Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Konten dari Pengguna
Konsep Marah dalam Islam dan Cara Mengendalikannya
1 September 2021 14:00 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
![Ilustrasi marah. Sumber: Pexels](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1630462562/xlf9treyrrc18juvdtll.jpg)
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Namun, kemarahan tak selamanya harus diluapkan. Ada momen-momen di mana seseorang harus bisa mengendalikan dan mengelola amarah dengan baik. Terlebih, menuruti hawa nafsu rasa marah tak jarang memicu hal buruk yang kemudian dapat disesali.
Mengutip laman s1psikologi.unisayogya.ac.id, marah adalah bentuk emosi yang wajar. Namun jika terjadi cukup sering, hal tersebut dapat mempengaruhi kesehatan fisik. Selain itu, marah juga mampu menimbulkan kebencian, permusuhan, hingga perbuatan lain yang merugikan.
Konsep Marah dalam Islam
Berdasarkan jurnal Konsep Amarah dalam Al-Qur’an (2015) oleh Umar Latief, disebutkan bahwa dalam Al-Qur’an , manusia memiliki sikap yang disebut nafs. Jika dikendalikan oleh amarah, rasa iri, dan kedengkian, nafs berubah menjadi nafs al-amarah.
Nafs al-amarah sendiri sering menuntun ke dalam jurang kejahatan yang berpangkal pada kesesatan dan kehancuran. Manusia yang selalu mengikuti hawa nafsunya akan merugi seperti yang digambarkan dalam Al-An’am ayat 56 sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
“Katakanlah sesungguhnya aku dilarang menyembah tuhan-tuhan yang kamu sembah selain Allah. Katakanlah aku tidak akan mengikuti hawa nafsumu, sungguh tersesatlah aku jika berbuat demikian dan tidaklah (pula) aku termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-An'am:56).
Cara Mengontrol Marah dalam Islam
1. Konsisten dalam kebenaran
Umat Islam dianjurkan untuk selalu istiqomah dalam menjalankan kebenaran yang diridhai Allah SWT agar terhindar dari langkah-langkah setan yang menyesatkan.
2. Husnudzon kepada Allah
Meski ditimpa berbagai cobaan hidup yang mampu menimbulkan rasa marah dan kecewa, seorang Muslim sebaiknya tetap berpikir positif terhadap rencana Allah SWT. Dianjurkan bagi setiap Muslim untuk bisa mengontrol diri dengan rasa syukur dan sabar.
3. Mengingat Allah dengan dzikir
Dalam kondisi emosi yang memuncak, umat Muslim bisa mengalihkan emosi dengan mengingat Allah. Berdzikir merupakan cara efektif untuk mengontrol rasa marah dan membuat hati tentram seperti janji-Nya berikut ini:
ADVERTISEMENT
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Q.S. Al-Ra‘d:28).
4. Relaksasi dengan duduk
Duduk dan berbaring menjadi bentuk relaksasi yang ternyata mampu menjadi solusi ketika sedang dalam keadaan marah. Hal ini telah disabdakan Rasulullah dalam hadits berikut.
“Jika seseorang di antara kamu marah dalam posisi berdiri, maka hendaklah ia duduk mudah-mudahan marahnya hilang. Kalau belum reda juga, maka sebaiknya ia berbaring)." (HR.Ahmad)
Kesabaran menjadi Kunci Menghadapi Marah dalam Islam
Allah memerintahkan umat-Nya untuk selalu memiliki sifat sabar, termasuk saat menghadapi amarah. Itu karena menahan marah juga merupakan perbuatan kebajikan. Hal ini tertuang dalam Al-Qur’an yang berbunyi:
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar barada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, dan nasihat- menasihati supaya mentaati kabenaran, dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.” (Q.S. Al-Asr:1-3).
ADVERTISEMENT
“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Q.S. Ali-Imran-134).
(SYA)