Konten dari Pengguna

Kode ICD 10 BPH untuk Diagnosis Penyakit Pembesaran Jinak Kelenjar Prostat

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
10 November 2021 15:29 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi sakit BPH Foto: dok.shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sakit BPH Foto: dok.shutterstock
ADVERTISEMENT
Kode ICD 10 BPH kerap digunakan dalam proses diagnosis penyakit Binegma Prostat Hiperplasia. Dalam dunia medis, penyakit ini dikenal sebagai pembesaran jinak kelenjar prostat yang dapat menyebabkan penyumbatan aliran urin dan orifisium uretra.
ADVERTISEMENT
Mengutip American Physical Therapy Association, ICD 10 atau The International Classification of Diseases and Related-health Problems 10th merupakan pedoman klasifikasi internasional tentang penyakit. ICD 10 dapat digunakan untuk keperluan pendataan dan catatan rekam medis pasien.
Lebih spesifik lagi, ICD 10 juga dapat menyusun rekaman secara sistematis, melakukan analisa, interpretasi, menerjemahkan diagnosa, dan membandingkan data morbiditas pasien. Sistem ini dapat memudahkan tenaga medis untuk merekam data kesehatannya dengan cara yang sama dan komparabel.

Kode ICD 10 BPH untuk Penyakit Pembesaran Jinak Kelenjar Prostat

Sebagai pedoman kode diagnosis internasional, ICD 10 selalu diterbitkan dan diperbarui oleh World Health Organization (WHO) setiap tahunnya. Kode ini bisa digunakan oleh penyedia layanan kesehatan, medicare, dan pihak asuransi untuk penggantian biaya atas kondisi medis tertentu.
Ilustrasi sakit BPH Foto: dok.shutterstock
Selain itu, pemerintah, lembaga kesehatan, masyarakat, dan kelompok penelitian juga dapat menggunakan ICD 10 untuk mengidentifikasi penyakit dan melacak statistik. Terkait kode ICD 10 BPH, terdapat sejumlah rincian diagnosis yang sering digunakan, yakni sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Keperawatan Medikal Bedah oleh Risnawati, penyebab BPH belum diketahui secara pasti. Namun, sejumlah bukti menunjukan bahwa hormon bisa menjadi penyebab utamanya. Ini karena hormon bisa menyebabkan hiperplasia penyangga stormal dan elemen glandular pada prostat.
Adapun gejala BPH meliputi kencing tersendat, perasaan mendesak ingin kencing, kencing masih tersisa, kencing menetes, dan sering kencing. Gejala ini umumnya dirasakan pasien pada malam hari.
Anak sakit BPH Foto: Shutter Stock
Jika gejala BPH tidak terlalu mengganggu, cara terbaik untuk menanganinya adalah dengan melakukan pengawasan. Hal ini dilakukan untuk memastikan tidak ada komplikasi yang timbul akibat penyumbatan saluran kencing.
ADVERTISEMENT
Namun, jika gejala terasa mengganggu, dokter akan menyarankan untuk mengubah gaya hidup dan segera melakukan pengobatan. Tindakan bedah juga bisa menjadi pilihan jika memang diperlukan.
Berdasarkan buku Informasi Kapuas karya Jum'atil Fajar, dkk., ada empat langkah sederhana yang bisa dilakukan untuk mengurangi gejala BPH, yaitu:
ADVERTISEMENT
(MSD)