Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Masjidil Haram Terletak di Kota Apa? Ini Sejarah Singkatnya
11 Januari 2022 14:00 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Al Masjid Al Haram atau Masjidil Haram adalah salah satu tempat yang suci bagi umat Islam. Itu karena di sana adalah tempat keberadaan Ka’bah yang merupakan kiblat umat Muslim dalam melakukan ibadah sholat sekaligus tempat melaksanakan ibadah haji.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Masjid Ramah Difabel oleh Arif Maftuhin, Masjidil Haram terletak di kota Mekkah, Arab Saudi. Kini, masjid ini memiliki ukuran lebih dari 400.000 m2 dan mampu menampung lebih dari 1 juta jemaah.
Beberapa catatan historiografi membagi sejarah Masjidil Haram ke dalam beberapa periode, yaitu: (1) periode pra Islam, (2) periode Islam awal, (3) periode Umayyah, (4) periode Utsmani, dan (5) periode Saudi. Berikut ringkasan sejarah Masjidil Haram seperti yang dihimpun dari buku The Lost Story of Ka'bah karya Irfan L. Sarhindi.
Sejarah Singkat Masjidil Haram
Periode pra-Islam mencakup zaman didirikannya Masjidil Haram oleh Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS hingga masjid ini dipenuhi dengan berhala kaum Pagan. Periode ini berakhir ketika pasukan Muslim Madinah berhasil menaklukkan Mekkah dan membersihkan masjid ini hingga kembali menjadi tempat yang disucikan.
ADVERTISEMENT
Masjidil Haram menyandang status yang semakin penting pada zaman Nabi Muhammad SAW, tepatnya ketika beliau diperintahkan untuk memindahkan kiblat dari Masjidil Aqsa. Pembangunan Ka'bah menjadi masjid dimulai pada masa Islam, tepatnya pada masa Khalifah Utsman.
Sebelum masa kepemimpinan Khalifah Utsman, Ka'bah hanya menjadi bangunan di tengah tanah lapang. Ketika jumlah jemaah semakin bertambah, Khalifah Utsman membeli rumah-rumah di sekitar Ka'bah dan memasukkannya ke dalam masjid. Beliau juga membangun gapura-gapura di sekeliling Ka'bah.
Pembangunan terpenting yang dilakukan pada periode sebelum Saudi dilakukan pada masa walikota Abdullah bin Zubair, yaitu pada 64-65 H. Seperti Khalifah Utsman, ia juga membeli rumah-rumah di sekitar masjid untuk perluasan dan membangun Ka'bah dalam bentuk yang sesuai dengan struktur Ka'bah pada zaman Nabi Ibrahim.
ADVERTISEMENT
Pembangunan penting berikutnya dilakukan oleh 'Abd al-Malik b. Marwan yang merenovasi masjid setelah mengalami kerusakan akibat perang melawan Abdullah B. Zubair. Pembangunan ini meliputi penambahan atap dan dekorasi serta mengembalikan Ka'bah sebagaimana bangunan orang Quraisy.
Renovasi penting berikutnya dilakukan oleh Al-Walid bin Abdul Malik bin Marwan. Saat itu dilakukan pembongkaran total bangunan yang dulu dibangun ayahnya dan memperbarui material seperti marmer, memperbaiki atap, dan menambah balkoni di masjid.
Pembangunan tidak lagi dilakukan hingga pada masa Dinasti Abbasiyah dan Khalifah al-Mansur. Ia memberikan sentuhan arsitektur bergaya Syam dan mendirikan sebuah menara di pojok barat masjid.
Pembangunan dan ekspansi penting berikutnya dilakukan pada masa Khalifah al-Mahdi dari Dinasti Umayyah. Ia membeli rumah-rumah yang berada di atas Masjidil Haram, dekat dengan area sa'i, dan sisi timur masjid serta sisi-sisi lainnya.
Proyek pemugaran masjid kembali dilakukan pada 167 H. Namun sebelum pembangunan selesai, Khalifah al-Mahdi lebih dulu wafat. Akhirnya pembangunan pun dilanjutkan oleh anaknya, Khalifah Musa al-Hadi yang menyelesaikan perluasan area masjid pada 170 H.
ADVERTISEMENT
Pembangunan yang dilakukan al-Mahdi terbilang sangat besar. Bahkan, bangunannya mampu bertahan hampir 800 tahun dengan hanya mendapat sedikit perbaikan yang tidak signifikan.
Pembangunan berikutnya terjadi di Khilafah Utsmaniyyah. Sisa-sisa pembangunan di masa tersebut masih bisa terlihat hingga sekarang. Pembangunan itu dilakukan karena bangunan masjid sudah cukup tua dan tidak cukup jika hanya direnovasi.
Pada 979 H, Sultan Salim Khan memerintahkan pembangunan besar Masjidil Haram. Namun, beliau meninggal ketika pembangunan baru menyelsaikan sisi timur dan utara masjid. Pembangunan pun dilanjutkan oleh anaknya, Sultan Murad Khan hingga selesai pada 984 H.
Arsitektur khas warisan Dinasti Utsmaniyyah yang saat ini masih tersisa adalah atap berbentuk kubah-kubah marmer yang menggantikan atap kayu. Pada 1631 M, Ka'bah dan masjid di sekitarnya dibangun kembali sepenuhnya setelah banjir menghancurkannya di tahun sebelumnya.
ADVERTISEMENT
(NDA)