Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.1
Konten dari Pengguna
Makna Inna Fatahna dalam Sejarah Perjanjian Hubaidiyah
14 Januari 2022 15:44 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Inna Fatahna adalah kosakata bahasa Arab yang populer di kalangan umat Muslim. Kosakata tersebut merupakan penggalan ayat pertama dari surat Al Fath.
ADVERTISEMENT
Surat ke-48 dalam Alquran ini diturunkan di Madinah. Arti dari surat Al Fath sendiri adalah kemenangan yang diambil dari ayat pertama, yang berbunyi:
اِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِيْنًاۙ
Inna fatahna laka fathan mubina
Artinya: Sungguh, Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata.
Surat Al Fath disebut sebagai surat yang paling dicintai Rasulullah. Lantas, apa makna lafadz tersebut?
Makna lafadz Inna Fatahna Laka Fathan Mubina
Mengutip buku Penjelasan Alquran tentang Krisis Sosial, Ekonomi, dan Politik oleh Ali Zawawi dan Saifulllah Mas’um, makna lafadz inna fatahna laka fathan mubina berkaitan dengan penaklukan kota mekah yang dilakukan secara damai oleh Rasulullah SAW.
Datangnya janji Allah tersebut, bermula dari protes kaum Muslimin terhadap kebijakan politik Rasulullah dalam perjanjian Hudaibiyah. Perjanjian ini merupakan upaya diplomasi Rasulullah SAW untuk meredakan ketegangan antara umat Islam dengan kaum kafir Quraisy.
ADVERTISEMENT
Latar belakang ketegangan tersebut adalah kembalinya Rasulullah dan para sahabat ke Makkah untuk melaksanakan ibadah umrah. Akan tetapi, dihalangi oleh kaum kafir Quraisy.
Isi Perjanjian Hudaibiyah
Dikutip dari buku Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Tsanawiyah Kelas VII oleh H. Fida' Abdilah dan Yusak Burhanudin, isi dari perjanjian Hudaibiyah adalah sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
Isi perjanjian tersebut dianggap lebih banyak membela kepentingan kaum Quraisy sehingga beberapa orang dari umat Muslim merasa dirugikan. Meskipun begitu, mereka tetap patuh kepada Rasulullah.
Singkat cerita, ketika Rasulullah mengajak pengikutnya kembali ke Madinah, di tengah perjalanan turunlah surat Al Fath ayat 1-3 yang artinya:
“Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata. Agar Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang, serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan membimbingmu ke jalan yang lurus”.
Kemenangan yang dimaksut ayat tersebut diriwayatkan Ibnu Masud ra dalam tafsir Ibnu Katsir. Ia berkata, "Sesungguhnya kalian menyangka kemenangan yang dimaksud ayat itu adalah ditaklukkannya Mekah, padahal kami mengatakan bahwa kemenangan yang dimaksud ialah perjanjian damai di Hudaibiyah".
ADVERTISEMENT
Adnan Tharsyah dalam buku Yang Disenangi Nabi SAW dan Yang Tak Disukai menjelaskan, setelah perjanjian Hudaibiyah situasi saat itu menjadi aman dan tidak ada peperangan. Pengikut Nabi Muhammad yang awalnya hanya sekitar 1400 orang bertambah menjadi hampir 10.000 orang.
Kemenangan itulah yang dimaksud dalam ayat Surat Al Fath tersebut. Itu sebabnya surat Al Fath lebih dicintai Rasulullah daripada semua yang disinari matahari.
(IPT)