Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Konten dari Pengguna
Jarak Matahari ke Bumi Semakin Dekat atau Semakin Jauh? Ini Penjelasannya
15 September 2022 16:37 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bumi merupakan planet ketiga di tata surya yang memiliki jarak paling dekat dengan matahari . Meski begitu, jarak matahari ke bumi tidak statis dan terus berubah. Apa faktor yang menyebabkan perubahan tersebut?
ADVERTISEMENT
Dijelaskan oleh Handoko dalam buku Klimatologi Dasar: Landasan Pemahaman Fisika Atmosfer dan Unsur-unsur Iklim, bumi mengelilingi matahari dengan lintasan yang berbentuk lingkaran tidak sempurna, sedikit mendekati elips atau oval.
Bentuk orbit tersebut menyebabkan terjadinya dua fenomena, yaitu aphelion dan perihelion. Aphelion adalah fenomena di mana bumi berada pada posisi terjauh dengan matahari. Sedangkan perihelion terjadi ketika bumi berada dalam jarak terdekat dengan matahari.
Jarak Matahari ke Bumi
Bersumber dari situs resmi Badan Penerbangan dan Antariksa (NASA ), jarak rata-rata bumi ke matahari berkisar antara 147,1 juta hingga 152,2 juta kilometer. Jarak ini terbilang ideal, tidak terlalu jauh atau terlalu dekat, sehingga suhu hangat yang didapatkan bumi dari matahari sangat cocok untuk ditinggali makhluk hidup.
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa periode terakhir, bentangan antara bumi dan matahari terus meningkat dan bertambah. Hal ini menyebabkan jarak matahari ke bumi menjadi semakin jauh dari waktu ke waktu.
Penyebab Jarak Matahari ke Bumi yang Semakin Jauh
Mengutip situs Live Science, terdapat dua faktor yang menyebabkan jarak Matahari dan Bumi semakin menjauh, yaitu matahari kehilangan massa dan pengaruh pasang surut. Simak penjelasannya masing-masing di bawah ini:
1. Matahari Semakin Kehilangan Massa
Seorang astronom dari University of California, Brian DiGiorgio menjelaskan bahwa matahari menghasilkan energi melalui reaksi fusi nuklir dengan mengubah massa menjadi energi.
Mengingat Matahari terus-menerus menghasilkan energi, ia juga terus kehilangan massanya dan mulai menyusut. NASA sendiri telah memprediksi sisa masa hidup matahari hanya sekitar 5 miliar tahun lagi.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan model evolusi bintang, matahari akan kehilangan sekitar 0,1% dari total massanya. Meskipun terdengar kecil, jumlah ini setara dengan bobot massa planet Jupiter, yaitu 318 kali dari massa Bumi.
DiGiorgio juga menyebutkan bahwa kekuatan tarikan gravitasi suatu benda akan sebanding dengan massa yang dimilikinya. Kehilangan massa ini menyebabkan tarikan Matahari terhadap Bumi melemah. Bumi semakin menjauh dari matahari sekitar 6 cm per-tahunnya.
2. Pengaruh Pasang Surut
Matahari berputar pada porosnya setiap 27 hari sekali, sedangkan bumi berevolusi mengelilingi matahari sekitar 365 hari. Perbedaan waktu rotasi matahari dan revolusi bumi ini menyebabkan sebuah fenomena yang disebut “tonjolan pasang surut”.
Massa tonjolan pasang surut memiliki tarikan gravitasi yang menyebabkan bumi menjadi semakin jauh dari matahari. Gaya pasang surut ini memiliki efek yang tidak begitu signifikan, bumi hanya bergerak menjauh sekitar 0,0003 cm dari matahari setiap tahunnya.
ADVERTISEMENT
Ketika bumi menjauh dari matahari, cahaya matahari di bumi menjadi lebih redup. Peredupan ini sesuai dengan pengurangan 0,4% energi matahari yang mengenai permukaan bumi.
Jika prediksi ini tidak terjadi, ada skenario lebih buruk yang akan terjadi. Berdasarkan model evolusi bintang, evolusi matahari akan menyebabkan peningkatan cahaya sekitar 6% setiap 1 miliar tahun. Hal ini mengakibatkan bumi tidak lagi dapat dihuni oleh manusia dan makhluk hidup lainnya.
(AAA)