Konten dari Pengguna

Kisah Nabi Muhammad Saat Wafat: Duka Sahabat dan Kesedihan Jibril

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
8 Juni 2020 15:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kisah Nabi Muhammad Saat Wafat. Foto: Qiswah Tour
zoom-in-whitePerbesar
Kisah Nabi Muhammad Saat Wafat. Foto: Qiswah Tour
ADVERTISEMENT
Tanggal 12 Rabiul Awal 11 H atau 8 Juni 632 M adalah momen di mana Nabi Muhammad SAW mengembuskan napas terakhirnya. Wafatnya Rasulullah SAW merupakan pukulan yang amat berat bagi para sahabat dan umat Islam.
ADVERTISEMENT
Ibnu Rajab menjelaskan, saat Rasulullah wafat, kaum Muslimin terguncang hebat. Ada yang tercengang hingga tak sadarkan diri, ada juga yang terduduk hingga tidak mampu berdiri. Ada pula yang tidak bisa berkata-kata, dan ada juga yang mengingkari kematian beliau. Berikut adalah kisah Nabi Muhammad saat ajal menjemputnya.

Rasulullah Sakit Parah

Pada 29 Shafar tahun 11 Hijriah, Nabi Muhammad SAW mengalami sakit kepala dan demam tinggi. Ketika ajal Rasulullah sudah dekat, beliau mengumpulkan para sahabat di rumah Aisyah RA.
Dengan berlinang air mata, Nabi Muhammad berwasiat agar bertakwa kepada Allah. Menurut Ibnu Mas’ud RA, Rasulullah berkata “Ajalku telah hampir, dan akan pindah ke hadirat Allah, ke Sidratulmuntaha dan ke Jannatul Makwa serta ke Arsyila.”
ADVERTISEMENT
Setelah itu, sakit Rasulullah makin bertambah parah. Sehari menjelang wafat, Rasulullah memerintahkan Abu Bakar lewat Bilal Bin Rabbah agar menjadi imam sholat mengingat beliau sedang dalam keadaan sakit.
Ketika diberitahu Bilal, Abu Bakar melihat ke tempat Rasulullah SAW yang kosong. Karena tidak kuasa menahan rasa sedihnya, Abu Bakar menjerit dan sempat pingsan. Rasulullah akhirnya tetap pergi ke masjid.
Abu Bakar yang tengah menjadi imam memberikan tempat kepada Rasulullah. Namun, Rasulullah mendorong Abu Bakar untuk terus menjadi imam. Beliau sholat sambil duduk di sebelah kanan Abu Bakar.
Setelah selesai, Rasulullah bersabda, "Aku berwasiat kepada kamu semua agar bertakwa kepada Allah SWT karena aku akan meninggalkan dunia yang fana ini. Hari ini adalah hari pertamaku memasuki alam akhirat, dan sebagai hari terakhirku berada di alam dunia ini."
ADVERTISEMENT

Malaikat Maut Izin Mencabut Nyawa Rasulullah

Ketika Nabi Muhammad merasakan sakit yang luar biasa, beliau memerintahkan Aisyah untuk mendekat kepadanya. Malaikat Jibril kemudian menemui Rasulullah dan berkata, "Malaikat maut ada di pintu, meminta izin menemuimu, dan tidak pernah meminta izin kepada seorangpun sebelummu.”
Rasulullah mengizinkan malaikat maut masuk. Dengan lembut malaikat maut berkata “Saya datang untuk ziarah sekaligus mencabut nyawa. Jika tuan izinkan akan saya lakukan. Jika tidak, saya akan pulang.” Rasulullah akhirnya memilih untuk bertemu dengan Allah SWT.
Malaikat maut pun mulai mencabut nyawa Nabi Muhammad sesuai izinnya. Ketika roh Rasulullah sampai di perut, Rasulullah berkata: “Wahai Jibril, alangkah pedihnya maut.” Mendengar ucapan Rasulullah, Jibril memalingkan wajahnya.
ADVERTISEMENT
Rasulullah bertanya: “Wahai Jibril, apakah engkau tidak suka memandang wajahku?” Jibril menjawab: “Wahai kekasih Allah, siapakah yang sanggup melihat muka Rasulullah, sedangkan Rasulullah sedang merasakan sakitnya maut?”

Wafat di Pangkuan Aisyah

Saat Malaikat Maut mencabut nyawa Nabi Muhammad SAW, beliau berada di pangkuan Aisyah. Rasulullah berdoa: "Ya Allah, ampuni dan kasihanilah aku. Pertemukanlah aku dengan teman-teman yang tinggi (kedudukannya). Ya, Allah pertemukanlah aku dengan teman-teman (yang tinggi kedudukannya)."
Kalimat tersebut diucapkan Nabi Muhammad sebanyak tiga kali. Kemudian, sambil bersandar di antara dada dan leher Aisyah, Rasulullah wafat pada usia 63 tahun.

Duka Para Sahabat

Berita wafatnya Nabi Muhammad menciptakan rasa duka yang luar biasa bagi para sahabat. Umar Bin Khatab bahkan kalap dan mengatakan, “Barang siapa yang mengatakan Muhammad wafat, akan kutebas lehernya!”
ADVERTISEMENT
Abu Bakar As-Shiddiq lah yang menenangkan Umar. Abu Bakar kemudian membacakan Surat Ali Imran ayat 144 yang artinya:
"Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikit pun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur."
Bilal bin Rabbah, sang muadzin, juga tidak kuasa menahan kesedihan. Hatinya bergetar tatkala melafalkan Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah.
(ERA)