Konten dari Pengguna

Kisah di Balik Turunnya Surat Abasa, Teguran untuk Nabi Muhammad SAW

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
15 Mei 2020 14:27 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Alquran. Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Alquran. Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
Selain sebagai pedoman hidup umat Muslim, Al-Quran juga berisi tentang kisah-kisah yang dialami oleh para Nabi, salah satunya terdapat dalam surat Abasa. Ada cerita menarik yang mendasari Allah SWT mengeluarkan firman hingga turunnya surat Abasa.
ADVERTISEMENT
Surat yang terdiri dari 42 ayat ini mengisahkan sikap Nabi Muhammad SAW yang tidak acuh terhadap salah satu umatnya saat hendak mendalami ilmu agama. Kisah tersebut terdapat pada ayat pertama hingga sepuluh surat Abasa.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai cerita dibalik turunnya surat Abasa, simak penjelasannya disini.

Surat Abasa ayat 1-10

عَبَسَ وَتَوَلَّى (1) أَنْ جَاءَهُ الْأَعْمَى (2) وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّهُ يَزَّكَّى (3) أَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنْفَعَهُ الذِّكْرَى (4) أَمَّا مَنِ اسْتَغْنَى (5) فَأَنْتَ لَهُ تَصَدَّى (6) وَمَا عَلَيْكَ أَلَّا يَزَّكَّى (7) وَأَمَّا مَنْ جَاءَكَ يَسْعَى (8) وَهُوَ يَخْشَى (9) فَأَنْتَ عَنْهُ تَلَهَّى (10)
Artinya, "Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa) atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya? Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup, maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada (alasan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman). Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran). sedangkan ia takut kepada (Allah), maka kamu mengabaikannya."
ADVERTISEMENT

Cerita Turunnya Surat Abasa

Alquran. Foto: Unsplash
Surat 'Abasa diturunkan sebagai bentuk teguran dari Allah SWT atas sikap Rasulullah terhadap salah satu umat. Kala itu, Nabi Muhammad sedang berdiskusi dengan pembesar Quraisy, di antara mereka ada Abu Jahl, ‘Utbah bin Rabi’ah, ‘Abas bin Abd al-Muthollib, dan Walid bin Murighah. Diskusi tersebut dilakukan dengan harapan kaum quraisy bisa tercerahkan dan masuk Islam.
Di tengah diskusi tersebut, datanglah seorang umat yang bernama Abdullah bin Ummi Maktum. Ia minta diajarkan mengenai Islam dan mengucapkannya sampai berkali-kali.
Rasulullah SAW yang merasa terganggu karena percakapannya menjadi terputus, akhirnya menunjukkan tatapan tidak senang dan memalingkan wajahnya dari Abdullah. Dalam ayat kedua dijelaskan bahwa Abdullah memiliki fisik yang tidak sempurna, ia terlahir dalam keadaan buta.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, Tahabari mengatakan bahwa ketika itu Ibnu Ummi Matkum nama asli Abdullah sebenarnya hendak membacakan ayat Al-Quran di hadapan Nabi. Sikap tidak acuh Rasullah terhadap Abdullah pun mendapatkan teguran dari Allah SWT.
Dalam ayat ke-3 dan 4, dapat ditafsirkan bahwa seandainya Rasul mengetahui tujuan dari Abdullah menghampirinya, itu akan mendatangkan manfaat yang lebih besar bagi dirinya dan lebih baik untuknya.
Hal ini didasari karena kaum Quraisy dianggap tidak memerlukan hidayah karena keangkuhannya. Namun, Rasulullah malah lebih memilih fokus melayani mereka dibandingkan menanggapi orang yang benar-benar membutuhkannya seperti Abdullah.
Terlepas dari hal tersebut, Thahir bin 'Asyur menegaskan bahwa teguran Allah ini bersifat "ta'limiyah". Artinya, ini adalah pelajaran bagi Nabi Muhammad SAW, jika harus dihadapkan dengan situasi yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Di dalam ayat ini, Rasulullah dihadapkan dengan situasi sedang berdakwah pada kaum kafir, namun ada orang muslim yang menghampirinya untuk diajarkan agar bisa mendalami ajaran Islam.
Situasi ini mengajarkan kita akan pentingnya mendahulukan orang yang benar-benar membutuhkan. Dalam hal ini adalah membantu seorang muslim untuk lebih memahami agamanya dan bisa meningkatkan keimanannya.
Sementara berdakwah kepada orang kafir yang abai akan terasa sia-sia dan tidak mendatangkan kebaikan dari mereka. Namun, beda persoalan jika orang kafir tersebut bersedia untuk mendengarkan ajaran Islam, sehingga ada harapan hidayah dan kebaikan saat menyampaikannya.
(RAA)