Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
5 Ramadhan 1446 HRabu, 05 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Kisah Wafatnya Siti Khadijah Pada Tahun ke-10 Masa Kenabian Rasulullah SAW
13 Januari 2022 11:00 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dijelaskan dalam buku Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad karya KH. Moenawar Chalil, saat menikah dengan Khadijah, Rasulullah masih berusia 25 tahun. Sedangkan Siti Khadijah sudah berusia 40 tahun dan berstatus sebagai seorang janda.
Siti Khadijah adalah cerminan istri yang sholehah. Ia selalu menemani perjalanan Rasulullah dan membela setiap perjuangannya. Menurut riwayat, Siti Khadijah wafat pada usia 65 tahun, tepatnya pada tahun ke-10 masa kenabian Rasulullah SAW.
Kabar meninggalnya Khadijah membawa duka mendalam bagi Rasulullah. Pasca kepergiannya, Rasulullah menjalani tahun kesedihan yang dikenal dengan istilah amul huzni. Bagaimana kisahnya?
Kisah Meninggalnya Siti Khadijah
Kisah amul huzni bermula dari kepergian Siti Khadijah yang meninggal pada tahun 619 M. Beliau wafat pada usia 65 tahun dan meninggalkan beberapa orang anak.
Siti Khadijah meninggal setelah peristiwa pemboikotan yang dilakukan oleh kaum Quraisy terhadap kabilah Muhammad SAW, Banu Hasyim. Tidak berselang lama, paman yang sangat dicintai Rasulullah, yaitu Abu Thalib juga wafat.
ADVERTISEMENT
Peran Siti Khadijah sebagai istri Nabi sangatlah besar. Disebutkan dalam buku Ketika Anakku Siap Menikah karya Hani Widiatmoko (2014:165) Siti Khadijah merupakan pebisnis yang sukses. Beliau digolongkan sebagai orang terkaya di Mekah dan Madinah.
Kekayaan Khadijah tidak digunakan untuk keperluan dunia saja, melainkan juga untuk dakwah agama. Beliau merelakan seluruh hartanya untuk dijadikan modal dakwah memperjuangkan agama Islam.
Bagi Rasulullah sendiri, Khadijah adalah sosok yang sangat istimewa. Diriwayatkan dalam sebuah hadits ketika Khadijah sakit menjelang ajal, beliau berkata kepada Rasululllah SAW:
“Aku memohon maaf kepadamu, Ya Rasulullah, kalau aku sebagai istrimu belum berbakti kepadamu.” Rasulullah pun menjawab, "Jauh dari itu ya Khadijah. Engkau telah mendukung dakwah Islam sepenuhnya.”
Melalui hadits tersebut, Rasulullah memuji peran Khadijah yang amat berarti dalam Islam. Sebagai istri Rasulullah, beliau rela mengorbankan harta, jiwa, dan raganya untuk kebaikan agama Allah Swt.
Dikisahkan dalam sebuah riwayat, detik-detik saat Khadijah merasa ajalnya semakin dekat, ia memanggil Fathimah Azzahra dan berbisik: “Fathimah putriku, aku yakin ajalku segera tiba, yang kutakutkan adalah siksa kubur. Tolong mintakan kepada ayahmu, aku malu dan takut memintanya sendiri, agar beliau memberikan serbannya yang biasa untuk menerima wahyu agar dijadikan kain kafanku.”
ADVERTISEMENT
Mendengar itu, Rasulullah SAW berkata, “Wahai Khadijah, Allah menitipkan salam kepadamu, dan telah dipersiapkan tempatmu di surga.”
Khadijah pun mengembuskan napas terakhirnya di pangkuan Rasulullah SAW. Khadijah didekap dengan perasaan pilu dan sedih yang teramat sangat dari Nabi Muhammad.
Melihat air mata Rasulullah turun, ikut menangis pula semua orang yang ada di situ. Saat itu, Malaikat Jibril pun turun dari langit dengan mengucap salam dan membawa lima kain kafan.
Rasulullah menjawab salam Jibril dan kemudian bertanya. “Untuk siapa sajakah kain kafan itu, wahai Jibril?”, Jibril menjawab, “Kafan ini untuk Khadijah, untuk engkau ya Rasulullah, untuk Fathimah, Ali, dan Hasan,”. Kemudian Jibril berhenti berkata dan menangis.
Rasulullah bertanya, "Kenapa Ya Jibril?" “Cucumu yang satu, Husain (putra Sayyidina Ali) tidak memiliki kafan, dia akan dibantai dan tergeletak tanpa kafan dan tak dimandikan,” sahut Jibril.
ADVERTISEMENT
Rasulullah SAW berkata di dekat jasad Khadijah. "Wahai Khadijah, istriku sayang, demi Allah, aku takkan pernah mendapatkan istri sepertimu. Pengabdianmu kepada Islam dan diriku sungguh luar biasa. Allah Maha Mengetahui semua amalanmu."
"Semua hartamu kau hibahkan untuk Islam. Kaum muslimin pun ikut menikmatinya. Semua pakaian kaum muslimin dan pakaianku ini juga darimu. Namun begitu, mengapa permohonan terakhirmu kepadaku hanyalah selembar serban?”
(MSD)