Memahami Perbedaan Lidah Normal dan Tongue Tie Pada Bayi

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
16 Oktober 2022 9:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tongue Tie pada bayi. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Tongue Tie pada bayi. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Para orangtua kerap sulit memahami perbedaan lidah normal dan tongue tie pada bayi. Sebab jika dilihat secara sekilas, kedua kondisi tersebut tampak serupa.
ADVERTISEMENT
Tongue tie dalam bahasa medis disebut sebagai akyloglossia. Kondisi ini terjadi ketika frenulum lingua (jaringan pengikat di bawah lidah) berukuran lebih pendek, sehingga mengganggu gerakan lidah secara menyeluruh.
Tipe tongue tie ada bermacam-macam, di antaranya tongue tie anterior, toungue tie medial, tongue tie posterior, dan tongue tie submucosa. Keempat tipe tersebut dibedakan berdasarkan letaknya masing-masing.
Tongue tie tipe posterior dan submucosa tidak terlihat secara fisik, sehingga kerap sulit dideteksi. Agar lebih memahami perbedaan lidah normal dan tongue tie pada bayi, simak penjelasannya dalam artikel berikut ini.

Perbedaan Lidah Normal dan Tongue Tie

Sebelum memahami perbedaan lidah normal dan tongue tie, Anda perlu mengetahui definisinya terlebih dahulu. Tongue tie adalah kelainan pada bayi di mana frenulum lidah berukuran terlalu pendek, sehingga bayi kesulitan untuk menggerakan lidahnya.
Tongue tie pada bayi. Foto: Shutterstock
Pada keadaan normal, biasanya frenulum akan terpisah sebelum bayi lahir. Namun pada tongue tie, frenulum akan melekat dengan bagian dasar mulut.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Mommyclopedia: 456 Fakta tentang ASI dan Menyusui karya dr. Meta Hanindita (2021), kondisi tongue tie merupakan varian genetik dalam keluarga. Angka kejadiannya sekitar 4,2-10,7% pada bayi baru lahir.
Tongue tie dapat dicurigai ketika bayi mengalami masalah menyusui seperti kesulitan melekat atau mengisap puting ibu, menyusui sangat lama atau sering, puting ibu terluka, dan kenaikan berat badan bayi yang lambat. Namun, tanda-tanda tersebut tidak selalu berkaitan dengan tongue tie.
Sebaiknya, konsultasikan terlebih dahulu kepada dokter Anda. Nantinya, dokter spesialis anak akan memberikan diagnosa yang tepat serta merekomendasikan perawatan yang sesuai.
Pada saat beristirahat, lidah bayi yang tongue tie biasanya berbentuk hati. Kemudian saat menangis, lidah tidak bisa terangkat dari dasar mulut. Ada 4 tipe tongue tie yang umum dijumpai yaitu:
ADVERTISEMENT
Tongue Tie pada bayi. Foto: Shutter Stock
Efek tongue tie dapat memunculkan blister pascamenyusu pada bayi. Dijelaskan dalam buku Pintar ASI dan Menyusui susunan dr. Maharani Bayu (2014), blister adalah gelembung yang berisi cairan.
Biasanya, bayi yang mengalami tongue tie akan kesulitan untuk menyusu. Kemudian, berat badannya kurang dari normal dan ia akan mengalami buang air kecil lebih sering dari biasanya, yakni 6x sehari pada usia 6 hari ke atas.
Meski begitu, sebagian besar bayi yang mengalami tongue tie masih dapat menyusui dengan baik. Tidak semua kasus tongue tie harus dilakukan tindakan frenotomi (pemotongan frenulum). Hanya 25% bayi dengan tongue tie saja yang membutuhkan tindakan ini.
ADVERTISEMENT
Jika sudah mengganggu, intervensi pada tongue tie ini tetap harus dipertimbangkan. Bila tidak dilakukan, kedepannya selain mengganggu proses menyusui, juga berisiko mengganggu tumbuh-kembang oral, termasuk oral higiene, dan kelancaran anak saat berbicara terutama saat mengucapkan konsonan: S, M, L, R, D.
(MSD)