Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Memahami Perbedaan Ilmu dan Pengetahuan dalam Proses Berpikir
17 November 2021 10:00 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ilmu dan pengetahuan memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia . Kehadirannya dapat memunculkan berbagai temuan, pemikiran, serta pemahaman tentang peradaban yang terus berkembang.
ADVERTISEMENT
Secara bahasa, ilmu berasal dari kata ‘logos’ yang berarti buah pikiran. Sedangkan secara istilah, ilmu adalah segala usaha yang secara sadar dilakukan untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia tentang segala aspek kehidupan.
Sedangkan, arti pengetahuan seperti dikutip dari buku Metodologi Penelitian Kesehatan karya Notoatmojo adalah hasil penginderaan manusia terhadap suatu objek melalui panca indera yang dimilikinya. Meski sering diungkapkan dalam satu frasa, ilmu dan pengetahuan ternyata memiliki makna yang berbeda.
Lantas, apa perbedaan ilmu dan pengetahuan? Untuk mengetahuinya, simak penjelasan berikut.
Perbedaan Ilmu dan Pengetahuan
Ilmu dan pengetahuan tidak pernah luput dibahas oleh para ilmuwan melalui eksperimen, observasi, pemodelan, dan studi teoritis. Dalam praktiknya, ilmu disusun secara sistematis dan berlaku untuk umum.
Menurut Mondal dalam buku Top 9 Main Characteristics of Science, terdapat sejumlah ciri utama dari ilmu, yakni sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
1. Objektivitas
Ilmu bersifat objektif yaitu melihat dan menerima fakta dengan apa adanya. Untuk menjadi objektif, seseorang harus waspada terhadap bias, keyakinan, harapan, nilai, dan preferensi diri sendiri. Objektivitas menuntut seseorang untuk menyisihkan segala macam pertimbangan subyektif dan prasangka.
2. Verifiability
Sains bersandar pada indera, yaitu data yang dikumpulkan melalui mata, telinga, hidung, lidah, dan sentuhan. Sebuah ilmu harus didasarkan pada bukti yang dapat diverifikasi melalui pengamatan faktualt. Sehingga, suatu fenomena dapat diamati, ditimbang, dan diukur kebenarannya.
3. Netralitas
Pada hakikatnya, ilmu bersifat netral dan bertujuan untuk mencari pengetahuan. Nantinya, ilmu tersebut dapat digunakan untuk mengetahui nilai-nilai kemasyarakatan.
4. Akurasi
Ilmu itu menggambarkan sebuah kebenaran. Ilmu tidak menimbulkan kekeliruan, sehingga kesimpulan yang didapat pun bisa beralasan. Seorang yang mencari ilmu berarti memiliki data dan bukti yang jelas.
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan ilmu, pengetahuan lebih menitikberatkan fokus pada proses kognitif yang kompleks seperti persepsi, komunikasi, dan penalaran. Menurut Notoatmodjo, ada enam tingkatan pengetahuan, yaitu:
a. Tahu (know)
Ini bisa ditandai dengan sikap mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan juga dapat memicu seseorang untuk mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari.
b. Memahami (Comprehension)
Yaitu suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (Application)
Artinya kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi sebenarnya. Aplikasi dapat diartikan sebagai penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya.
d. Analisis (Analysis)
Yaitu suatu kemampuan untuk menjabarkan materi ke dalam komponen-komponen. Praktiknya dapat ditunjukan dengan menggambarkan, membedakan, dan mengklasifikasikan sesuatu.
ADVERTISEMENT
e. Sintesis (Synthesis)
Yaitu suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan dapat menyusun formulasi yang baru.
f. Evaluasi (Evaluation)
Yakni kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi penelitian didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau kriteria yang sudah ada. Pengetahuan diukur dengan wawancara atau angket tentang materi yang akan diukur dari objek penelitian.
Pengetahuan dapat diolah menjadi ilmu yang timbul dari perpaduan proses berpikir deduktif (rasional) dan induktif (empiris). Sehingga, perbedaan ilmu dan pengetahuan bisa dilihat dari hasil akhir atau ouput-nya.
(MSD)