Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Makna Ritual Cheng Beng, Tradisi Ziarah Kubur Masyarakat Tionghoa
1 April 2021 19:35 WIB
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Masyarakat Tionghoa memiliki sejumlah tradisi yang diperingati setiap tahun, salah satunya adalah ritual Cheng Beng atau Qing Ming. Ritual ini biasanya diperingati setiap tanggal 4 atau 5 April.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Etnis Cina Perantauan di Aceh tulisan Abdul Rani Usman (2009:208), Cheng Beng merupakan upacara sembahyang kepada leluhur. Ritual ini menjadi momen untuk membersihkan diri dan mengenang arwah leluhur.
Ritual Cheng Beng
Mengutip Jurnal Makna Upacara Cheng Beng pada Masyarakat Etnis Tionghoa di Medan karya Agung Suharyanto, dkk. (2018:21), seluruh keluarga besar yang berada dalam ikatan leluhur sama akan sembahyang dan ziarah di pemakaman.
Sehari sebelum ritual, mereka akan memasak makanan untuk dipersembahkan kepada leluhur. Makanan yang disajikan tidak boleh dalam kondisi hangat atau panas, melainkan harus dalam keadaan dingin atau normal.
Selain itu, mereka juga menyiapkan barang-barang seperti lilin, dupa (hio), tempat dupa, kertas lima warna (go sek cua), uang akhirat Kimcua dan Gincua, dan lainnya. Ketika sampai di pemakaman, mereka akan membersihkan makam, memberikan sesaji, menghias makam, dan sembahyang.
ADVERTISEMENT
Setelah melaksanakan ritual, masyarakat Tionghoa akan berpamitan secara bergantian di depan makam leluhur. Mereka juga memanjatkan doa untuk menyampaikan bahwa mereka sudah menuntaskan kewajiban dan hendak pulang ke rumah masing-masing.
Makna Ritual Cheng Beng
Prosesi ritual Cheng Beng mengandung makna khusus bagi masyarakat Tionghoa. Tradisi ini menjadi bentuk penghormatan kepada leluhur.
Pembersihan makam sendiri dilakukan agar leluhur melihat bakti dan penghormatan peziarah, yang merupakan refleksi dari rumah leluhur di akhirat. Sementara itu proses menghias makam menjadi penghormatan kepada leluhur dalam wujud fisik kuburan.
Kemudian, doa dipanjatkan kepada leluhur agar diberikan kemurahan rezeki, panjang umur, dan kesejahteraan. Doa ini juga menjadi harapan agar roh leluhur tetap menyertai dan menjaga mereka selamanya.
ADVERTISEMENT
Barang-barang yang disajikan bagi leluhur juga memiliki makna tersendiri. Masyarakat Tionghoa percaya bahwa barang-barang itu akan digunakan leluhur untuk memenuhi kebutuhan di akhirat selama setahun atau hingga perayaan Cheng Beng berikutnya.
(GTT)