Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.2
Konten dari Pengguna
Kumpulan Ceramah Ramadhan yang Menyejukkan Kalbu
19 April 2021 12:01 WIB
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Menyimak ceramah merupakan salah satu upaya untuk memperkaya ilmu agama. Dengan menuntut ilmu, hati dan pikiran manusia akan terbuka. Rasulullah SAW bahkan menegaskan bahwa ilmu akan selalu bermanfaat, baik ketika seseorang masih hidup di dunia atau setelah wafat.
ADVERTISEMENT
“Jika seorang manusia meninggal, terputuslah amalnya, kecuali dari tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shalih yang berdoa untuknya.” (HR. Muslim).
Di bulan Ramadhan, amalan ibadah akan dilipatgandakan, tak terkecuali untuk orang-orang yang menimba ilmu dan mengajarkannya. Sebagai inspirasi, berikut ini kumpulan ceramah Ramadhan dari buku Islam Rahmat Bagi Alam Semesta yang disusun Tim Penceramah Jakarta Islamic Centre (2005):
Hikmah Puasa
Seluruh perintah Allah SWT kepada umat manusia untuk beribadah memiliki tujuan “tazkiyat al-nafs" (membersihkan jiwa). Ini penting kita pahami agar puasa Ramadan yang kita jalani bermakna di dalam diri kita. Saudara kita kaum muslimin di penjuru dunia dilanda banyak musibah, ditandai dengan kurang bersatunya umat Islam (internal), sampai konspirasi global untuk menuduh umat Islam sebagai umat yang tidak beradab (eksternal), sebutan teroris selalu dialamatkan kepada umat Islam.
ADVERTISEMENT
Ramadan merupakan "syahr al-tarbiyah" untuk membentuk manusia yang bertakwa. Puasa bulan Ramadan mengandung beberapa hikmah. Hikmah yang pertama adalah kehidupan akhirat. Puasa di bulan Ramadan pada dasanya adalah membangun obsesi terbesar untuk kehidupan akhirat, tidak lagi terjebak dengan kepentingan dunia, sekalipun dunia merupakan “mazra'at al-akhirah", ladang untuk menuju akhirat. Allah SWT berfirman dalam surah al-Baqarah ayat 269: “Barang siapa yang diberikan hikmah dari Allah, maka sesunggulinya mereka diberikan oleh Allah sesuatu kebaikan yang banyak".
Sebenarnya banyak kesempatan bagi kaum muslimin untuk memperbaiki diri, tetapi sebagian mereka terperangkap dalam obsesi-obsesi dunianya. Seseorang yang diberikan kesempatan oleh Allah SWT untuk memperbaiki diri dan negerinya melalui jabatan yang dimilikinya justru membuat ia terlena dengan kehidupan dunia dan lupa dengan kehidupan akhirat.
ADVERTISEMENT
Seseorang yang diberi kemudahan oleh Allah SWT berupa ilmu seharusnya dapat memberikan pelita, pencerahan kepada masyarakat. Akan tetapi tidak sedikit orang yang berilmu tenggelam dalam kesombongan intelektualitasnya, bahkan berani mempermainkan al-Qur'an dan al-Hadits demi membangun popularitas. Pada bulan Ramadan ini, seharusnya kepentingan akhirat dijadikan sebagai obsesi yang paling besar dalam kehidupan, bukan kepentingan dunia.
Kita harus meninggalkan yang haram, syubhat, semata-mata demi menuju kehidupan akhirat. Karena itu kaki dan badan kita tidak akan merasa berat menghujam bumi ketika dipanggil untuk berjihad di jalan Allah SWT. Kaum muslimin pernah d tegur oleh Allah SWT, karena sebagian dari mereka enggan berjihad di jalan-Nya, disebabkan tarik menarik dengan kepentingan dunia. Allah SWT mengingatkan kaum muslimin bahwa dunia dan isinya adalah "qalil" (sedikit) bila dibandingkan dengan kehidupan akhirat.
ADVERTISEMENT
Hikmah yang kedua adalah "bina-u al-hasasiyyati al-ijti- ma'iyyah", membangun sensitivitas sosial, membangun kepekaan sosial. Di bulan Ramadan ini, kita dididik oleh Allah SWT untuk menghidupkan "al-'amal al-jama'i", menghidupkan amal, kerja secara kolektif dan berjamaah. Bila suatu pekerjaan hanya dilakukan oleh individu-individu, maka kita tidak mungkin dapat menyelesaikan permasalahan dunia, khususnya di negeri kita ini.
