Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail yang Jadi Asal Usul Perintah Berkurban

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
19 Juli 2021 11:46 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kambing yang akan dikurbankan di perayaan hari raya Idul Adha. Sumber: Freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kambing yang akan dikurbankan di perayaan hari raya Idul Adha. Sumber: Freepik.com
ADVERTISEMENT
Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail adalah momen awal turunnya perintah Allah SWT untuk berkurban pada Hari raya Idul Adha. Ibadah kurban sampai saat ini masih dilaksanakan bagi umat Muslim yang mampu secara materi.
ADVERTISEMENT
Perintah berkurban tertuang dalam firman Allah pada surat Al Kautsar ayat 1-3 yang artinya: "Sesungguhnya, Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Dirikanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah. Sesungguhnya, orang yang membenci kamu adalah orang yang terputus."
Ibadah kurban dilaksanakan setelah sholat Idul Adha hingga tiga hari setelahnya atau biasa disebut hari tasyriq. Untuk tahun 2021 ini, ibadah kurban bisa dilaksanakan pada tanggal 20-23 Juli.

Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail tentang Berkurban

Nabi Ibrahim salah satu dari 25 nabi utusan Allah yang wajib diimani dan juga masuk golongan Ulul Azmi. Ia memiliki putra bernama Ismail dari istrinya, Hajar, dan Ishaq dari istrinya, Sarah. Kisah Nabi Ibrahim yang mengurbankan anaknya melibatkan Nabi Ismail.
ADVERTISEMENT
Kisah ini bermula dari nazar yang diucapkan oleh Nabi Ibrahim. Sebelum ia memiliki putra, ia pernah bernazar bahwa berkurban sejumlah domba, sapi, dan unta setiap tahun itu tidak ada apa-apanya, ia bahkan rela mengurbankan anaknya jika itu memang perintah Allah.
Dalam buku Kisah Orang-orang Sabar oleh Nasiruddin, dikisahkan bahwa Nabi Ibrahim memang rutin mengurbankan 1000 ekor domba, 100 sapi, dan 1000 unta setiap musim haji.
Jumlah tersebut terbilang sangat banyak dan membuat masyarakat kagum. Namun, karena ketaatannya kepada Allah, ia menganggap itu merupakan jumlah yang biasa. Suatu hari, ia berkata, "Kurban sejumlah itu bagiku belum apa-apa. Demi Allah! Seandainya aku memiliki anak lelaki, pasti akan kusembelih karena Allah dan kukurbankan kepada-Nya."
Ilustrasi kisah Nabi Ibrahim tercantum dalam Alquran. Sumber: Freepik.com
Setelah ia memiliki Ismail, Allah menagih nazar tersebut. Saat itu, usia Nabi Ibrahim sudah menginjak 86 tahun dan Ismail berusia 7 tahun (ada yang berpendapat 13 tahun). Tepat pada malam tarwiyah, hari ke-8 di bulan Dzulhijjah, Nabi Ibrahim bermimpi.
ADVERTISEMENT
Dalam mimpi itu, ia mendapati sebuah seruan yang berbunyi, "Hai Ibrahim! Penuhilah nazarmu." Saat terbangun, ia merenungkan arti mimpinya dan bertanya-tanya apakah mimpi tersebut datang dari Allah atau dari setan? Itu mengapa tanggal 8 Dzulhijah disebut sebagai hari Tarwiyah yang artinya berpikir atau merenung.
Dalam riwayat lain dijelaskan, setelah Nabi Ibrahim AS bermimpi untuk yang pertama kalinya, maka beliau memilih mengurbankan domba-domba gemuk sebanyak 100 ekor. Beliau mengira perintah dalam mimpi sudah terpenuhi.
Pada malam ke-9 Dzulhijjah, mimpi tersebut datang lagi. Di sinilah beliau yakin mimpi itu berasal dari Allah sehingga tangggal tersebut disebut sebagai hari Arafah yang artinya mengetahui.
Untuk mimpi kedua, Nabi Ibrahim memilih 100 unta gemuk untuk disembelih sebagai kurban. Tiba-tiba, api menyantapnya dan Nabi Ibrahim mengira perintah Allah telah dilaksanakan.
ADVERTISEMENT
Namun di malam berikutnya, ia kembali bermimpi seolah-olah ada yang menyeru, “Sesungguhnya Allah SWT memerintahkanmu agar menyembelih putramu Ismail." Nabi Ibrahim langsung terbangun dan memeluk putra tercintanya, Ismail. Ia menangis hingga waktu Subuh tiba.
Dalam buku 99 Kisah Hebat Penuh Hikmah & Teladan oleh Nurul Ihsan, Nabi Ibrahim meminta Siti Hajar untuk memberikan pakaian terbaik pada Ismail. Kemudian, Hajar pun mendandani Ismail dengan pakaian yang paling bagus serta menyisir rambutnya.
Dalam perjalanan menuju Mina, Nabi Ibrahim digoda oleh setan untuk membatalkan niatnya, tetapi beliau tetap teguh pada pendiriannya. Ia bahkan melempari setan sebanyak tiga kali yang menjadi asal mula prosesi melempar jumroh dalam ibadah haji.
Ketika sudah sampai di lokasi, Nabi Ibrahim menceritakan perintah Allah kepada sang putra. Kisah ini diabadikan dalam surat Ash-Shaffaat ayat 102. "Wahai anakku! Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu?"
ADVERTISEMENT
Ismail menjawab, “Hai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah, engkau mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.
Saat Nabi Ibrahim hendak menyembelih Nabi Ismail, Allah menurunkan firman-Nya yang berbunyi: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS Ash-Shafaat (37): 104:107)
Pada akhirnya, dengan izin Allah, posisi Nabi Islamil digantikan dengan domba kibas. Menurut satu riwayat, Malaikat Jibril datang membawa domba kibas itu dan sempat melihat Nabi Ibrahim dalam proses akan menyembelih putranya.
Melihat ketaatan Nabi Ibrahim, malaikat Jibril kagum dan mengagungkan asma Allah, "Allaahu Akbar, Allaahu Akbar." Nabi Ibrahim berseru "Laa Ilaaha Illallaahu Allaahu Akbar". Ismail mengikutinya dengan mengucap "Allaahu Akbar wa Lillaahil Hamdu". Lafal ini yang kemudian sebagai bacaan takbir saat Hari Raya Idul Adha.
ADVERTISEMENT
(ULY)