Konten dari Pengguna

Kenapa Imlek Selalu Hujan? Ini Penjelasannya

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
21 Januari 2025 8:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi perayaan Imlek. Foto: cowardlion/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perayaan Imlek. Foto: cowardlion/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Bagi masyarakat Tiongkok, perayaan tahun baru tak hanya di tanggal 1 Januari sebagaimana kebanyakan orang di seluruh dunia. Mereka memiliki momen tahun baru tersendiri yang merujuk pada sistem kalender lunar atau Imlek.
ADVERTISEMENT
Sistem kalender lunar mengacu pada pergerakan bulan dan matahari. Mengutip Travel China Guide, setiap kali bulan bergerak sejajar dengan bumi dan matahari, maka itulah hari pertama dalam bulan baru.
Pada tahun ini, Tahun Baru China bertepatan dengan tanggal 29 Januari 2025. Biasanya, di hari pergantian tahun ini, terjadi hujan deras di sejumlah wilayah di Indonesia. Pertanyaannya, kenapa Imlek selalu hujan?

Kenapa Imlek Selalu Hujan?

Ilustrasi Imlek. Foto: andhikodwisa/Shutterstock
Pada dasarnya, hujan yang turun setiap Imlek berkaitan dengan fenomena cuaca di awal tahun. Setiap tahunnya, Imlek dirayakan pada bulan Januari atau Februari.
Dari tahun ke tahun, dua bulan tersebut termasuk dalam musim hujan di wilayah Indonesia, tak terkecuali di tahun ini. Merujuk pada laporan Analisis Perkembangan Musim Hujan Dasarian I Januari 2025 dari BMKG, sebanyak 80% wilayah Indonesia memasuki musim hujan di awal tahun ini.
ADVERTISEMENT
Jadi, tak perlu heran apabila setiap hari terjadi hujan di sebagian besar wilayah Indonesia. Baik itu hujan deras maupun hujan ringan yang singkat.
Hujan di awal tahun ini juga makin awet dibandingkan tahun sebelumnya karena terdapat pengaruh fenomena alam lainnya. Beberapa di antaranya adalah fenomena angin monsun Asia, La Nina lemah, hingga gelombang ekuator Rossby dan Kelvin.
Monsun Asia diperkirakan masih akan bertahan setidaknya hingga akhir Februari 2025. Sedangkan fenomena La Nina lemah diprediksi masih berlangsung hingga periode pertengahan tahun 2025.
Di sisi lain, gelombang atmosfer seperti ekuator Rossby dan Kelvin yang dapat memicu pertumbuhan awan konvektif masih akan melintasi wilayah Indonesia hingga beberapa hari ke depan, tepatnya hingga sekitar tanggal 23 Januari 2025.
Ilustrasi Imlek di Jakarta. Foto: E Dewi Ambarwati/Shutterstock
BMKG juga merilis laporan prediksi cuaca hingga 3 bulan mendatang, yakni Februari-April. Wilayah Indonesia diprediksi mengalami curah hujan kategori menengah hingga tinggi.
ADVERTISEMENT
Pada bulan Februari, 1,20% wilayah Indonesia diperkirakan mengalami curah hujan kategori rendah (0–100 mm/bulan), 78,69% mengalami curah hujan menengah (100–300 mm/bulan) dan 20,11% menerima curah hujan kategori tinggi hingga sangat tinggi (>300 mm/bulan).
Pada bulan Maret, wilayah yang mengalami curah hujan rendah dan menengah akan berkurang menjadi 0,25% (rendah) dan 75,87% (sedang). Tapi curah hujan tinggi hingga sangat tinggi meluas hingga 23,89%.
Lalu di bulan April, jumlah curah hujan tinggi hingga sangat tinggi menurun hingga 14,44%. Namun, curah hujan menengah diprediksi meningkat hingga 84,97%. Begitupun curah hujan rendah dan menengah juga meningkat hingga 0,59%>
Data yang dirilis BMKG ini makin menegaskan alasan di balik fenomena hujan yang selalu mengiringi Tahun Baru China. Meskipun tanggal pergantian tahunnya berubah-ubah, selama terjadi di bulan Januari-Februari, kemungkinan besar akan tetap hujan.
ADVERTISEMENT
(DEL)