Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Memahami Guru Gatra Tembang Dhandhanggula
18 Desember 2023 11:40 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Memahami guru gatra tembang Dhandhanggula sangat penting dalam mempelajari sastra Jawa. Dhandhanggula adalah salah satu tembang macapat yang memiliki guru gatra paling banyak.
ADVERTISEMENT
Tembang macapat adalah budaya masyarakat Jawa berupa puisi yang diwariskan secara turun temurun melalui lisan. Tembang macapat memuat rangkaian kata yang disusun dengan indah dan dibawakan dengan cara dilagukan.
Dikutip dari buku Belajar Bahasa Daerah Jawa untuk Mahasiswa oleh Rian Damariswara, tembang macapat terdiri dari 11 macam, yakni Maskumambang, Mijil, Sinom, Kinanthi, Asmaradana, Gambuh, Dhandanggula, Durma, Pangkur, Megatruh, Pucung.
Masing-masing tembang memiliki perbedaan dari paugeran (aturan penulisannya), mulai dari guru lagu (vokal), guru wilangan (jumlah suku kata), hingga jumlah guru gatra (jumlah baris).
Lantas, berapa jumlah guru gatra tembang dhandhanggula? Simak informasinya dalam ulasan berikut.
Guru Gatra Tembang Dhandhanggula
Dhandhanggula berasal dari kata ‘gegadhangan’ dan ‘gula’. Gegadhangan artinya harapan atau impian, sedangkan gula melambangkan sesuatu yang manis.
ADVERTISEMENT
Secara istilah, dhandhanggula adalah tembang yang beirisi harapan dan cita-cita manusia. Tembang ini berisi nasihat kehidupan dengan watak atau nuansa yang penuh dengan kegembiraan dan suka cita.
Umumnya, pesan dari tembang dhandanggula mengajarkan seseorang untuk selalu bersyukur atas kehidupan.
Dalam menulis tembang dhandhanggula, ada beberapa aturan yang perlu diikuti. Tembang ini harus ditulis dalam 10 guru gatra. Artinya, dalam setiap bait lagu harus memiliki 10 baris.
Setiap baris tembang dhandanggula juga harus memuat 10, 10, 8, 7, 9, 7, 6, 8, , 12, dan 7 wilangan. Artinya baris pertama dan kedua memuat 10 suku kata, baris ketiga memuat delapan suku kata, baris keempat memuat 7 suku kata, dan begitu seterusnya.
ADVERTISEMENT
Adapun aturan untuk guru lagu tembang dhandhanggula adalah I, A, E, U, I, A, U, A, I dan, A.
Contoh Tembang Dhandhanggula
Pada dasarnya, penulisan tembang Dhandhanggula dapat dilakukan dalam tiga langkah. Langkah pertama adalah menentukan tema tembang yang ingin dibuat. Kemudian, pilih kata-kata yang berkaitan dengan tema.
Setelah itu, barulah buat kalimat-kalimat yang berhubungan dengan kata-kata tersebut. Pilih kalimat yang bisa dimasukkan ke dalam kalimat lagu tersebut. Berikut ini beberapa contoh tembang Dhandhanggula:
Contoh 1
Lamun sira anggeguru kaki
Amiliha manungsa kang nyata
Ingkang becik martabate
Sarta kang wruh ing kukum
Kang ibadah lan kang wirangi
Sokur oleh wong tapa
Ingkang wus amungkur
ADVERTISEMENT
Tan mikir papwewehing lyan
Iku pantes sira guronana kaki
Sartane kawruhana
Contoh 2
Pamadare wasitaning ati
Cumunthaka aniru pujangga
Dhahat mudha ing batine
Ameksa angrumpaka
Basa kang kalantur
Tutur kang katula-tula
Tinalaten rinuruh kalawan ririh
Mrih padhang ing saswitha
(GLW)