Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Kisah Sadrakh, Mesakh, Abednego, Umat Tuhan yang Dibakar di Perapian
29 Januari 2022 12:45 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mukjizat dan kuasa Tuhan Yesus Kristus yang luar biasa dapat dilihat dari kisah-kisah para tokoh Alkitab . Salah satunya kisah Sadrakh, Mesakh, Abednego yang dimuat dalam Kitab Daniel. Kisah ini membuktikan pembelaan dan perlindungan Tuhan terhadap anak-anak-Nya.
ADVERTISEMENT
Sadrakh, Mesakh, dan Abednego merupakan umat Allah yang selalu mengingat Tuhan Yesus . Meskipun orang-orang di sekitar mereka melupakan Tuhan, mereka terus berpegang teguh pada-Nya.
Tidak hanya itu, ketiga umat Allah tersebut bahkan berani menolak perintah dari raja dan dihukum demi Tuhan Yesus Kristus. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam buku 74 Cerita Alkitab Anak Aktif tulisan Bob Hartman.
Lantas, seperti apa kisah Sadrakh, Mesakh, dan Abednego? Ketahui penjelasannya lewat artikel berikut ini.
Kisah Sadrakh, Mesakh, Abednego
Mengutip buku The Children's Bible Kisah Alkitab untuk Anak karya Murray Watt, Sadrakh, Mesakh, dan Abednego merupakan teman dari Daniel. Keempatnya taat kepada Tuhan Allah dan selalu mendengarkan perintah-Nya.
Suatu ketika, seorang kepala istana bernama Aspesnas meminta keempat pemuda itu untuk minum anggur dan makan daging dari meja raja. Namun keempatnya menolak lantaran dilarang memakan makanan yang sudah dipersembahkan kepada dewa-dewa Babilonia.
ADVERTISEMENT
Daniel dan kawan-kawannya pun hanya memakan sayur dan minum air putih selama 10 hari. Setelah 10 hari berlalu, mereka justru terlihat lebih kuat dan sehat ketimbang tawanan lain yang makan dari meja raja. Akhirnya, keempatnya diperbolehkan untuk makan sayur dan air.
Suatu ketika Raja Babilonia, Nebukadnezar membuat patung emas raksasa dan meminta semua orang menyembah patung tersebut. Semua orang pun menyembah patung itu, kecuali Sadrakh, dan Abednego. Sementara itu, Daniel tidak diceritakan dalam kisah ini.
Mendengar tindakan Sadrakh, Mesakh, dan Abednego, Raja Nebukadnezar menjadi murka. Ketiganya disuruh menghadap raja dan diberikan kesempatan sekali lagi untuk menyembah patung raksasa.
Kendati demikian, ketiganya enggan melakukan perintah tersebut, sehingga raja semakin marah dan membentak mereka dengan penuh kebencian. Raja akhirnya menghukum Sadrakh, Mesakh, Abednego dengan melemparkan mereka ke perapian yang menyala-nyala.
ADVERTISEMENT
“Tuhan mana yang akan menyelamatkan kalian?” ucap Raja Nebukadnezar.
“Tuhan kami akan menyelamatkan kami. Kami tidak butuh perlindungan di hadapan tuanku raja! Tuhan akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nya!
Bahkan seandainya kami tidak diselamatkan Tuhan, kami tetap tidak akan sujud menyembah patung emas itu,” kata Sadrakh, Mesakh, dan Abednego.
Perkataan ketiga umat itu membuat raja semakin marah, ia pun meminta agar perapian itu dinyalakan tujuh kali lebih panas. Orang-orang yang memasukkan Sadrakh, Mesakh, dan Abednego bahkan ikut terbakar.
Ketika ketiga umat Tuhan itu masuk ke dalam perapian, mereka justru tidak terbakar ataupun berkeringat. Di dalam perapian, Sadrakh, Mesakh, dan Abednego menari-nari bersama malaikat pelindung.
Melihat hal itu, Raja Nebukadnezar terkejut. Ia meminta Sadrakh, Mesakh, dan Abednego dikeluarkan dari perapian. Dia juga mengakui Tuhan yang disembah Sadrakh, Mesakh, Abednego, yaitu Tuhan Yesus.
ADVERTISEMENT
“Terpujilah Allah Sadrakh, Mesakh, Abednego-Allah yang Esa! Mereka tidak melupakan-Nya dan Dia pun tidak melupakan mereka. Aku perintahkan supaya tidak ada seorang pun yang menjelek-jelekkan Allah ini. Aku akan memberikan pekerjaan penting kepada mereka di dalam kerajaanku.”
(GTT)