penuh Duka yang Dialami Rasulullah
Menukil buku Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas X (2021), Abu Thalib meninggal karena penyakit keras yang telah menjalar ke seluruh tubuh. Abu Thalib merupakan seseorang yang senantiasa menjadi perisai dan melindungi Nabi Muhammad SAW dengan segala kekuatan dan ketabahan hatinya.
ADVERTISEMENT
Lima minggu setelah kepergian Abu Thalib, Khadijah juga meninggal dunia. Khadijah telah menemani Nabi selama 25 tahun dengan kasih sayang dan dukungannya. Khadijah senantiasa membantu Nabi dalam menyampaikan risalah dan menyumbangkan hartanya untuk berdakwah.

Makna Tahun Penuh Duka bagi Nabi
Allah SWT memanggil Abu Thalib dan Khadijah dari sisi Nabi Muhammad SAW dalam waktu dekat bukan tanpa alasan. Kepergian dua orang tersayang Nabi merupakan perkara yang berhubungan langsung dengan akidah Islam.
Mengutip buku Fikih Sirah (2010), apabila Abu Thalib terus menolong dan membantu dakwah Nabi Muhammad SAW hingga berhasil ditegakkan di Madinah, maka akan muncul tuduhan bahwa aktor utama keberhasilan tersebut adalah Abu Thalib.
Terlebih pada saat itu, Abu Thalib belum mau menyatakan ke-Islamannya di mana itu berisiko memunculkan pemikiran bahwa Nabi menikmati perlindungan dari kalangan musyrik. Dari hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepergian Abu Thalib dan Khadijah menunjukkan dua makna.
ADVERTISEMENT
Makna pertama adalah perlindungan, bantuan, dan kemenangan harus berasal dari Allah SWT. Ketika Allah berjanji akan melindungi Nabi Muhammad SAW dari musuhnya, sudah pasti itu akan ditepati meskipun tidak ada lagi pelindung dari kalangan manusia. Itu karena Rasulullah adalah sosok yang terjaga (ma’shum), sehingga perjuangan dakwahnya pasti berhasil.
Makna kedua, pengertian keterjagaan (ishmah) tidak boleh disamakan dengan tidak ada siksaan, serangan, atau cercaan dari kaum kafir. Ishmah yang dijanjikan Allah SWT dalam firman-Nya adalah penjagaan dari “pembunuhan” dan berbagai aksi permusuhan lain yang dilancarkan orang-orang kafir untuk menghentikan dakwahnya.
(DND)