Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kumpulan Hadits Tentang Taat Kepada Allah, Rasul, dan Ulil Amri
18 November 2021 16:29 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perintah taat kepada Allah, Rasul, dan ulil amri tercantum dengan jelas dalam Alquran dan sunnah. Ini menjadi landasan utama bagi seorang Muslim dalam menjalani kehidupan beragamanya. Dalam surat an-Nisa ayat 59, Allah Swt berfirman:
ADVERTISEMENT
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى الْاَمْرِ مِنْكُمْۚ
“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu.”
Kata al-amr dalam ayat di atas berarti urusan, yang meliputi bidang keagamaan serta duniawi. Adapun ulil amri keagamaan meliputi para ahli ijtihad dan ahli fatwa.
Sedangkan ulil amri duniawi ialah para raja dan penguasa yang memimpin manusia . Melalui ayat tersebut, Allah Swt memerintahkan hamba-Nya untuk beriman kepada-Nya, Rasul, serta ulil amri yang memimpin mereka.
Selain ayat tersebut, ada pula hadits tentang taat kepada Allah, Rasul, dan ulil amri yang bisa Anda jadikan pedoman. Apa saja?
Hadits tentang Taat Kepada Allah, Rasul, dan Ulil Amri
Taat kepada Allah, Rasul, dan ulil amri adalah bagian dari iman seorang Muslim. Ini bisa menjadi pedoman serta landasan dalam menjalani kehidupan beragama dan bermasyarakat. Sebab, Allah, Rasul, dan ulil amri adalah sumber kebenaran.
ADVERTISEMENT
Melalui firman-Nya, Allah Swt memerintahkan sesuatu yang baik dan melarang yang buruk. Begitu pula dengan Rasul dan ulil amri yang senantiasa mengajarkan hal baik kepada manusia melalui sabda dan fatwanya. Tentunya, ajaran tersebut harus bersumber pada Alquranul Karim.
Mengutip buku Kosakata Keagamaan karya M. Quraish Shihab, perintah taat kepada ulil amri bersifat tidak mutlak, berbeda dengan taat kepada Allah dan Rasul. Umat Islam harus memastikan bahwa ajaran yang dibawa ulil amri adalah kebenaran, sehingga ia bisa menaatinya.
Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada ketaatan kepada makhluk kalau perintahnya merupakan pelanggaran terhadap Allah (dan Rasul)" (HR. Ahmad)
Secara tersirat, hadits tersebut memerintahkan umat Islam untuk tidak menaati ulil amri yang berbuat maksiat atau pelanggaran terhadap Allah. Agar lebih memahaminya, berikut beberapa hadits tentang taat kepada Allah, Rasul, dan ulil amri untuk Anda yang dikutip dari buku Tafsir Ayat-Ayat Ahkam karya Abdurrahman Kasdi:
ADVERTISEMENT
Hadits Pertama
Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:
"Apa saja yang aku larang terhadap kalian, maka jauhilah. Dan apa saja yang aku perintahkan kepada kalian, maka kerjakanlah semampu kalian. Sesungguhnya apa yang membinasakan umat sebelum kalian hanyalah karena mereka banyak bertanya dan menyelisihi nabi-nabi mereka (tidak mau taat dan patuh)". (HR Bukhari dan Muslim).
Hadits Kedua
Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang taat kepada kepada pemimpinnya, maka ia taat kepadaku, barangsiapa taat kepadaku, maka ia taat kepada Allah, barangsiapa menentang pemimpinnya, maka ia menentangku, barangsiapa menentangku, maka ia menentang Allah."
Hadits Ketiga
Nabi SAW bersabda, "Barangsiapa yang taat pada pemimpinku, maka ia taat kepadaku"
Hadits Keempat
“Barang siapa mencintai aku sesungguhnya ia mencintai Allah. Dan barang siapa yang menaati aku sesungguhnya ia menaati Allah. Orang munafik berkata, “Tidakkah kamu mendengar kata laki-laki ini (Muhammad)? Sesungguhnya ia telah mendekati syirik. Sesungguhnya ia melarang kita menyembah selain Allah dan ia menghendaki kita menjadikannya tuhan sebagaimana orang-orang Nasrani menjadikan Isa tuhan. Maka Allah menurunkan ayat ini.” (Riwayat Muqatil).
ADVERTISEMENT
Hadits Kelima
“Saya memberi wasiat kepada kalian agar tetap bertaqwa kepada Allah ‘azza wa jalla, tetap mendengar dan ta’at walaupun yang memerintah kalian seorang hamba sahaya (budak)”. (HR. Abu Daud dan At Tirmidzi)
(MSD)