Terjadinya kerusakan, di bidang ekonomi, budaya maupun politik, ditambah dengan kemerosotan akhlak dan sedikitnya pemahaman akidah terhadap agama, membuat masyarakat kita cenderung melakukan sesuatu yang dapat mendatangkan nilai-nilai negatif dalam lingkungan masyarakat ataupun negara. Persoalan besar ini hanya dapat diatasi dengan kebersamaan. Seorang penyair mengatakan "Kapan sebuah bangunan itu akan tegak berdiri jika kamu sendirian membangun sementara orang lainnya merobohkannya". Demikian juga dengan pentingnya peran ulama untuk mengingatkan dan sekaligus bekerja sama dengan para pejabat, umara, membangun negeri ke arah yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
Pada zaman Rasulullah SAW, kemaksiatan hanya dilakukan oleh individu, tetapi sekarang hal itu dilakukan secara sistematis dan terlembaga. Mereka melakukan beramai-ramai dan tidak merasa malu melakukannya. Ini disebabkan karena tidak ada kebersamaan. Bulan Ramadan mendidik kita untuk bersama-sama dalam beribadah, bersama-sama dalam kegiatan yang islami, tidak membiarkan kemaksiatan. Dalam Atsar dikatakan "Jikalau ada seseorang melihat kemungkaran, melihat kemaksiatan, dia adalah setan yang bisu. Dan sekalipun bisu, setan pasti bermitra dengan setan yang lainnya, saling memberikan bisikan untuk memerangi Islam ajaran Rasulullah, baik itu setan manusia maupun setan jin.”
Hikmah yang ketiga adalah melatih kesabaran. Pada bulan Ramadan kita menahan diri untuk makan dan minum dari mulai terbit fajar sampai waktu magrib. Seandainya seorang muslim dan rakyat Indonesia pada umumnya mampu menahan diri dari perbuatan haram, syubhat, bahkan mubah, niscaya akan terjadi perubahan yang signifikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
ADVERTISEMENT
Perubahan menuju perbaikan yang maksimal tidak dapat diharapkan hanya dari seorang presiden atau pemerintah, tetapi harus dimulai dari setiap muslim, mulai dari para penguasa dan pemerintahannya. Sehingga, dapat membuat suatu keputusan yang mempersempit ruang lingkup kemaksiatan, lebih mudah berbuat kebaikan.
Itulah tiga hikmah yang bisa kita petik dari puasa Ramadan. Marilah kita jadikan bulan Ramadan sebagai madrasah, sebagai pusat pendidikan, agar dapat membangun obsesi terbesar kita untuk kehidupan di akhirat nanti.
(Ceramah oleh Ahzami Sami’un Jazuli)
Puasa dari Segi Kesehatan
Salah satu keutamaan ibadah puasa bisa kita lihat dari segi kesehatan. "In kuntum ta'lamun", jika kamu mengetahui, maka shaum adalah ibadah yang sangat bermanfaat di bidang kesehatan. Sebetulnya kalau kita mau membicarakan tentang shaum di bulan Ramadan, tentu tidak akan lepas dari Rajab, yang kita peringati Isra' Mi'raj-nya. Shaum tentu saja tak akan lepas dari salat yang kita laksanakan. Salat merupakan character building, pembentukan jiwa, pembentukan karakter, sifat. Allah SWT mengatakan dalam firmannya: "Aqim al-shalah inna al-shalata tan-ha 'an al-fakhsya-i wa al-munkar." Dirikanlah salat, sesungguhnya salat yang didirikan itu mencegah perbuatan keji dan mungkar. Salah satu fungsi salat adalah membentuk akhlaq al-karimah. Jadi kalau salat tapi tetap korupsi, ini namanya salat-salatan. Ada salah seorang jamaah salat subuh datang ke rumah. Sampai di rumah dia menangis, karena kemarin terjerumus ke dalam perbuatan zina. Saya katakan, "Pada saat anda berbuat zina, maka iman anda hilang, tidak nempel di hati. Dengan sendirinya salat-salat anda juga salat yang tidak didirikan."
ADVERTISEMENT
Jadi jika salat adalah character building, maka shaum adalah jihad, kerja keras. Agar jiwa ini bisa terbentuk dalam tubuh, tubuhnya harus sehat duluan. Sehingga, Nabi mengatakan: "Shumu tashihhu", puasalah kamu, nanti kamu sehat. Kalau kamu puasa, setelah puasa dan tubuh sehat, maka jiwa yang sehat itu akan masuk ke dalam tubuh yang sehat.
