Macam-Macam Adat Istiadat Jawa Tengah dan Tujuannya

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
6 Desember 2021 11:03 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Adat Istiadat Jawa Tengah. Foto: Instagram/ardinarasti6
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Adat Istiadat Jawa Tengah. Foto: Instagram/ardinarasti6
ADVERTISEMENT
Jawa Tengah adalah salah satu daerah di Nusantara yang dikenal kental dengan adat istiadatnya. Beberapa adat istiadat Jawa Tengah bahkan masih dipertahankan hingga kini. Adat tersebut mencakup upacara untuk menolak bala, pernikahan, dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Adat istiadat merupakan instrumen penting bagi kehidupan masyarakat. Secara umum, adat istiadat adalah tata cara dalam upacara perkawinan, keagamaan, kematian, dan pakaian adat.
Adat istiadat juga merujuk pada ciri khas suatu masyarakat tertentu yang diperlukan untuk kelangsungan hidup bersama. Hal ini seperti dikatakan dalam buku Inovasi Pelayanan Publik Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) karya Hendri Maduki, dkk. (2017).
Seperti dikatakan sebelumnya, daerah Jawa Tengah memiliki berbagai adat istiadat. Adat tersebut memiliki tujuan dan fungsi masing-masing. Untuk memperluas wawasan, mari simak pembahasannya di bawah ini.
Ilustrasi Adat Istiadat Jawa Tengah. Foto: Instagram/ardinarasti6 Foto: M Ibnu Chazar/ANTARA FOTO

Adat Istiadat Jawa Tengah

Berikut adat istiadat Jawa Tengah yang dikutip dari buku Makna Filosofi Tradisi Bedudukan oleh Ana Farida dan buku Cok Bakal Sesaji Jawa karya Wiranoto (2019):
ADVERTISEMENT
1. Ruwatan
Ruwatan dikenal sebagai upacara pembebasan dari nasib buruk. Upacara tradisional Jawa ini juga diartikan sebagai upaya untuk menghindarkan atau mengatasi kesulitan batin yang mungkin akan diterima seseorang dalam hidupnya.
Upacara Ruwatan berawal dari keyakinan bahwa manusia yang dianggap cacat karena keberadaannya perlu ditempatkan dalam tata kosmis yang benar, sehingga perjalanan hidupnya menjadi lebih sejahtera dan bahagia.
Ada beberapa tata cara upacara ruwatan, yaitu menggelar wayang kulit dengan lakon murwakala siraman, potong rambut, menanam potongan rambut dan sesajen, serta tirakatan semalam suntuk.
2. Tingkeban
Tradisi Tingkeban biasanya digelar oleh wanita yang tengah hamil anak pertama. Tradisi ini diselenggarakan untuk mendoakan bayi agar nantinya lahir dengan normal, lancar, dan dijauhkan dari hal-hal buruk.
ADVERTISEMENT
Tradisi ini mencakup sungkemen, siraman, brojolan, memutus lawe atau lilitan benang, memasukkan kelapa gading muda, memecahkan periuk dan gayung, minum jamu, nyolong endhog, dan berganti busana.
3. Brobosan
Tradisi brobosan dilakukan masyarakat Jawa apabila ada kerabat atau keluarga yang meninggal dunia. Upacara kematian ini dilakukan dengan berjalan secara bergantian sebanyak tiga kali di bawah keranda yang sedang diangkat tinggi-tinggi. Arahnya meliputi kanan, kiri, depan, dan kembali lagi ke kanan.
4. Tedhak Siten
Tedhak siten atau upacara turun tanah digelar untuk anak-anak berusia tujuh selapan atau 7 x 35 hari. Tujuannya untuk membuat anak mandiri, kuat, dan mampu menghadapi rintangan hidup.
Di samping itu, tedhak siten juga menandakan persiapan anak dari kecil hingga dewasa untuk menghadapi hidup dengan lancar serta penghormatan atas bumi yang menjadi tempat pijakan sang anak.
ADVERTISEMENT
Terdapat beberapa tahapan tedhak siten, yakni menginjak bubur dari beras ketan, menaiki tangga yang terbuat dari tebu, mengais pasir, masuk ke kurungan ayam, penyebaran udik-udik, pembahasuhan dengan kembang bunga setaman, dan menggunakan busana bagus.
(GTT)