Konten dari Pengguna

Memahami Erotomania: Cinta yang Membawa Delusi

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
26 Maret 2024 10:04 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Memahami Erotomania: Cinta yang Membawa Delusi. Foto: Streamlight Studios/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Memahami Erotomania: Cinta yang Membawa Delusi. Foto: Streamlight Studios/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Cinta seringkali menjadi emosi yang paling kompleks dan membingungkan. Lalu, bagaimana jika perasaan cinta itu berubah menjadi kepercayaan obsesif yang tidak berdasar? Fenomena inilah yang disebut dengan erotomania.
ADVERTISEMENT
Erotomania merupakan fenomena psikologis di mana seseorang percaya bahwa orang lain jatuh cinta kepada mereka. Biasanya, orang lain tersebut tidak mereka kenal atau memiliki status sosial tinggi.
Kondisi yang juga dikenal sebagai Sindrom de Clérambault ini telah mendapatkan perhatian melalui berbagai studi terkini. Kondisi ini dikaitkan dengan penipuan asmara online, demensia frontotemporal, dan bahkan digambarkan dalam media populer.

Erotomania dan Penipuan Asmara Online

Erotomania dan Penipuan Asmara Online. Foto: polkadot_photo/Shutterstock
Erotomania mengarahkan individu ke dalam narasi cinta sepihak, di mana mereka yakin bahwa orang lain sangat mencintai mereka. Kepercayaan delusional ini tetap bertahan meskipun sudah ada bukti nyata yang membantahnya. Seringkali kondisi ini menyebabkan konsekuensi sosial dan psikologis yang signifikan bagi individu yang terjebak di dalamnya.
Studi terobosan terbaru dengan judul Induced Erotomania by Online Romance Fraud-A Novel Form of de Clérambault's Syndrome (2024) menyoroti bentuk modern dari kondisi erotomania. Di era digital, erotomania kini bisa dipicu hubungan asmara online yang menipu.
ADVERTISEMENT
Studi tersebut mengilustrasikan bagaimana korban penipuan asmara online terbuai oleh perhatian dan kasih sayang yang ditunjukkan penipu. Mereka pun mulai mengembangkan perasaan yang mendalam dan seringkali yakin bahwa hubungan tersebut adalah nyata serta timbal balik, padahal kenyataannya tidak demkian.
Penelitian tentang erotomania tidak hanya terbatas pada kasus yang dipicu oleh interaksi digital. Lebih jauh, erotomania juga dikaitkan dengan kondisi kesehatan mental lainnya.
Seperti yang diungkapkan dalam studi kasus Frontotemporal dementia presenting as a manic-like episode: A case report oleh B Couto dan rekan-rekannya, kondisi neurologis tertentu dapat memperlihatkan gejala yang mirip dengan erotomania, termasuk delusi grandeur dan keyakinan bahwa orang lain jatuh cinta kepada pengidap.
Kasus-kasus tersebut menyoroti kerumitan diagnosa erotomania, dan membutuhkan pemahaman mendalam tentang aspek neuropsikologi untuk membedakannya dari kondisi medis lain yang serupa.
ADVERTISEMENT

Erotomania dalam Perspektif Gender

Erotomania dalam Perspektif Gender. Foto: Lim Yong Hian/Getty Images
Studi-studi historis dan kontemporer telah mengeksplorasi bagaimana erotomania dipengaruhi oleh konstruksi sosial dan persepsi tentang gender. Studi Lovesick Women: A Historical Overview of Gendered Conceptualizations of Erotomania, and Their Influence on Responses to Stalking oleh P Bleakley dan G Cupano memberikan tinjauan menyeluruh tentang bagaimana erotomania telah dikonseptualisasikan berdasarkan gender.
Secara umum, erotomania lebih sering dikaitkan dengan perempuan. Masyarakat menggambarkan perempuan sebagai subjek yang pasif dan rentan terhadap delusi romantik. Persepsi tersebut menunjukkan bias sosial sekaligus memengaruhi cara masyarakat dan sistem peradilan memperlakukan pengidap kondisi ini.
Pria yang menderita erotomania sering kali dihadapkan dengan stigma yang berbeda, di mana perilaku mereka mungkin lebih cepat dicap sebagai ancaman atau tindakan yang agresif. Sementara wanita cenderung dilihat sebagai korban dari keadaan mereka.
ADVERTISEMENT

Erotomania dalam Budaya Pop

Erotomania dalam Budaya Pop. Foto: Yavdat/Shutterstock
Penggambaran erotomania dalam budaya pop, seperti yang ditunjukkan dalam analisis karakter Arthur Fleck dalam film Joker, memberikan wawasan tentang bagaimana kondisi ini dipersepsikan oleh masyarakat luas.
Representasi dalam film dan media lainnya dapat mempengaruhi pemahaman publik tentang erotomania. Pengaruh tersebut bisa memperkuat stigma, atau dalam beberapa kasus, meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kondisi tersebut.
Budaya pop memiliki potensi untuk mengedukasi masyarakat tentang kompleksitas erotomania, selama dilakukan dengan cara yang bertanggung jawab dan akurat.
Menumbuhkan Pemahaman dan Empati terdahap Pengidap Erotomania. Foto: Shutterstock
Ketika kita menjelajahi dunia emosi manusia dan kondisi psikologis seperti erotomania, kunci utamanya adalah menumbuhkan pemahaman dan empati.
Empati bisa ditumbuhkan melalui edukasi dan dialog seperti workshop atau seminar agar informasi tentang erotomania bisa disebar-luaskan. Penekanan pada pengalaman pribadi dapat membuat masalah ini menjadi lebih relatable dan memungkinkan orang untuk melihat sisi individu yang terkena dampak.
ADVERTISEMENT
Mendukung pengidap erotomania juga bisa dengan mendengarkan tanpa menghakimi. Dukungan lainnya bisa dalam bentuk terapi, konseling, atau sekadar menjadi teman bicara yang dapat dipercaya. Penting untuk menghargai batasan dan menghormati privasi pengidap, sambil tetap menawarkan dukungan yang konsisten.
Kerja sama antara pengidap erotomania, keluarga mereka, dan profesional kesehatan juga penting dalam mengelola kondisi erotomania. Profesional kesehatan dapat memberikan wawasan medis, sementara keluarga dan teman menyediakan dukungan sosial.
Kolaborasi ketiganya memungkinkan pendekatan pengobatan yang holistik dan terpadu, dengan memperhitungkan kebutuhan medis dan emosional pengidap penyakit mental ini.
(DEL)