Konten dari Pengguna

Latar Belakang Terjadinya Isra Miraj, Bermula dari Tahun Kesedihan Rasulullah

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
11 Maret 2021 7:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi masjid Al Aqsa di malam hari. Foto: Freepik
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi masjid Al Aqsa di malam hari. Foto: Freepik
ADVERTISEMENT
Isra Miraj merupakan salah satu mukjizat Nabi Muhammad SAW yang luar biasa. Dalam waktu satu malam, Rasulullah menempuh perjalanan dari Masjidil Haram di Mekah menuju Masjidil Aqsa, hingga Sidratul Muntaha di langit ketujuh.
ADVERTISEMENT
Peristiwa ini bukan hanya membuktikan kerasulan Nabi Muhammad, tetapi juga menggambarkan kekuasaan Allah SWT yang tidak terbatas. Namun tahukah Anda apa yang melatarbelakangi Isra Miraj?
Isra Miraj tidak dapat dipisahkan dari amul huzni, yakni tahun kesedihan di mana Rasulullah diuji ketabahannya. Mengutip jurnal Studi Analisis Peristiwa Isra MIiraj Nabi Muhammad Menurut Alquran dan Hadits tulisan Aceng Zakaria (2019: 100), Nabi Muhammad harus merelakan sang istri tercinta Khadijah radhiyallahu anha menghadap Sang Pencipta. Padahal Khadijah adalah wanita yang setia menemani beliau ketika banyak orang masih mencemoohnya.
Kaligrafi Nabi Muhammad. Foto: Shutterstock
Baginda Nabi semakin berduka tatkala pamannya, Abu Thalib wafat. Dia-lah yang selama ini memberikan perlindungan pada Rasulullah. Abu Thalib terkenal sangat keras dan tegas membela keponakannya sehingga para penentang Nabi Muhammad di Mekkah menjadi gentar. Sepeninggal dua orang yang begitu istimewa ini, orang-orang kafir Quraisy-pun semakin leluasa mengintimidasi Rasulullah.
ADVERTISEMENT

Perjalanan Isra Miraj Nabi Muhammad

Untuk menghibur Nabi Muhammad, Allah SWT memuliakan utusannya tersebut dengan perjalanan spiritual sampai langit ketujuh untuk menemui-Nya. Inilah yang kemudian dikenal sebagai peristiwa Isra Miraj.
Isra artinya perjalanan yang dilakukan Nabi Muhammad SAW pada malam hari dari Mekkah al-Mukarramah ke Baitul Maqdis di Palestina. Sedangkan miraj bermakna dinaikkannya Rasulullah SAW sampai ke Sidratul Muntaha.
Ilustrasi Isra Miraj. Foto: Freepik
Mengutip jurnal Historitas dan Rasionalitas Isra Miraj karya Miswari dan Dzul Fahmi (2019), Isra Miraj bermula saat Malaikat Jibril mendatangkan Buroq untuk Nabi Muhammad. Buroq adalah sejenis binatang berwarna putih yang dapat melesat secepat kilat.
Rasulullah kemudian mengendarainya dari Masjidil Haram menuju Baitul Maqdis. Selama perjalanan, Jibril mengajak Nabi singgah ke beberapa tempat yang memiliki nilai historis.
ADVERTISEMENT
Bumi Palestina sendiri adalah lokasi yang bersejarah, bahkan jauh sebelum Nabi Muhammad diutus menjadi Rasul. Palestina merupakan negeri para nabi. Maka dengan menempuh perjalanan Isra, Rasulullah melakukan napak tilas perjuangan dakwah para nabi-nabi sebelumnya.
Masjid Kubah Batu, di halaman tertutup masjid Al-Aqsa, selama bulan suci Ramadhan saat matahari terbenam di Kota Tua Yerusalem (19/5), Foto: AFP/AHMAD GHARABLI
Setelah mendirikan sholat dua rakaat di Masjidil Aqsa, Rasulullah pun melanjutkan perjalanan miraj, di mana beliau bertemu dengan para utusan Allah di tiap-tiap pintu langit. Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Adam, Nabi Isa, Nabi Yahya, Nabi Yusuf, Nabi Idris, Nabi Harun, Nabi Musa, dan Nabi Ibrahim.
Di sidratul muntaha, Allah SWT memberi perintah yang mewajibkan umat Islam untuk sholat 50 kali dalam sehari. Karena memikirkan kondisi umatnya, Rasulullah kemudian melakukan negosiasi hingga ditetapkanlah perintah sholat lima waktu.
ADVERTISEMENT
Perlu diketahui, hingga kini waktu kejadian Isra Miraj tidak diketahui secara pasti meskipun umat Islam memperingatinya pada 27 Rajab. Menurut mayoritas ulama, Isra Miraj terjadi antara tahun 620-621 M.
Sedangkan menurut al-Allamah al-Manshurfuri, peristiwa ini terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian. Namun, Syekh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri menolak pendapat tersebut karena Khadijah meninggal pada bulan Ramadhan tahun ke-10 kenabian.
Meski demikian, perdebatan mengenai waktu ini tidak mengurangi esensi dari peristiwa Isra Miraj sebagai sarana penguatan iman umat Islam.
(ERA)