Kenapa Hari Raya Nyepi Tidak Boleh Keluar Rumah? Ini Jawabannya

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
20 Maret 2023 14:48 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Nyepi Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Nyepi Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Umat Hindu di Indonesia akan merayakan Hari Nyepi secara serentak pada Rabu, 22 Maret 2023. Di momen perayaan tersebut, mereka akan mengadakan Catur Brata Penyepian.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Bali yang Meradang susunan Putu Setia, Hari Raya Nyepi identik dengan Tahun Baru Saka. Pada era 1960-an, Nyepi diselenggarakan pada saat Tilem Kesanga atau pengelong 14.
Umat Hindu yang merayakan momen khusus ini akan mengadakan Catur Brata Penyepian yang terdiri dari amati karya (tidak bekerja). amati geni (tidak menyalakan api), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (yidak menikmati hiburan).
Kenapa Hari Raya Nyepi tidak boleh keluar rumah? Untuk mengetahuinya, simaklah penjelasan berikut ini.

Alasan Hari Raya Nyepi Tidak Boleh Keluar Rumah

Ilustrasi Nyepi Foto: Shutter Stock
Hari Raya Nyepi dirayakan oleh umat Hindu sebagai hari penyucian untuk alam semesta beserta segala isinya. Secara bahasa, “nyepi” mengandung arti sepi atau sunyi.
Saat perayaan Nyepi, umat Hindu tidak boleh melakukan aktivitas seperti pada umumnya, salah satunya yaitu keluar rumah. Tujuannya yaitu agar lebih khusyuk dalam menjalankan ibadah dan perenungan.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Agama Suku, Hindu, dan Budha karya Suharta (2019), Catur Brata Penyepian yang dilakukan juga bertujuan agar tercipta suasana sepi. Maksudnya yaitu sepi dari semua nafsu atau keserakahan sifat manusia untuk menyucikan Bhuwana Agung (alam semesta) dan Bhuwana Alit (manusia).
Saat perayaan Nyepi dilakukan, warga Bali yang beragama Hindu biasanya akan berdiam diri di rumah. Bahkan umat agama lainnya pun harus menghormati segala yang berhubungan dengan kesakralan perayaannya.
Di Bali, pada saat Nyepi suasananya menjadi gelap gulita. Cahaya penerangan di rumah hanya boleh menggunakan lampu lima watt dan itupun tidak kelihatan dari luar halaman.
Umat Hindu Bali tidak boleh nonton TV, mendengarkan radio, dan jaringan internet akan diputus oleh pengelola layanan (provider). Bagi umat agama lain yang tidak merayakannya, dianjurkan untuk tetap tenang dan sunyi.
Ilustrasi keluarga bersembahyang sebelum hari raya Nyepi Foto: Shutterstock
Inti utama Catur Brata Penyepian adalah pengendalian diri. Masing-masing poinnya memiliki makna filosofis tersendiri.
ADVERTISEMENT
Mematikan api berarti mematikan nafsu buruk yang ada dalam diri seseorang. Perintah tidak bekerja dilakukan untuk membiarkan pikiran hening agar bisa melakukan perenungan dengan khusyuk.
Umat Hindu akan merenungi perbuatan yang dilakukan selama setahun dan melakukan evalusi pada kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat. Kemudian, semua kemewahan dan kegemaran yang biasa dilakukan harus dihilangkan dari pikiran.
Pengendalian diri harus muncul dengan sendirinya, tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Jika sudah sampai di tahap itu, maka segala godaan yang datang seakan tidak menjadi masalah.
Tujuan dari pengendalian diri ini adalah perenungan tentang perjalanan hidup di tahun yang sudah lewat. Nyepi membawa umat Hindu ke titik nol kembali, menjadi titik jeda dari siklus kehidupan yang fana.
ADVERTISEMENT
(MSD)