Konten dari Pengguna

Kisah Al Qashwa, Unta Kesayangan Rasulullah yang Menjadi Saksi Sejarah Islam

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
4 Oktober 2021 15:59 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi unta yang telah didandani akan mengikuti kontes kecantikan Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi unta yang telah didandani akan mengikuti kontes kecantikan Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Al qashwa adalah unta kesayangan Nabi Muhammad SAW yang menjadi saksi perjalanannya dalam memperjuangkan Islam. Bersama Rasulullah, Al qashwa melihat kejahiliyahan masyarakat Mekah, kejahatan kafir Quraisy, dan ketaatan kaum Muslimin.
ADVERTISEMENT
Sama seperti unta pada umumnya, Al qashwa dijadikan oleh Rasulullah sebagai tunggangan untuk menjelajahi banyak wilayah. Berkat bantuannya, Rasulullah mampu menyebarkan agama Islam sampai ke pelosok negeri.
Al qashwa adalah unta yang istimewa. Dalam buku Qishwa: Unta Kesayangan Nabi Muhammad oleh Ceng Ahmar Syamsi, disebutkan bahwa unta ini diperintahkan Rasulullah untuk memilih tanah yang akan dibangun sebagai rumah dan Masjid Nabawi. Disebutkan pula bahwa Al qashwa menjadi salah satu binatang yang bisa masuk surga.
Seperti apa kisahnya? Untuk mengetahuinya, simak penjelasan berikut.

Kisah Al Qashwa, Unta Kesayangan Rasulullah SAW

Ada begitu banyak kisah Rasulullah bersama unta kesayangannya, Al qashwa, dalam menyebarkan agama Islam. Beberapa kali dikisahkan bahwa Al qashwa turut mengambil peran dalam dakwah Rasulullah.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Asbabun Nuzul for Kids oleh Efi Fitriyah, dikisahkan bahwa Al qashwa turut menentukan tempat singgah Rasulullah saat tiba di Madinah.
Ilustrasi Unta Milik Suku Tuareg Foto: Shutter Stock
Siang itu, matahari bersinar terik di atas langit Madinah. Para penduduk yang juga disebut kaum Anshar sedang beristirahat di depan rumahnya. Kemudian tiba seorang laki-laki Yahudi yang tergopoh-gopoh sambil berkeliling menyampaikan kabar.
"Apakah ia sudah datang?" tanya beberapa penduduk.
"Ya, Muhammad sudah datang!" teriaknya sambil pergi memberi tahu yang lain.
Para penduduk segera keluar dari rumah masing-masing. Mereka berderet di sepanjang jalan karena ingin melihat kedatangan Rasulullah dan rombongannya. “Ah, itu mereka!”
Rasulullah dan kaum Muhajirin datang memasuki kota Madinah. Rasulullah duduk di atas punggung untanya, Al qashwa, diikuti para sahabatnya.
ADVERTISEMENT
"Ya Rasulullah, singgahlah di rumah kami," ujar seorang penduduk Madinah seraya menghampiri Rasulullah.
Rasulullah tersenyum menanggapi ajakan itu. Al Qashwa, unta kesayangannya, belum mau berhenti. la terus berjalan menyusuri jalanan Madinah.
Ilustrasi para pria Arab membawa unta kesayangannya yang telah didandani menuju tempat lomba Foto: Shutter Stock
"Izinkan kami menjamu engkau, ya Rasulullah," kata seorang pemimpin kabilah yang menghampiri unta Rasulullah sambil memegang tali kekang Al Qashwa.
"Kami sudah menyiapkan jamuan untukmu," kata yang lainnya tak mau kalah.
Al Qashwa belum mau berhenti. Unta kesayangan Rasulullah itu terus berjalan diiringi tatapan penduduk yang harap-harap cemas. Rasulullah belum memutuskan akan singgah di rumah siapa.
Beberapa lama kemudian, akhirnya Rasulullah turun dari untanya. Dibiarkannya Al qashwa berjalan sesuka hati. Beberapa perumahan kabilah sudah terlalui. Mereka yang rumahnya dilewati Al Qashwa kecewa.
ADVERTISEMENT
"Alangkah beruntung ia yang akan menjamu Rasulullah," bisik seseorang kepada teman di sampingnya.
"Ya, beruntung sekali," balas teman di sebelahnya yang mengusap janggut sambil terus berjalan mengikuti iring-iringan Rasulullah.
Akhirnya, Al qashwa sampai di depan tanah milik Bani Al Najjar yang sering dijadikan area untuk menambatkan hewan tunggangan mereka. Al Qashwa berhenti cukup lama di sana. Rupanya ia tidak mau bangkit lagi.
Khalid bin Zaid bin Kulaib atau dikenal juga dengan nama Abu Ayyub menghampiri Al qashwa. Ia mengambil tali kekangnya dan menuntun unta itu menuju rumahnya. Abu Ayyub pun menjadi orang yang beruntung.
Rasulullah dan Abu Bakar pun memutuskan untuk tinggal di rumah Abu Ayyub selama beberapa waktu. Rombongan Rasulullah yang lain juga demikian.
Ilustrasi unta Foto: REUTERS/Amir Cohen
Kaum Anshar dan Muhajirin hidup rukun dan mesra. Mereka bergotong royong mendirikan sebuah masjid yang sederhana. Rasulullah juga mendamaikan dua suku dari kalangan Anshar, yaitu Suku Aus dan Khazraj yang selalu bertikai.
ADVERTISEMENT
Kaum Anshar tidak segan-segan memberikan hartanya untuk kaum Muhajirin. Namun, lama-kelamaan kaum Anshar merasa terbebani dengan kehadiran kaum Muhajirin itu.
"Lama-lama harta kita menipis. Kita mengeluarkan harta kita untuk sedekah, membela agama Allah juga untuk kaum Muhajirin," ujar salah seorang dari mereka.
"Ya, benar. Sepertinya sudah saatnya kita melepaskan mereka," sambung lainnya.
Allah Yang Maha Melihat dan Maha Mendengar mengetahui ucapan mereka. Allah pun menurunkan firman-Nya dalam surah Al Baqarah ayat 195:
"Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah dan janganlah kamu Jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri dan berbuat baiklah. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik."
Setelah mendengar ayat tersebut dari Rasulullah, para sahabat Anshar sangat menyesali keluhan yang keluar dari mulut mereka. Pada akhirnya mereka sadar untuk selalu memelihara keikhlasan dalam beramal.
ADVERTISEMENT
(MSD)