Konten dari Pengguna

Latudrikuhul Absoru, Penggalan Surat Al-An’am Ayat 103 beserta Isi Kandungannya

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
4 Oktober 2022 18:38 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Al-quran. Foto: G.Tbov/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Al-quran. Foto: G.Tbov/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Manusia tidak bisa melihat Allah SWT karena belum memiliki kemampuan dan kelayakan untuk itu. Persoalan ini tidak terkait pada dimensi ruang, waktu, dan lainnya, melainkan murni karena keterbatasan penglihatan yang dimiliki oleh manusia.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, seluruh umat manusia, khususnya Muslim harus meyakini bahwa Allah itu ada dan selalu hadir di dekatnya. Allah SWT senantiasa memberikan hamba-Nya berbagai kenikmatan dan berperan dalam segala urusan.
Mengutip buku Teologi Islam susunan Muhammad Ridwan Efendi (2021), Allah adalah Dzat yang Maha Melihat. Dia bisa melihat segala perbuatan manusia, baik yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan.
Hal ini dijelaskan dalam Surat Al-An’am ayat 103 yang berbunyi “latudrikuhul absoru wa huwa yudrihul absoor”. Apa isi kandungan ayat tersebut? Untuk mengetahuinya, simak penjelasan berikut.

Isi Kandungan Surat Al-An’am Ayat 103

Surat Al-An’am ayat 103 sebenarnya menjelaskan tentang sifat Allah SWT yang tidak bisa dilihat. Sebab, Allah bersifat immateri, sehingga tidak bisa dijangkau oleh penglihatan manusia.
Ilustrasi Al-quran. Foto: Waleed_Hammoudeh/Shutterstock
لَا تُدْرِكُهُ الْاَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ الْاَبْصَارَۚ وَهُوَ اللَّطِيْفُ الْخَبِيْرُ
ADVERTISEMENT
Latudrikal absoru wa huwa yudrikul absooro wa huwalathiiful khoiru
Artinya: “Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu, dan Dialah Yang Mahahalus, Mahateliti.”
Dijelaskan dalam Buku Pintar Hari Akhir karya Dr. Abdul Muhsin (2012), Surat Al-An’am ayat 103 mengandung pujian dan kesempurnaan. Allah adalah zat yang Mahatinggi, sehingga harus dipuji dengan sesuatu yang melekat pada ketiadaan mutlak.
Allah tetap bisa dilihat, tetapi tidak bisa dilihat dan dicapai oleh penglihatan mata biasa. Ini karena keagungan dan kemuliaan yang melekat pada-Nya.
Allah menjelaskan hakikat dan keagungan diri-Nya sebagai penegasan dari sifat-sifat-Nya yang telah dijelaskan dalam ayat tersebut. Dzat-Nya Yang Agung tidak dapat dijangkau oleh indera manusia, karena indera manusia itu memang diciptakan dalam susunan yang tidak siap untuk melihat Dzat-Nya.
ADVERTISEMENT
Namun ketentuan ini hanya berlaku di dunia. Sebab, di akhirat kelak manusia yang beriman akan diberikan keistimewaan untuk melihat Allah SWT. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan ini. Kalian tidak akan kesulitan (ragu) ketika melihatnya. Jika kalian mampu untuk tidak ketinggalan shalat sebelum terbitnya fajar dan sebelum terbenamnya matahari maka lakukanlah.” (HR. Bukhari)
Ilustrasi Al-quran. Foto: FOTOKITA/Shutterstock
Berbeda dengan orang mukmin, orang kafir justru tidak diperkenankan untuk melihat Allah SWT. Dalam Surat Al-Mutafifin ayat 15, Allah berfirman: “Sekali-kali tidak! Sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari (melihat) Tuhannya.”
Dalam firman-Nya, Allah menegaskan bahwa Dia dapat melihat segala hal yang ada di alam semesta. Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya, baik bentuk maupun hakikatnya.
ADVERTISEMENT
(MSD)