Konten dari Pengguna

Latar Belakang Pemberontakan APRA di Bandung, Mengapa Bisa Terjadi?

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
29 Juli 2021 17:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Latar Belakang Pemberontakan APRA Foto: Kemdikbud
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Latar Belakang Pemberontakan APRA Foto: Kemdikbud
ADVERTISEMENT
Peristiwa pemberontakan APRA yang terjadi pasca proklamasi tidak bisa dipisahkan dari sejarah bangsa Indonesia. Peristiwa yang disebut sebagai Kudeta 23 Januari ini berawal dari ketegangan TNI dan KNIL yang berujung pada pertumpahan darah.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan informasi dari buku Pasti Bisa Sejarah Indonesia untuk SMA/MA Kelas XII karangan Tim Ganesha Operation, pemberontakan APRA terjadi di Kota Bandung dan dipimpin oleh bekas perwira Belanda yang bernama Raymond Westerling.
Lalu, apakah yang melatarbelakangi pemberontakan APRA di Bandung? Untuk memperkaya pengetahuan, simak penjelasan berikut.
Ilustrasi Latar Belakang Pemberontakan APRA Foto: Flickr

Latar Belakang Pemberontakan APRA

Mengutip buku Sejarah 3: SMP Kelas IX yang ditulis oleh Drs. Anwar Kurnia dan Drs. H. Moh. Suryana, latar belakang pemberontakan APRA berawal dari bunyi kesepakatan KMB (Konferensi Meja Bundar) yang menyatakan bahwa KNIL (Koninklijk Nederlandsch Indische Leger) dibubarkan.
Kesepakatan tersebut juga menjelaskan bahwa bekas anggota KNIL yang berkeinginan untuk menjadi anggota angkatan perang wajib bergabung dengan Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS).
ADVERTISEMENT
Kendati demikian, pada kenyataannya, pembentukan APRIS telah menimbulkan ketegangan-ketegangan. Di kalangan TNI, ada keengganan bergabung dengan bekas KNIL. Sementara itu, bekas anggota KNIL menuntut agar kesatuan-kesatuannya ditetapkan sebagai angkatan perang negara bagian.
Di Kota Bandung, bekas anggota KNIL yang enggan bergabung dengan APRIL membentuk Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) yang dipimpin Raymond Westerling.
APRA menuntut Pemerintah RIS agar organisasinya diakui sebagai Tentara Pasundan dan menolak dibubarkannya Negara Pasundan. Tuntutan ini tidak dihiraukan oleh Pemerintah RIS.
Pada tanggal 23 Januari 1950 dini hari, APRA melakukan serangan ke Kota Bandung dari arah Cimahi. Penyerbuan ini dilakukan dengan kekuatan 800 tentara dan kendaraan berlapis baja.
Dalam pemberontakan ini, pasukan APRA membunuh setiap anggota TNI yang dijumpai. Markas Staf Divisi Siliwangi berhasil diduduki APRA usai membunuh 15 orang regu jaga, salah satunya Letkol. Lembong. Penyerbuan tidak terduga ini membuat APRA berhasil menguasai Kota Bandung selama beberapa jam.
Ilustrasi Latar Belakang Pemberontakan APRA Foto: Flickr/boobook48
Untuk mengatasi hal tersebut, Pemerintah RIS langsung mengirimkan bantuan ke Bandung. Bala bantuan itu didatangkan dari kesatuan-kesatuan polisi Jawa Tengah dan Jawa Timur yang kala itu berada di Jakarta.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, pemerintah juga menekan pimpinan pasukan Belanda dengan cara mendesak Mayor Jenderal Engells agar melarang pasukannya meninggalkan markas dan memaksa APRA meninggalkan Kota Bandung.
Operasi militer pun dilakukan dengan menangkap dan membersihkan anggota APRA serta politisi negara Pasundan yang ikut terlibat. Usai proses penyelidikan oleh intelijen APRIS, didapati bahwa dalang Pemberontakan APRA adalah Sultan Hamid II yang berada di Jakarta.
Diketahui juga bahwa APRA berniat menyerang Jakarta dengan menahan Menteri RIS dan membunuh Menteri Pertahanan, Sri Sultan Hamengkubowono IX; Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan, yaitu Mr. Budiarjo; dan Kepala Staf APRIS, yakni Kolonel T.B. Simatupang.
Dengan terungkapnya rencana itu, APRA beserta dalangnya pun ditangkap sebelum tiba di Jakarta. Namun, pemerintah gagal menangkap Westerling yang telah melarikan diri ke Belanda.
ADVERTISEMENT
(GTT)