Konten dari Pengguna

Kisah Bilal bin Rabah, Orang Pertama yang Mengumandangkan Azan

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
30 Maret 2021 12:16 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kisah Bilal bin Rabah. Foto: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kisah Bilal bin Rabah. Foto: pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bilal bin Rabah adalah seorang budak berkulit hitam yang terkenal akan keimanan dan ketauhidannya. Ia tercatat sebagai orang yang pertama kali mengumandangkan azan dalam sejarah Islam.
ADVERTISEMENT
Bilal bin Rabah lahir di daerah As-Sarah sekitar 43 tahun sebelum Hijrah (578 Masehi). Ayahnya bernama Rabah, sedangkan ibunya bernama Hamamah, seorang budak wanita berkulit hitam yang tinggal di Makkah. Sebagian orang memanggil Bilal dengan sebutan ibnus-Sauda’ atau putra wanita hitam.
Bilal dibesarkan di kota Ummul Qura, Mekkah. Saat ayahnya meninggal, ia diwariskan kepada Umayyah bin Khalaf, seorang tokoh penting kaum kafir dari kaum Quraisy.
Bagaimana kisah perjuangan Bilal bin Rabah memeluk agama Islam?

Kisah Bilal bin Rabah

Disebutkan dalam buku Bilal bin Rabah: Pengumandang Seruan Langit oleh Abdul Latip, Bilal bin Rabah hidup di masa jahiliyah, di mana orang-orang masih menganut agama nenek moyangnya yaitu menyembah berhala. Hingga suatu hari sampai ke telinga Bilal kabar tentang Nabi Muhammad SAW yang membawa ajaran agama Islam.
ADVERTISEMENT
Orang-orang Makkah banyak yang membicarakan Rasulullah, tak terkecuali Umayyah bin Khalaf, majikan Bilal. Banyak orang yang membencinya, namun tak sedikit pula yang takjub dengan kemuliaannya.
Bilal bin Rabah mengetahui bahwa mereka sebenarnya kagum dan tidak habis pikir terhadap ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Sebagian mereka mengatakan kepada yang lain,
“Tidak pernah Muhammad berdusta atau menjadi tukang sihir. Ia tidak pula sinting atau berubah akal. Namun, kita terpaksa menuduhnya demikian untuk membendung orang-orang yang berlomba-lomba masuk agamanya.”
Kebencian kafir quraisy saat itu justru semakin meyakinkan Bilal. Ia yakin bahwa agama yang dibawa Nabi Muhammad adalah sebuah kebenaran yang nyata baginya.
Hingga akhirnya ia menjumpai Rasulullah dan menyatakan dirinya untuk masuk Islam. Dan ia pun termasuk ke dalam golongan orang yang pertama kali masuk Islam.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, berita rahasia keislaman Bilal bin Rabah tercium dan beredar di kalangan kafir quraisy, termasuk Umayyah bin Khalaf. Mendengar budaknya masuk Islam, Umayyah sangat marah.
Bilal bin Rabah kemudian disiksa oleh Umayyah tanpa henti. Leher Bilal diikat dengan tambang kurma dan dia diseret seperti binatang hingga sekujur tubuhnya berdarah. Tetapi Bilal diam saja dengan pasrah dan sama sekali tidak memperlihatkan rasa sakit.
Di siang hari yang sangat panas Bilal bin Rabah disiksa, tanpa diberi makan dan minum. Sorenya Bilal dibawa ke ramda, suatu tempat yang permukaan tanahnya rata dan berpasir panas di atasnya. Bahkan, jika melemparkan daging ke pasir tersebut bisa langsung matang.
Bilal bin Rabah oleh majikannya dilentangkan, kemudian di atas dadanya diletakkan batu besar dan berat sehingga sulit baginya untuk bergerak. Siksaan kejam ini terus diulangi setiap hari untuk memaksa Bilal kembali memeluk agama nenek moyangnya.
ADVERTISEMENT
Bilal dipaksa menyebut Latta dan Uzza, dua berhala yang mereka Tuhankan. Namun, ia tetap mempertahankan keimanannya dengan menyebut kata “Ahad, ahad”.
Hingga suatu hari kabar siksaan Bilal ini sampai kepada Abu Bakar As-Sidiq. Akhirnya Abu Bakar pun membebaskan Bilal dengan memberikan sejumlah emas kepada Umayyah.
Setelah merdeka, Bilal pun ditunjuk langsung oleh Rasulullah SAW mengumandangkan azan untuk pertama kalinya. Ia mengumandangkannya dengan suara merdu.
Bilal pun terbebas dari belenggu budak yang selama ini mengikatnya. Ia selanjutnya dikenal sebagai muazin yang taat menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
(MSD)