Makanan Halalan Tayyiban: Arti dan Kriterianya Menurut Islam

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
20 September 2021 11:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Makanan. Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Makanan. Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
Allah SWT menganjurkan kepada umat Muslim untuk mengonsumsi makanan yang baik. Dalam Islam, makanan yang baik harus memenuhi syarat halalan tayyiban.
ADVERTISEMENT
Syamsul Rahman menjelaskan dalam buku Membangun Pertanian Dan Pangan Untuk Mewujudkan Kedaulatan Pangan, kata halalan tayyiban merupakan gabungan dari kata halal dan tayyiban.
Menurut buku Pendidikan Agama Islam dan budi pekerti untuk SMP/Mts Kelas VIII terbitan Inoffast Publishing Indonesia, halal artinya dibolehkan berdasarkan ketentuan Islam. Sedangkan tayyiban artinya baik, mengandung nutrisi, bergizi, dan menyehatkan. Sebagaimana Allah SWT berfirman:
وَكُلُوْا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللّٰهُ حَلٰلًا طَيِّبًا ۖوَّاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْٓ اَنْتُمْ بِهٖ مُؤْمِنُوْنَ
Artinya: “Dan makanlah dari apa yang telah diberikan Allah kepadamu sebagai rezeki yang halal dan baik, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.” (QS. Al Maidah: 88).

Kriteria Makanan Halalan Tayyiban

Makanan. Foto: Unsplash
Makanan yang kita konsumsi tidak boleh asal mengeyangkan saja, tetapi harus halalan tayyiban. Mengutip buku Fikih Madrasah Tsanawiyah Kelas VIII oleh Zainal Muttaqin dan Drs. Amir Abyan, makanan dapat disebut halalan tayyiban jika meliputi dua kriteria, yaitu:
ADVERTISEMENT
1. Halal dari segi wujudnya atau zatnya
Makanan yang halal dari segi wujudnya maksudnya adalah bukan termasuk makanan yang diharamkan oleh Allah SWT. Sebagaimana dijelaskan dalam hadist berikut ini:
Rasulullah bersabda: Apa yang dihalalkan oleh Allah dalam Kitab-Nya adalah halal dan apa yang diharamkan Allah di dalam Kitab-Nya adalah haram, dan apa yang didiamkan (tidak diterangkan), maka barang itu termasuk yang dimaafkan.” (HR. Ibnu Majah dan Tirmizi).
Selain hadist tersebut, Allah SWT juga menerangkan makanan yang halal dari segi wujudnya melalui beberapa ayat dalam Alquran berikut ini:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ كُلُوْا مِمَّا فِى الْاَرْضِ حَلٰلًا طَيِّبًا ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
Artinya: “Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al Baqarah: 168).
ADVERTISEMENT
وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبٰتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبٰۤىِٕثَ
Artinya: “Dan yang menghalalkan segala yang baik bagi mereka dan mengharamkan segala yang buruk bagi mereka.” (QS. Al A’raf: 157).
2. Halal dari segi cara mendapatkannya
Makanan halal dari segi cara mendapatkannya adalah bukan makanan dari hasil yang buruk seperti mencuri, menipu, memeras, korupsi, dan lainnya. Sebagaimana Allah SWT berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَأْكُلُوْٓا اَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ اِلَّآ اَنْ تَكُوْنَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِّنْكُمْ ۗ وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَنْفُسَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيْمًا
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu.” (QS. An Nisa: 29).
ADVERTISEMENT
(NDA)