Kenapa Perjalanan Pulang Lebih Cepat Dibandingkan Pulang? Ini Alasannya

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
17 November 2023 16:23 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi perjalanan darat. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perjalanan darat. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Banyak ahli psikolog yang memaparkan alasan kenapa perjalanan pulang lebih cepat daripada berangkat. Mereka menyebutkan bahwa hal ini berkaitan erat dengan kondisi psikologis seseorang.
ADVERTISEMENT
Jika merasakan hal yang sama, maka Anda tidak sendirian. Sebab pada tahun 1969 pun, seorang astronot bernama Alan Bean merasakan hal yang serupa.
Kala itu, ia ditugaskan untuk pergi ke bulan menggunakan roket Apollo 12. Ia menempuh jarak perjalanan yang sama panjangnya, baik saat berangkat maupun pulang ke bumi.
Namun, ia merasa bahwa perjalanan pulang terasa sangat singkat. Ia berkata, “returning from the moon seemed much shorter” yang artinya perjalanan kembali ke bumi terasa sangat singkat.
Bagaimana hal ini bisa terjadi? Untuk mengetahui jawabannya, simaklah penjelasan lengkapnya dalam artikel berikut.

Alasan Kenapa Perjalanan Pulang Lebih Cepat Daripada Berangkat

Ilustrasi perjalanan. Foto: Shutter Stock
Jawaban dari pertanyaan kenapa perjalanan pulang lebih cepat daripada berangkat dibahas tuntas dalam ilmu psikologi dan neurosains. Berikut uraian lengkapnya:
ADVERTISEMENT

1. Jalan pulang terasa familiar

Jika seseorang pergi ke suatu tempat melalui rute A, kemudian pulang melewati rute yang sama, maka ia akan lebih familiar dengan rute tersebut. Ia pun merasa bahwa jarak pulang jauh lebih dekat dibandingkan saat beranngkat. Padahal faktanya, jaraknya tetaplah sama.
Mengutip laman VOX, teori ini pertama kali ditemukan oleh ilmuwan Eropa pada tahun 1950-an. Melalui penelitiannya, ia menganggap bahwa rangsangan asing dapat membuat seseorang menganggap waktu berjalan lebih lambat.

2. Ekspektasi yang berlebihan

Saat bepergian, seseorang cenderung berekspektasi sampai ke tempat tujuan tepat waktu. Terkadang, ia pun terlalu berlebihan dalam mengestimasi jarak (over-estimated). Padahal, perkiraan atau estimasi tersebut tidak selalu benar.
Saat di jalan, kita seringkali menjumpai berbagai kendala seperti kemacetan, kepadatan jalan, dan lain-lain. Oleh karena itu, waktu tempuhnya bisa berlangsung lebih lama dibandingkan estimasi kita.
ADVERTISEMENT
Contohnya, seseorang pergi ke kantor dengan jarak 12 km. Ia mengestimasikan waktu tempuhnya sekitar 30 menit. Saat di jalan, ternyata ia harus mengisi bensin dan terjebak kemacetan, sehingga waktu tempuhnya molor menjadi 1 jam.
Ilustrasi perjalanan . Foto: Shutter Stock

3. Saat berangkat lebih terburu-buru

Saat pergi ke suatu tempat, seringkali kita terburu-buru dan ingin cepat sampai tujuan. Kita pun akan melihat jam lebih sering dari biasanya.
Sementara saat pulang, kita cenderung lebih santai dan tidak peduli dengan waktu. Itu mengapa, jarak saat pulang cenderung terasa lebih singkat dibandingkan saat pergi.

4. Antusiasme pulang ke rumah

Saat perjalanan pulang setelah menyelesaikan suatu kegiatan atau pekerjaan, seringkali kita merasa bersemangat untuk sampai di rumah. Muncul perasaan ingin bersantai dan berkumpul bersama keluarga. Dijelaskan dalam laman NPR News, perasaan tersebut membuat waktu seolah berjalan lebih cepat dari biasanya.
ADVERTISEMENT
(MSD)