Konten dari Pengguna

Makna dan Isi Kandungan Surat Al Furqan Ayat 74

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
24 Desember 2021 9:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Alquran. Foto: Adobe Stock
zoom-in-whitePerbesar
Alquran. Foto: Adobe Stock
ADVERTISEMENT
Surat Al Furqan ayat 74 berisi tentang permintaan seorang hamba kepada Tuhannya agar diberikan istri dan keturunan yang dapat menjadi penenang hati mereka. Sebagaimana Allah SWT berfirman:
ADVERTISEMENT
وَٱلَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَٰجِنَا وَذُرِّيَّٰتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَٱجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Artinya: “Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Furqan: 74).
Ibnu Juraij telah menerangkan dalam kitabnya yang berjudul Juraij Al-Abid sehubungan dengan makna ayat di atas pada kalimat “…, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami),” yakni orang-orang yang menyembah Allah SWT dengan baik dan tidak menjerumuskan umat Muslim ke dalam perbuatan yang dilarang.
Sedangkan untuk kalimat “…, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”, Ibnu Abbas, Al-Hasan As-Saddi, Qatadah, dan Ar-Rabi' dalam Tafsir Ibnu Abas menjelaskan bahwa yang dimaksud adalah para pemimpin yang mengikuti Rasulullah SAW dalam kebaikan.
ADVERTISEMENT
Setelah memahami maknanya, sebaiknya Anda juga mengetahui isi kandungan surat Al Furqan ayat 74. Berikut penjelasan lengkapnya yang dihimpun dari berbagai sumber.

Isi Kandungan Surat Al Furqan Ayat 74

Alquran. Foto: Adobe Stock
Mengutip Tafsir Ibnu Katsir, isi kandungan surat Al Furqan ayat 74 adalah para pemberi petunjuk dan para penyeru kebaikan (nabi dan rasul Allah SWT) menginginkan agar ibadah mereka berhubungan dengan ibadah generasi penerusnya, yaitu anak cucu mereka.
Mereka juga menginginkan agar hidayah yang telah mereka peroleh menurun kepada selain mereka dengan membawa manfaat, yang demikian itu lebih banyak pahalanya dan lebih baik akibatnya. Karena itulah, disebutkan di dalam hadits riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah RA, ia telah mengatakan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:
ADVERTISEMENT
"إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ، أَوْ عَلَمٍ يَنْتَفِعُ بِهِ مَنْ بَعْدَهُ، أَوْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ"
Artinya: “Apabila anak Adam meninggal dunia, terputuslah amalnya kecuali tiga perkara, yaitu anak saleh yang mendoakan (orang tua)nya, atau ilmu yang bermanfaat sesudah dia tiada, atau sedekah jariyah.” (HR. Muslim).
Dijelaskan pula dalam buku Pendidikan Karakter Anak Pra Akil Balig Berbasis Alquran oleh Aas Siti Sholichah, surat Al Furqan ayat 74 ini juga bisa diamalkan oleh para orang tua, agar anak mereka menjadi pribadi yang salih. Sebab, anak yang salih dapat menentramkan jiwa, sejuk dipandang, dan dapat menempatkan para orang tua di tempat yang paling istimewa.
Mengutip jurnal Sinergi untuk Mencetak Generasi Qurrata Ayun di Tengah Kondisi Pandemi yang Belum Berakhir karya Nur Ngazizah bahwa Al-Hasan Al-Basri menjelaskan mengenai kandungan surat Al Furqan ayat 74:
ADVERTISEMENT
Bila Allah memperlihatkan kepada seorang hamba yang Muslim terkait istri, saudara, dan kerabatnya yang taat-taat kepada Allah SWT. Demi Allah, tiada sesuatu pun yang lebih menyejukkan hati seorang muslim daripada bila ia melihat anak, cucu, saudara, dan kerabatnya yang taat-taat kepada Allah SWT.
(NDA)