Kita semua sudah tahu, bahwa pada dasarnya watak manusia baik. Ini karena kita adalah satu-satunya ciptaan, di mana ruh Allah SWT masuk ke dalam diri kita. Jadi, jika kita mau menjadi baik, kita harus mengembangkan sifat-sifat Allah SWT; al-rahman, al-rahim, al-malik, al-kuddus, dan semua sifat Allah SWT yang 99 itu ada dalam jiwa kita. Tinggal bagaimana kita bisa mengaplikasikan sifat-sifat itu. Salah satu fungsi shaum adalah untuk melatih diri menuju hal itu, dengan melawan hawa nafsu, suatu pembentukan tubuh yang istimewa. Dan ini tidak hanya dikagumi oleh kita umat Islam. Orang-orang Kristen di Eropa, terutama di Rusia, pernah membuat uji coba, yaitu menunda makan. Jadi, antara makan pertama dan kedua ditunda 12 jam, sehingga sehari hanya makan dua kali. Dan sekarang hal seperti ini sudah menjadi tren. Jadi orang Eropa, berdasarkan penelitian mereka kemudian mentradisikan apa yang sudah menjadi ajaran Islam tersebut.
ADVERTISEMENT
Di Amerika misalnya, membuat kebiasaan yang kita ikuti. Kita ini jajahan mereka. Misalnya, makan malam besar-besaran. Ini kan kebiasaan orang-orang nasrani. Dalam Islam tidak ada tradisi itu, yang ada adalah qiyamullail, bukan pesta malam hari. Tapi sekarang ahli-ahli kesehatan di sana sudah tahu bahwa makan yang paling baik adalah makan yang dua kali. Sesungguhnya ini juga tradisi orang Indonesia asli; orang- orang Jawa, Sunda, Bali, makan jam 10 pagi dan jam 4 sore. Itu yang baik. Pada waktu Ramadan, yang pagi diperpagi lagi, menjadi jam 3-4. Yang sore menjadi jam 6–7. Mereka membuat uji coba. Apa hasilnya? Beberapa relawan sengaja tidak makan dari jam 6 pagi sampai dengan jam 6 sore. Hasilnya sungguh sangat menakjubkan. Yang paling menakjubkan adalah terjadi pada relawan dengan tensi darah di atas 150. Dengan hanya menahan lapar, tanpa diberi obat, ternyata rata-rata tensi mereka bisa turun 20%. Sungguh sangat gampang untuk bisa dimengerti, bahwa dengan mengatur makan, sesungguhnya sama dengan diet. Sekarang pola ini sangat terkenal.
ADVERTISEMENT
Seorang Profesor di Rusia memberikan gambaran, perbandingan antara yang menunda makan, dibanding dengan yang tidak menunda makan. Orang yang menunda makan, wajahnya lebih kelihatan segar dan muda.
Jadi sebenarnya kalau membicarakan hubungan shaum dengan kesehatan, terlalu gampang ditunjukkan. Banyak di antara kita yang sebelum menjalani shaum mungkin sakit, namun kemudian setelah melakukan shaum, badannya jadi sehat dan segar bugar. Demikianlah Allah SWT menurunkan keutamaan dan kebaikan ketika kita menjalani puasa: "Wa an tashumu khairun lakum in kuntum ta'lamun."
Ini hanya sedikit gambaran mengenai fungsi shaum dari sisi kesehatan. Sebenarnya banyak lagi yang bisa menunjukkan bahwa shaum ini merupakan satu bentuk pengobatan penyakit yang paling baik. Sudah banyak juga penelitian dan riset yang menunjukkan itu. Ini sudah terbukti berlaku untuk semua jenis penyakit, lebih-lebih sakit kencing manis, tekanan darah tinggi, jantung, sakit maag, dan sakit jiwa.
ADVERTISEMENT
(Ceramah oleh Muadz Tirto)
Rabbani atau Ramadhani?
Sebagai bulan yang suci dan luhur, banyak istilah yang melekat pada bulan Ramadan. Nama-nama lain bulan Ramadan, di antaranya: pertama, Sayyid al-syuhur (bulan yang agung). Ramadan disebut juga bulan yang agung karena pada bulan itu Allah SWT menurunkan al-Qur'an, sedangkan al- Qur'an adalah petunjuk hidup bagi manusia. Kedua, Syahr al- mubarak (bulan yang penuh dengan keberkahan), karena pada bulan itu amal ibadah dinilai lebih tinggi oleh Allah SWT dibanding bulan yang lain.
