Kronologi Perang Banjar, Bentuk Perlawanan Rakyat Indonesia terhadap Belanda

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
26 Januari 2021 17:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Perang Banjar. Foto: Pinterest
zoom-in-whitePerbesar
Perang Banjar. Foto: Pinterest
ADVERTISEMENT
Salah satu bentuk perlawanan rakyat Indonesia terhadap Belanda adalah Perang Banjar. Perang ini berlangung dari tahun 1859 hingga 1906. Wilayahnya sendiri meliputi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.
ADVERTISEMENT
Konflik ini dimulai ketika Belanda memonopoli perdagangan di Kesultanan Banjar. Kala itu, Kesultanan Banjar memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah berupa emas, intan, lada, rotan dan damar.
Tidak hanya menguasai sumber daya alam wilayah Kalimantan, ternyata Belanda menginginkan lebih dari itu. Belanda juga ikut mencampuri urusan Kesultanan Banjar yang membuat situasi kerajaan bertambah kacau.
Intensitas gesekan yang semakin meningkat antara Belanda dan Kesultanan Banjar menimbulkan banyak permasalahan hingga akhirnya memuncak ke dalam bentuk perlawanan lewat Perang Banjar.
Benteng Terapung sebagai salah stau strategi Perang Banjar. Foto: Pinterest
Kronologi Perang Banjar
Perang Banjar dipimpin oleh Pangeran Antasari dan dibantu oleh Pangeran Hidayatullah II sebagai Mangkubumi. Penyerangan diawali ketika Pangeran Antasari memasuki benteng Belanda dan tambang batubara di wilayah Pengaron.
ADVERTISEMENT
Dalam serangan tersebut, tentara Belanda dapat dilumpuhkan dan pasukan Pangeran Antasari dapat menguasai tambang batubara di Pengaron.
Dikutip dari buku Pegustian dan Temanggung: Akar Sosial, Politik, Etnis dan Dinasti, Perlawanan di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah 1859-1906 (2014) karya Helius Sjamsudin, pihak Belanda membalas serangan Pangeran Antasari dengan menyekap keluarga Pangeran Hidayatullah II. Mereka juga meminta Pangeran Hidayatullah II untuk keluar dari persembunyiannya.
Dengan terpaksa, Pangeran Hidayatullah II harus keluar dari persembunyiannya untuk menyelamatkan keluarganya. Namun sesampainya di Istana, Pangeran Hidayatullah II ditangkap Belanda dan diasingkan menuju ke Cianjur.
Pasca ditinggal Pangeran Hidayatullah II, Pangeran Antasari tetap melanjutkan perlawanan. Untuk memperkuat kedudukan sebagai pemimpin tertinggi, Pangeran Antasari meneriakkan slogan: “Hidup untuk Allah dan Mati untuk Allah". Rakyat, alim ulama, dan pejuang pun mengakui Pangeran Antasari sebagai Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin.
ADVERTISEMENT
Sedikit demi sedikit Perang Banjar semakin mendekati kekalahan. Pasukan Belanda dipasok berbagai persediaan dan pasukan bantuan dari Batavia. Karena terus terdesak, Pangeran Antasari memindahkan markas komando di Sungai Teweh.
Pangeran Antasari juga dibantu oleh dua putranya, Gusti Muhammad Said dan Gusti Muhammad Seman. Selain itu, ia juga dibantu oleh keluarga kerajaan yaitu Kiai Demang Lehman dan Tumenggung Surapati. Tapi beberapa hari kemudian, Pangeran Antasari jatuh sakit.
Ilustrasi Belanda Memonopoli Wilayah Banjar. Foto: Wikimedia Commons

Akhir Perang Banjar

Perang Banjar mulai meredup ketika Pangeran Antasari mengidap penyakit keras yang menyerang paru-paru hingga cacar. Meskipun dalam keadaan sakit keras, keinginan Pangeran Antasari untuk menjadikan Kesultanan Banjar sebagai wilayah berdaulat tidak padam.
Pangeran Antasari meninggal pada Oktober 1862 dan menitipkan pesan kepada para pengikutnya untuk terus berjuang hingga titik darah penghabisan.
ADVERTISEMENT
Perang Banjar berakhir pada tahun 1906 yang ditandai dengan kekalahan Pangeran Antasari dan Kesultanan Banjar. Korban di pihak Banjar lebih dari enam ribu jiwa. Sementara pihak Belanda, kehilangan hingga lima ribu orang dan dua kapal uap yang tenggelam.
(VIO)