Konten dari Pengguna

Khutbah Jumat Singkat untuk Pelajar tentang Cara Agar Dicintai Allah

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
21 Mei 2021 8:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Khutbah Jumat foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Khutbah Jumat foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
Setiap umat Muslim harus memahami dan melaksanakan khutbah Jumat. Ini karena khutbah tersebut merupakan amalan ritual dalam ajaran Islam. Selain itu, khutbah Jumat juga menjadi dakwah Islam yang strategis.
ADVERTISEMENT
Menurut Jurnal Metodologi Khutbah dan Retorika Dakwah yang ditulis Drs. H. Suparman Usman, S.H.,(1995), khutbah Jumat adalah ibadah mahdlah yang dilaksanakan sebelum sholat Jumat. Khutbah ini juga digelar dalam momen tertentu seperti Idul Fitri dan Idul Adha.
Khutbah Jumat dilaksanakan dengan menyampaikan informasi, peringatan, nasihat, serta ajakan oleh Khatib kepada jamaah ibadah. Seluruh umat Islam, khususnya mereka yang sehat, tidak gila, dan tidak bepergian wajib mengerjakan ibadah ini.
Ilustrasi Khutbah Jumat foto: Unsplash

Syarat Khutbah Jumat yang Baik

Khutbah Jumat yang baik harus bisa dipahami dengan jelas oleh seluruh jamaah. Tujuannya agar jamaah mendapat manfaat dari khutbah yang disampaikan. Adapun syarat khutbah Jumat yang baik adalah sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
Tema khutbah Jumat sangat beragam dan bisa ditujukan untuk siapa saja, termasuk kaum pelajar. Bagi Anda para pelajar, mari simak khutbah Jumat di bawah ini.
Ilustrasi Khutbah Jumat foto: Unsplash

Contoh Khutbah Jumat Singkat untuk Pelajar

Seorang pelajar dituntut untuk fokus di sekolah dan rajin menimba ilmu pengetahuan. Namun tidak hanya pengetahuan, para pelajar juga harus menekuni ilmu agama agar menjadi Muslim yang baik dan dicintai oleh Allah SWT.
Berikut contoh khutbah Jumat singkat dengan tema "Agar Kita Lebih Dicintai Allah" yang dikutip dari buku Kumpulan Khutbah Jum’at Inspiratif oleh Khairul Anam (2019):
Agar Kita Lebih Dicintai Allah
Jamaah Sholat Jum’at rahimakumullah,
Bersyukur kita kepada Allah, atas anugerah dan nikmatnya yang Allah berikan pada kita semua, kita masih di beri kesempatan oleh Allah untuk melaksanakan salah satu yang Allah fardhukan kepada kita untuk melaksanakan salah fardhu jum’at.
ADVERTISEMENT
Dan marilah kita senantiasa meningkatkan taqwa kita kepada Allah, tentu hakikat taqwa itu adalah melakukan ketaatan kepada Allah. Pertama, kita tidak melakukan maksiat kepadanya yang kedua adalah Taqwa itu adalah bagaimana kita selalu ingat kepada Allah dan tidak melupakannya dan yang ketiga adalah kita senantiasa bersyukur dan tidak menjadi kufur akan nikmat Allah.
Abu Hurairah radhiyallahu’anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada seorang mukmin yang lemah, namun pada masing-masingnya terdapat kebaikan. Bersemangatlah untuk meraih apa yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Allah, dan jangan bersikap lemah. Apabila sesuatu menimpamu janganlah berkata, ‘Seandainya dahulu aku berbuat demikian niscaya akan begini dan begitu.’ Akan tetapi katakanlah, ‘Itulah ketetapan Allah dan terserah Allah apa yang dia inginkan maka tentu Dia kerjakan.’ Dikarenakan ucapan ’seandainya’ itu akan membuka celah perbuatan syaitan.” (HR. Muslim [2664] lihat Syarh Nawawi, jilid 8 hal. 260).
ADVERTISEMENT
Hadits yang mulia ini menunjukkan beberapa hal:
1. Allah ta’ala memiliki sifat cinta kepada sesuatu. Kecintaan Allah kepada sesuatu bertingkat-tingkat, kecintaan-Nya kepada mukmin yang kuat lebih dalam daripada kecintaan-Nya kepada mukmin yang lemah.
Orang mukmin yang kuat adalah orang yang menyempurnakan dirinya dengan 4 hal:
2. Kebaikan pada diri orang-orang beriman itu bertingkat-tingkat. Mereka terdiri dari tiga golongan manusia. Pertama, kaum As-Saabiqun ilal Khairat, orang-orang yang bersegera melakukan kebaikan-kebaikan.
Kedua, kaum Al-Muqtashidun atau pertengahan yaitu orang yang hanya mencukupkan diri dengan. Ketiga, Azh-Zhalimuna li anfusihim, yakni orang-orang yang mencampuri amal kebaikan mereka dengan amal-amal jelek.
3. Perkara yang bermanfaat ada dua macam, yaitu perkara keagamaan dan perkara keduniaan. Sebagaimana seorang hamba membutuhkan perkara agama maka ia juga membutuhkan perkara dunia. Kebahagiaan dirinya akan tercapai dengan senantiasa bersemangat untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat di dalam kedua perkara tersebut.
ADVERTISEMENT
(GTT)