Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Memahami Makna dan Tujuan Hari Raya Waisak
16 Mei 2024 16:30 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Umat Buddha di seluruh dunia akan merayakan Hari Raya Waisak 2568 BE pada Kamis (23/5). Memahami makna dan tujuan Hari Raya Waisak sangat penting agar bisa mencapai pencerahan sejati.
ADVERTISEMENT
Waisak berasal dari bahasa Pali “vesakha” atau “vaisakha” dalam bahasa Sansekerta. Kata tersebut diambil dari nama periode waktu dalam kalender Buddha.
Hari Waisak biasanya diperingati pada pertengahan tahun, tepatnya pada saat bulan bersinar paling terang (purnama sidhi). Dalam kalender Masehi, hari suci ini biasanya jatuh pada bulan Mei, namun bisa juga diperingati pada April atau Juni.
Makna dan Tujuan Hari Raya Waisak
Mengutip majalah Reformasi Moral terbitan Departemen Agama, Waisak disebut juga dengan Tri Suci Waisak. Hari suci tersebut diperingati untuk mengenang tiga peristiwa penting dalam hidup Siddharta Gautama atau Sang Buddha yang semuanya terjadi pada bulan Waisak, yaitu kelahiran, pencerahan, dan parinibbana.
1. Kelahiran Sidharta Gautama
Sidharta Gautama berasal dari keluarga kerajaan yang terpandang. Ayahnya adalah Raja Sudodhana dan ibunya bernama Mahamaya. Siddharta lahir sebagai seorang Bodhisatva (seseorang yang akan mencapai kebahagiaan tertinggi) di Taman Lumbini pada 623 sebelum Masehi, tepatnya pada bulan Waisak.
ADVERTISEMENT
2. Mencapai Pencerahan Sejati
Pangeran Siddharta mencapai pencerahan agung (anuttara samyak sambodhi) dan menjadi Buddha pada usia 35 tahun setelah bersemedi di bawah pohon bodhi.
Sang Buddha melewati proses panjang selama bertahun-tahun untuk mencapai samyak sambodhi. Pencerahan agung tersebut baru dapat tercapai setelah dia menyaksikan empat siklus hidup manusia, yakni lahir, tua, sakit, dan mati.
3. Parinibbana
Sang Buddha meninggal dunia dan mencapai parinibbana atau parinirvana pada usia 80 tahun. Dia dimakamkan di Kushinara pada 543 sebelum Masehi.
Ritual Hari Raya Waisak
Tri Suci Waisak umumnya dirayakan dengan ritual puja bhakti. Pada hari suci tersebut, umat Buddha akan melakukan sembahyang, meditasi serta introspeksi mendalam untuk menemukan keseimbangan emosi dan pikiran serta mengembangkan kesadaran penuh dalam menjalani kehidupan.
ADVERTISEMENT
Para sangha dan gharavasa akan mendengarkan khotbah-khotbah Dhamma untuk mengingat dan merenungkan ajaran-ajaran Sang Buddha. Dikutip dari jurnal Bahan Ajar Buddhisme oleh Syamsudhuha Saleh, ada tiga ajaran utama dalam agama Buddha, yakni Buddha, Dharma, dan Sangha.
Ajaran tentang Buddha menekankan tentang bagaimana jemaat memandang Sidharta Gautama sebagai Sang Buddha. Dharma memuat ajaran tentang masalah-masalah dalam kehidupan. Sementara ajaran tentang Sangha menekankan bagaimana umat Buddha memandang komunitas Buddha (sangha) sebagai pertemuan para bikkhu.
Pada momen sakral tersebut, umat Buddha juga akan mengembangkan rasa cinta kasih dengan berbagai cara, seperti memberi makan fakir miskin, melepaskan burung sebagai simbol cinta dan hormat terhadap lingkungan, atau berkumpul bersama keluarga dan orang-orang terkasih.
(GLW)
ADVERTISEMENT