Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Kebo Kaboten Sungu Tegese Apa? Ini Artinya dalam Peribahasa Jawa
4 September 2022 10:38 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Peribahasa Jawa adalah gabungan kata yang menyatakan makna khusus tentang cerminan latar belakang kebudayaan masyarakat Jawa. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya mencerminkan budaya masyarakat setempat.
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya peribahasa tersebut memiliki tiga sifat hakiki, yaitu peribahasa harus berupa satu kalimat ungkapan; peribahasa ada dalam bentuk yang sudah standar; dan peribahasa harus memiliki vitalitas tradisi lisan yang dapat dibedakan.
Mengutip skripsi berjudul Leksikon Tumbuhan dalam Peribahasa Jawa: Kajian Etnolinguistik karya Farah Nur Afini (2015), klasifikasi peribahasa Jawa terdiri dari lima golongan, yaitu peribahasa mengenai binatang, tanam-tanaman, manusia, anggota kerabat, dan fungsi anggota tubuh.
Kelima golongan peribahasa tersebut memiliki kandungan makna yang berbeda. Salah satu peribahasa tentang binatang yang cukup sering terdengar yaitu kebo kaboten sungu.
Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia , frasa tersebut artinya kebo keberatan tanduk. Dalam peribahasa Jawa, kebo kaboten sungu tegese apa? Simak artikel berikut untuk mengetahui jawabannya.
ADVERTISEMENT
Arti Kebo Kaboten Sungu
Peribahasa Kebo Kaboten Sungu tegese rekasa merga kakehan anak. Artinya, kondisi ekonomi seseorang menjadi susah karena memiliki banyak anak.
Peribahasa tersebut menggambarkan kondisi yang lekat dengan masyarakat Jawa, di mana orang yang memiliki banyak anak biasanya mempunyai ekonomi yang rendah atau sulit. Hal ini biasa terjadi pada orang-orang yang strata pendidikannya rendah dan golongan masyarakat menengah ke bawah.
Kebo kaboten sungu termasuk ke dalam peribahasa Saloka. Mengutip buku Peribahasa Jawa Sebagai Cermin Watak, Sifat, dan Perilaku Manusia Jawa karya Sri Rahayu, dkk., Saloka adalah kata kias yang kata-katanya tidak berubah, tidak boleh diganti, harus tetap pemakaiannya, serta mengandung makna perumpamaan.
Yang diumpamakan tentu saja sifat atau keadaan orangnya. Ciri saloka yaitu bentuknya kias, struktur tetap, maknna perumpamaan, dan topik hadir. Ciri tersebut diumpamakan baarang atau hewan.
ADVERTISEMENT
Ragam Peribahasa Jawa
Selain Kebo Kaboten Sungu, ternyata ada ragam peribahasa lain yang dapat diklasifikan menurut jenisnya. Dikutip dari buku Peribahasa dalam Bahasa Jawa karya Adi Triyoso, dkk., berikut penjelasannya:
1. Bebasan
Bebasan adalah satuan lingual yang tetap pemakaiannya, mempunyai arti kias, mengandung makna perumpamaan. Yang diumpakan keadaannya atau sifat orang atau barang. Orangnya atau barangnya juga ikut di dalam perumpamaan itu, tetapi yang lebih diperhatikan keadaannya. Contoh:
2. Paribasan
Paribasan hampir sama dengan bebasan. Akan tetapi, Padmosoekotjo mendefinisikan paribasan itu sebagai unen-unen kang ajeg penganggone. mawa teges entar, ora ngemu surasa pepindhan.
Maksudnya, paribasan adalah satuan lingual yang tetap pemakaiannya, dengan arti kias, tidak mengandung makna perumpamaan'. Ciri paribasan adalah kata-katanya lugas. Contoh:
ADVERTISEMENT
3. Pepindhan
Pepindhan adalah satu bentuk satuan lingual yang di dalamnya terkandung unsur mempersamakan. Penyusunannya mempergunakan kata 'seperti ' atau sinonimnya. Contoh:
(MSD)