Konten dari Pengguna

Kisah Tiga Tokoh Pengibar Bendera Merah Putih Pertama

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
16 Agustus 2021 13:32 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tokoh Pengibar Bendera Merah Putih Pertama. Foto: Flickr
zoom-in-whitePerbesar
Tokoh Pengibar Bendera Merah Putih Pertama. Foto: Flickr
ADVERTISEMENT
Hari Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) diperingati setiap 17 Agustus. Peringatan HUT RI selalu diiringi dengan pemasangan bendera Merah Putih di segala penjuru wilayah di Indonesia. Aksi ini juga untuk mengenang jasa tiga sosok pengibar bendera Merah Putih yang pertama.
ADVERTISEMENT
Mereka adalah Latief Hendraningrat, Suhud Sastro Kusumo dan SK Trimurti. Mereka yang ditunjuk untuk bertugas mengibarkan bendera Merah Putih pada momen Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 usai Soekarno membacakan teks proklamasi.
Untuk mengenang peristiwa bersejarah ini, berikut kisah singkat tiga sosok pengibar bendera Merah Putih saat Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945.

Tokoh Pengibar Bendera Merah Putih Pertama

1. Latief Hendraningrat
Latief Hendraningrat. Foto: Wikipedia
Mengutip buku Abdul Latief Hendraningrat, sang pengibar bendera pusaka 17 Agustus 1945 oleh Nidjo Sandjojo. Raden Mas Abdul Latief Hendraningrat atau dikenal dengan Latief Hendraningrat adalah prajurit Pembela Tanah Air (PETA) yang lahir pada 15 Februari 1911.
Pria berdarah ningrat Jawa itu aktif dalam kegiatan kemiliteran yang dibentuk Jepang. Setelah bergabung dengan Pusat Latihan Pemuda (Seinen Kunrenshoo), Latief pun masuk sebagai prajurit PETA.
ADVERTISEMENT
Prestasinya di pelatihan militer sangat membanggakan. Ia pernah dipercaya menjabat Komandan Kompi yang berpangkat Sudanco. Itu adalah satu tingkat di bawah pangkat tertinggi pribumi, yaitu Daidanco atau Komandan Batalion.
Sebelum mengibarkan bendera, Latief juga mengamankan lokasi dengan mengerahkan prajuritnya di sekitar kediaman Soekarno. Prosesi pengibaran bendera Merah Putih pun berjalan lancar tanpa gangguan.
2. Suhud Sastro Kusumo
Suhud Sastro Kusumo. Foto: Wikipedia
Berdasarkan informasi dari buku Pendidikan Pencasila dan Kewarganegaraan: Aktualisasi Nilai-nilai Pancasila dan Kewarganegaraan dalam Perspektif Santri oleh Edi Rohani, Suhud Sastro Kusumo merupakan anggota Barisan Pelopor yang dibentuk Jepang. Pria kelahiran 1920 ini diketahui cukup dekat dengan Latief.
Suhud juga memegang peran penting dalam detik-detik menjelang Hari Kemerdekaan. Pada 14 Agustus 1945, Suhud dan sejumlah anggota Barisan Pelopor mendapat mandat untuk menjaga keluarga Soekarno.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, ia dan pasukannya kecolongan saat Soekarno dibawa oleh Sukarni dan Chaerul Saleh ke Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945. Beruntung, Soekarno kembali ke rumah di malam harinya dan mulai mempersiapkan Proklamasi Kemerdekaan. Dalam momen itu, ia mendapat mandat untuk menyiapkan tiang bendera.
3. Surastri Karma Trimurti
Surastri Karma Trimurti. Foto: Wikipedia
Surastri Karma (SK) Trimurti menjadi perempuan yang bertugas sebagai pengibar bendera saat Proklamasi Kemerdekaan. Dia adalah istri dari Sayuti Melik yang merupakan pengetik teks proklamasi kemerdekaan.
Dikutip dari jurnal ilmiah karya Ipung Jazimah yang berjudul S K Trimurti: Pejuang Perempuan Indonesia, Trimurti lahir pada 11 Mei 1912 di Desa Sawahan, Boyolali, Karesidenan Surakarta. Ayahnya bernama R.Ng.
Dia menjalani pendidikan dasar di Noormal School dan AMS di Surakarta. Trimurti berprofesi sebagai guru sekolah dasar yang banyak menghasilkan karya tulisan. Dia sempat dipenjara oleh Pemerintah Belanda karena mendistribusikan leaflet anti kolonial. Meski dipenjara, semangatnya dalam membuat karya tulisan yang kritis tak surut.
ADVERTISEMENT
Pada masa pergerakan tahun 1930, SK Trimurti aktif di Partai Indonesia (Partindo). Pasca kemerdekaan, Trimurti diangkat sebagai Menteri Tenaga Kerja pertama Indonesia di bawah Perdana Menteri Amir Syarufuddin pada 1947-1948. Trimurti meninggal pada 20 Mei 2008 pada usia 96 tahun di Rumah Sakit Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta.
(NDA)