Kisah Istri Pertama Nabi Ibrahim, Siti Sarah, Menanti Keturunan

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
18 Oktober 2021 16:12 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi istri pertama Nabi Ibrahim. Foto: Pixabay.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi istri pertama Nabi Ibrahim. Foto: Pixabay.
ADVERTISEMENT
Siti Sarah merupakan nama istri pertama Nabi Ibrahim. Ia merupakan wanita mulia yang melahirkan Nabi Ishaq AS dan Nabi Yakub AS. Sarah dikenal karena kesabarannya yang luar biasa hingga menjadi teladan bagi seluruh wanita Muslim.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari buku Tafsir Qashashi Jilid IV: Umat Terdahulu, Tokoh, Wanita, Istri dan Putri Nabi Muhammad SAW oleh Syofyan Hadi, Siti Sarah adalah wanita yang berasal dari daerah Babil. Konon, ia memiliki kecantikan yang luar biasa dan termasuk wanita yang paling taat kepada Allah SWT.
Salah satu sifat mulia yang dimiliki Sarah adalah dermawan dan pemurah. Kedermawanannya selalu terlihat ketika sedang menjamu tamu. Ia selalu memberikan jamuan istimewa kepada tamu-tamunya.
Sarah juga dikenal sebagai wanita yang cerdas dan sabar. Karena itu, ia dipilih Ibrahim sebagai pendampingnya saat berdakwah sejak di Babil hingga Palestina.
Meskipun pernikahannya dengan Nabi Ibrahim berjalan sangat lama, bukan berarti perjalanan rumah tangganya berlangsung dengan mulus. Meski telah menikah selama 80 tahun, Nabi Ibrahim dan Sarah tak kunjung dikarunia keturunan.
ADVERTISEMENT

Kisah Penantian Sarah untuk Mendapatkan Keturunan

Ilustrasi istri pertama Nabi Ibrahim. Foto: Pixabay.
Sarah selalu memanjatkan doa kepada Allah. Meskipun begitu, tanda-tanda kehamilan pada dirinya belum juga tampak.
Lambat laun, Sarah merasa dirinya sudah tua, rambutnya mulai berwarna putih, dan tulang-tulangnya sudah lemah. Keadaan tersebut membuat Sarah gelisah sehingga menawarkan Nabi Ibrahim untuk menikah kembali.
Dikutip dari buku Dari Bilik Sebuah Kamar oleh Rachmatullah Oky, awalnya tawaran tersebut ditolak oleh Nabi Ibrahim. Namun kemudian, ia menerimanya dengan syarat bahwa Sarah yang harus memilih calonnya.
Sarah kemudian menawarkan Siti Hajar kepada Ibrahim. Siti Hajar merupakan seorang budak yang ia kenal dengan baik. Tidak lama setelah menikah, Hajar hamil dan lahirlah seorang putra yang diberi nama Ismail.
ADVERTISEMENT
Kelahiran Ismail tentunya membuat Ibrahim bahagia setelah puluhan tahun menunggu kehadiran seorang anak. Namun, rasa cinta Nabi Ibrahim kepada Ismail yang begitu besar membuat Sarah merasa cemburu.
Puncak dari kecemburuan tersebut, Sarah meminta Nabi Ibrahim agar Hajar dan Ismail dijauhkan darinya. Lalu, Nabi Ibrahim membawa Siti Hajar dan putranya Ismail ke padang Mekah yang tandus.
Siti Hajar pun ditinggalkan begitu saja bersama Ismail kecil. Ibrahim kemudian kembali pulang dan hidup dengan Sarah.
Dikutip dari buku Tafsir Qashashi Jilid IV: Umat Terdahulu, Tokoh, Wanita, Istri dan Putri Nabi Muhammad saw, setelah 12 tahun Ismail lahir, Allah memberikan kehamilan untuk Sarah dalam usia yang sudah tua. Bahkan dari rahimnya, lahir dua orang putra yang kelak menjadi nabi, yakni Ishaq dan Yakub.
ADVERTISEMENT
Salah satu bentuk perhargaan kepada Sarah atas kesabarannya menanti keturunan diabadikan dalam Alquran pada surat Al Ankabut ayat 26-27 yang berbunyi:
فَاٰمَنَ لَهٗ لُوْطٌۘ وَقَالَ اِنِّيْ مُهَاجِرٌ اِلٰى رَبِّيْ ۗاِنَّهٗ هُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ وَوَهَبْنَا لَهٗٓ اِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ وَجَعَلْنَا فِيْ ذُرِّيَّتِهِ النُّبُوَّةَ وَالْكِتٰبَ وَاٰتَيْنٰهُ اَجْرَهٗ فِى الدُّنْيَا ۚوَاِنَّهٗ فِى الْاٰخِرَةِ لَمِنَ الصّٰلِحِيْنَ
Artinya: Maka Lut membenarkan (kenabian Ibrahim). Dan dia (Ibrahim) berkata, “Sesungguhnya aku harus berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku; sungguh, Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.” Dan Kami anugerahkan kepada Ibrahim, Ishak dan Yakub, dan Kami jadikan kenabian dan kitab kepada keturunannya, dan Kami berikan kepadanya balasannya di dunia; dan sesungguhnya dia di akhirat, termasuk orang yang saleh.
(IPT)