Ketiga, Syahr al-rahmah, bulan dicurahkannya rahmat bagi yang ingin mendapatkannya. Keempat, Syahr al-maghfirah (bulan yang penuh dengan ampunan). Bulan Ramadan adalah momen yang tepat untuk mengingat kekhilafan dan kekeliruan. Terakhir, Syahr al-'adzimah (bulan yang agung). Pada bulan Ramadan terdapat malam lailatulqadar yang nilainya lebih baik dari seribu bulan.
ADVERTISEMENT
Gegap gempita menyambut bulan Ramadan telah terjadi jauh hari sebelum bulan itu tiba. Suasana religius menjadi semakin meriah saat detik-detik waktu memasuki Ramadan. Manusia menjadi taat beribadah dan masiid dipenuhi oleh para jamaah. Sayangnya, gambaran ketaatan itu hanya terjadi sesaat, hanya di bulan Ramadan saja. Kita tidak akan mendapati lagi nuansa ketaatan itu di bulan-bulan lainnya. Padahal Islam menginginkan setiap muslim untuk berjiwa rabbani. Jiwa yang tali hubungannya dengan Allah SWT sangat kuat dengan beribadah yang dilakukan secara rutin dan terus-menerus. Bukan menjadi manusia yang berjiwa ramadhani atau beribadah musiman, hanya pada bulan Ramadhan.
Yang dimaksud manusia rabbani adalah bukan manusia tanpa dosa, yang terbebas dari kekhilafan dan kekeliruan. Manusia rabbani adalah manusia yang suka bertaubat, merasa menyesal jika berbuat salah dan segera kembali kepada Allah SWT jika berbuat dosa. Lalu dengan cara apa Islam menanamkan jiwa yang rabbani? Islam menanamkan jiwa yang rabbani dengan jalan ibadah. Salah satunya adalah puasa.
ADVERTISEMENT
Ibadah puasa adalah sebuah bentuk pendidikan dan pelatihan bagi manusia yang ingin membangun kadar kejujuran dan ketakwaan. Selama menunaikan ibadah puasa, seorang muslim tidak diperkenankan mengikuti kemauan syahwatnya: makan, minum, bersenggama, dari mulai terbitnya fajar hingga terbe- namnya matahari. Di sinilah kejujuran dan keimanan seorang muslim diuji. Ibadah-ibadah yang diperintahkan agama, baik yang wajib maupun yang sunah, tidak sekedar dimaksudkan untuk men- jadikan seorang muslim dekat dengan Penciptanya di saat dia melakukan ibadah tersebut, setelah itu hilang ikatannya dengan Allah SWT, kembali lagi menjadi cinta pada dunia dan mengikuti hawa nafsunya. Akan tetapi ibadah-ibadah itu diarahkan agar tetap berhubungan dengan Allah SWT pada setiap saat dari kehidupannya.
Dr. Yusuf al-Qardhawi dalam bukunya Karakteristik Islam; Kajian Analitik mengatakan bahwa Islam tidak rela jika ada seorang muslim yang hanya rabbani pada bulan suci Ramadan, jika Ramadan telah berakhir maka berakhir pula ibadah maupun ketaatannya kepada Allah SWT. Seolah-olah mengultuskan Ramadan dan bukan menyembah Tuhannya. Karenanya para ulama generasi al-salafus shalih berkata, "Jadilah Anda rabbani dan jangan jadi ramadhani (beribadah musiman, hanya pada bulan Ramadan).
ADVERTISEMENT
Islam tidak menginginkan itu semua terjadi atas diri seorang muslim. Yang diinginkan Islam adalah terjalinnya hubungan yang terus-menerus dengan Allah SWT: di masjid, rumah, tempat kerja, pada bulan suci Ramadan, Syawal dan bulan-bulan yang lain. Hubungan yang luhur itu harus tetap terjalin dalam iklim atau suasana haji yang begitu sakral (suci) di Mekah, Madinah, dan sepulang ke tanah air, di setiap saat dan tempat. Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Tirmidzi, Nabi Muhammad SAW bersabda: "Bertakwalah kepada Allah SWT di mana saja kalian berada! Susullah perbuatan yang tidak baik dengan perbuatan yang baik. Perbuatan baik itu akan menghapuskan perbuatan yang tidak baik. Dan bergaullah dengan sesama manusia dengan akhlak yang baik."
ADVERTISEMENT
Sesungguhnya Allah SWT menyenangi amal yang berkelanjutan, terus-menerus. Kita berlindung kepada Allah SWT agar tidak menjadi bagian dari generasi ramadhani dan berdoa agar dijadikan oleh Allah SWT sebagai generasi rabbani.
(Ceramah oleh Zainuddin Hamka)
(ERA)