Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Konsep Tuhan dalam Agama Buddha dan Pokok Ajarannya
18 Agustus 2022 10:30 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Konsep Tuhan dalam agama Buddha berbeda dengan ajaran agama lainnya. Dalam kepercayaan Buddha, tidak diakui konsep Tuhan yang personal seperti keberadaan Tuhan dalam Islam, Kristen, maupun agama samawi yang lain.
ADVERTISEMENT
Agama Buddha lebih menekankan pada ajaran kebaikan demi mencapai kebahagiaan yang mutlak dan sempurna. Ajaran tersebut pertama kali diperkenalkan dan disebarkan oleh Sidharta Gautama alias Sang Buddha, lebih dari 2.500 tahun yang lalu di India.
Dijelaskan lebih lanjut dalam laman History, penganut Buddhisme tidak percaya atas dewa tertentu. Bagi mereka, Sang Buddha bukanlah dewa, melainkan makhluk luar biasa yang mengajarkan mereka untuk fokus pada pencapaian pencerahan, yaitu kedamaian batin dan kebijaksanaan.
Jalan menuju pencerahan itu sering kali dicapai dengan meditasi . Itu sebabnya umat Buddha sering melakukan meditasi sebagai pemusatan pikiran untuk memperoleh ketenangan tingkat tertinggi (Nibbana).
Ada banyak filosofi dan interpretasi dalam Buddha, sehingga agama ini sering dianggap sebagai agama yang toleran. Untuk mengetahui lebih lengkap bagaimana konsep Tuhan dalam Agama Buddha dan ajaran pokoknya, simak penjelasannya berikut ini.
ADVERTISEMENT
Konsep Tuhan dalam Agama Buddha
Seperti yang dijelaskan, agama Buddha lebih fokus pada perbuatan kebaikan di dunia demi mencapai pencerahan. Meski begitu, menurut Al-Asmaa’ BT Dollah Abdul Aziz dalam jurnal Ketuhanan dalam Agama Hindu dan Agama Buddha, ajaran Buddha tetap mengakui bahwa Tuhan Maha Esa. Hal itu tertulis dalam kitab suci Udana yang berbunyi:
Sang Bhagava mengucapkan sebait syair Udana: “Para Bhikkhu. Ada sesuatu yang tidak dilahirkan. Tidak menjelma. Tidak terciptakan. Tidak tersenyawa. Para Bhikkhu,jika tidak ada yang dilahirkan, tidak dijelma, tidak dicipta, tidak disenyawa, maka tidak akan ada yang terlepas dari kelahiran, penjelmaan, ciptaan, persenywaan. Tetapi, para Bhikkhu, oleh karena tidak ada dilahirkan, tidak menjelma, tidak tercipta, tidak bersenyawa… maka, pembebasan dari kelahiran, penjelmaan, ciptaan, persenyawaan merupakan sesuatu yang nyata.” (Udana, VIII: iii)
ADVERTISEMENT
Ada beberapa sebutan Tuhan dalam agama Buddha, di antaranya Parama Buddha, Sanghyang Adi Buddha, Hyang Tathagata, dan lain-lain.
Ajaran Pokok Agama Buddha
Inti pokok ajaran Buddha terkandung dalam empat kenyataan yang dikenal dengan istilah Kesunyataan Mulia. Kesunyataan Mulia berlaku kepada siapa pun tanpa membeda-bedakan suku, ras, budaya, dan agama. Hukum kebenaran ini terdiri dari empat, yaitu:
1. Kebenaran tentang Dukkha
Kebenaran ini mengajarkan bahwa hidup manusia tidak luput dari penderitaan. Ada tiga konsep yang diajarkan, yaitu:
ADVERTISEMENT
2. Kebenaran tentang Dukkha Samudaya
Ajaran ini meyakini bahwa ketiga penderitaan tadi muncul karena adanya Avijja/Avidya (ketidaktahuan atau kebodohan), Tanha (kehausan atau keinginan nafsu), dan Moha (kegelapan batin) yang menyelimuti seseorang.
3. Kebenaran tentang Dukkha Niroda
Penderitaan yang dialami seseorang bisa berakhir jika orang tersebut menghilangkannya dengan cara-cara yang benar hingga mencapai kebahagiaan Nirwana.
Nirwana adalah kondisi saat seorang umat Buddha telah memiliki pemikiran yang jernih serta terbebas dari segala sifat buruk dan kegelapan batin.
4. Kebenaran tentang Dukkha Niroda Gamini Patipada Magga
Ajaran ini berisi cara melenyapkan Dukkha dalam diri. Ada delapan cara yang dapat diterapkan, yaitu:
(ADS)