Kisah Nabi Elia yang Berani Menentang Raja Ahab dan Nabi-nabi Baal

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
14 September 2021 11:30 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Nabi Elia Foto: YouTube/AoC Network
zoom-in-whitePerbesar
Nabi Elia Foto: YouTube/AoC Network
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Nabi Elia dikenal sebagai nabi yang besar dan perkasa. Ia menjadi nabi di Kerajaan Israel Utara pada abad ke-9 SM. Nabi Elia hidup dengan penampilan unik, mulai dari pakaian, tempat tinggal, hingga nubuat-nubuatnya.
ADVERTISEMENT
Keperkasaan Nabi Elia bisa dibuktikan dengan keberaniannya dalam menghadapi raja Ahab yang kejam dan jahat. Mengutip buku Firman Hidup 50 tulisan Bambang Mulyo, Y. Pdt, Nabi Elia berani menentang Raja Ahab dan para nabi Baal. Ia bahkan mengolok-ngolok kuasa Baal secara terang-terangan.
Untuk lebih lengkapnya, yuk simak kisah Nabi Elia dalam Alkitab melalui artikel berikut!
Ilustrasi Kisah Nabi Elia Foto: Unsplash

Kisah Nabi Elia

Nabi Elia merupakan sosok yang diutus oleh Tuhan Yesus Kristus untuk menegur Raja Ahab yang kejam dan jahat. Mengutip buku 100 Cerita Alkitab untuk Anak-Anak karangan Igrea Siswanto (2021), suatu ketika, Nabi Elia mendatangi Raja Ahab dan memperkenalkan dirinya. Ia mengatakan bahwa hujan tidak akan turun selama beberapa tahun.
Saya adalah pelayan Tuhan yang pekerjaannya melayani Tuhan, Allah Israel. Saya tidak bohong. Selama beberapa tahun mendatang tidak akan ada hujan atau embun, kecuali kalau saya memerintahkan supaya hujan turun,” ucap Nabi Elia.
ADVERTISEMENT
Tuhan Yesus mengetahui bahwa Raja Ahab akan sangat marah kepada Nabi Elia. Karenanya, Allah menyembunyikan Elia di tepi Sungai Kerit di sebelah timur Sungai Yordan.
Setiap hari Allah mengirimkan burung gagak yang membawa makanan berupa roti dan daging untuk Nabi Elia. Seperti dikatakan Nabi Elia, hujan tidak turun di Israel selama tiga tahun.
Di tengah masa kekeringan, Nabi Elia diutus oleh Tuhan untuk pergi ke Sarfat. Sebagaimana dikatakan dalam ayat Alkitab 1 Raja-raja 17: 9, yakni:
Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan.
Ketika sampai di Sarfat, Nabi Elia bertemu dengan seorang janda miskin yang sedang mengumpulkan kayu. Nabi Elia meminta diambilkan sedikit air, dan janda itu memberikannya. Kemudian, ia minta diambilkan sepotong roti.
ADVERTISEMENT
Janda itu menjawab bahwa dirinya tidak memiliki roti. Dia hanya mempunyai segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Ketika persediaan itu habis, ia dan anaknya akan mati karena sudah tidak memiliki makanan lagi.
Nabi Elia meminta janda itu agar tetap membuatkan roti untuk dirinya. Janda itu tidak perlu takut karena Tuhan akan memenuhi kebutuhannya. Mendengar hal itu, janda tersebut pulang ke rumah dan membuatkan roti untuk Nabi Elia.
Sebab beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itu pun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi,” (1 Raja-raja 17:14)
Setelah membuatkan roti, nubuatan atas janda miskin itu digenapi. Tepung dalam tempayan tidak pernah habis dan minyak dalam buli-buli tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantara Nabi Elia.
Ilustrasi Kisah Nabi Elia Foto: Unsplash
Setelah tiga tahun berlalu tanpa hujan, Nabi Elia menemui Raja Ahab sebagaimana diperintahkan Allah. Ia memberi tahu Raja Ahab untuk membawa 450 nabi Baal ke Gunung Karmel untuk bertanding.
ADVERTISEMENT
Nabi-nabi Baal itu membuat mezbah dan menaruh lembu di atasnya. Mereka memanggil nama Baal, namun tidak ada yang terjadi. Kemudian, Nabi Elia membuat mezbah dan menempatkan kurban berupa lembu yang sudah mati. Lalu, ia menuangkan empat kendi besar penuh dengan air ke atas persembahan tersebut.
Nabi Elia memohon kepada Tuhan untuk membakar lembu itu, sehingga Tuhan pun mengirimkan api dari surga untuk membakar habis lembu, mezbah, dan batu-batu mezbah. Melihat hal itu, setiap orang tersungkur menyembah Tuhan.
Kejadian di Gunung Karmel membuat Izebel marah dan ia berniat membunuh Nabi Elia. Mendengar rencana Izebel, Nabi Elia segera melarikan diri ke Gunung Horeb. Mengutip buku Sejarah Suci oleh I. Snoek (1990), Nabi Elia diberikan tiga perintah ketika berdiam di Gunung Horeb, yaitu:
ADVERTISEMENT
Nabi Elia hanya sempat mengurapi Elisa sebagai pengganti dirinya. Kedua perintah lainnya diselesaikan oleh Elisa. Setelah itu, Nabi Elia juga menyampaikan nubuat bahwa Raja Ahazia, putra Raja Ahab yang menyembah dewa-dewi, akan meninggal. Nubuat itu pun terjadi.
Di akhir hidupnya, Nabi Elia berjalan bersama Elisa menyeberang ke timur Sungai Yordan. lalu, ia terangkat ke surga dengan mengendarai kereta kuda berapi dalam angin badai.
(GTT)