Konten dari Pengguna

Makna Mazmur 27 Ayat 10 dalam Alkitab tentang Penolakan

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
18 Januari 2022 16:46 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Mazmur 27 ayat 10. Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Mazmur 27 ayat 10. Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
Semasa hidupnya, Daud telah menuliskan beberapa ayat Alkitab, salah satunya Mazmur 27 ayat 10. Ayat Alkitab tersebut memuat kesedihan hatinya usai mengalami penolakan dari orangtuanya sendiri.
ADVERTISEMENT
Mazmur 27 ayat 10 merupakan bagian dari Mazmur 27 yang berada di Injil Perjanjian Lama Alkitab, tepatnya sesudah Ayub dan sebelum Amsal. Pasal tersebut memuat 14 ayat Alkitab dengan perikop berjudul “Aman dalam Perlindungan Allah”.
Kembali fokus pada isi Mazmur 27 ayat 10, ayat Alkitab ini tidak hanya memuat kesedihan hati, namun juga pengucapan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus. Untuk penjelasan lebih lengkapnya, langsung saja simak artikel berikut.
Ilustrasi Mazmur 27 ayat 10. Foto: Unsplash

Isi Mazmur 27 Ayat 10 dalam Alkitab

Sebelum membahas makna Mazmur 27 ayat 10, ada baiknya untuk membaca ayat Alkitabnya terlebih dahulu. Berikut bunyi Mazmur 27 ayat 10 beserta ayat lainnya dalam perikop “Aman dalam Perlindungan Allah”:
(1) Dari Daud. TUHAN adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? TUHAN adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar?
ADVERTISEMENT
(2) Ketika penjahat-penjahat menyerang aku untuk memakan dagingku, yakni semua lawanku dan musuhku, mereka sendirilah yang tergelincir dan jatuh.
(3) Sekalipun tentara berkemah mengepung aku, tidak takut hatiku; sekalipun timbul peperangan melawan aku, dalam hal itupun aku tetap percaya.
(4) Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya.
(5) Sebab Ia melindungi aku dalam pondok-Nya pada waktu bahaya; Ia menyembunyikan aku dalam persembunyian di kemah-Nya, Ia mengangkat aku ke atas gunung batu.
(6) Maka sekarang tegaklah kepalaku, mengatasi musuhku sekeliling aku; dalam kemah-Nya aku mau mempersembahkan korban dengan sorak-sorai; aku mau menyanyi dan bermazmur bagi TUHAN.
(7) Dengarlah, TUHAN, seruan yang kusampaikan, kasihanilah aku dan jawablah aku!
ADVERTISEMENT
(8) Hatiku mengikuti firman-Mu: "Carilah wajah-Ku"; maka wajah-Mu kucari, ya TUHAN.
(9) Janganlah menyembunyikan wajah-Mu kepadaku, janganlah menolak hamba-Mu ini dengan murka; Engkaulah pertolonganku, janganlah membuang aku dan janganlah meninggalkan aku, ya Allah penyelamatku!
(10) Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun TUHAN menyambut aku.
(11) Tunjukkanlah jalan-Mu kepadaku, ya TUHAN, dan tuntunlah aku di jalan yang rata oleh sebab seteruku.
(12) Janganlah menyerahkan aku kepada nafsu lawanku, sebab telah bangkit menyerang aku saksi-saksi dusta, dan orang-orang yang bernafaskan kelaliman.
(13) Sesungguhnya, aku percaya akan melihat kebaikan TUHAN di negeri orang-orang yang hidup!
(14) Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!
Ilustrasi Mazmur 27 ayat 10. Foto: Unsplash

Makna Mazmur 27 ayat 10 dalam Alkitab

Mengutip buku Hati Yang Indah: Memulihkan Hati, Memulihkan Kehidupan karya Jarot Wijanarko dan Ruby Mariyani (2021), Mazmur 27 ayat 10 memuat kesedihan Daud karena dirinya merupakan anak yang tertolak oleh orangtua.
ADVERTISEMENT
Kala itu, nabi Samuel hendak mengurapi raja baru untuk bangsa Israel. Kemudian, Isai, ayah Daud memperkenalkan semua anak-anaknya, kecuali Daud. Daud tidak dipanggil pulang dari padang rumput dengan alasan ia sedang menggembalakan kambing domba.
Tindakan sang ayah membuat Daud merasa tidak berharga dan tertolak. Hatinya sangat terluka sehingga ia menuliskan isi hatinya lewat Mazmur 27 ayat 10. Meski begitu, Daud tidak tenggelam dalam kemarahan atau kepahitan.
Daud tetap mengambil sikap terbaik, yaitu datang kepada Tuhan Yesus. Dia percaya Tuhan akan menyembuhkan luka di hatinya. Setelah datang kepada-Nya, Daud mendapatkan kelegaan dan luka di hatinya pun sembuh.
(GTT)