Memahami Sejarah Jazirah Arab Sebelum Peradaban Islam Dimulai

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
26 Oktober 2022 18:45 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Padang pasir Jazirah Arab Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Padang pasir Jazirah Arab Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kata Arab identik dengan hamparan padang pasir dan tanah kering yang tidak ada air ataupun tumbuhan. Kata ini telah dipakai sejak zaman dahulu untuk menyebut suatu daerah yang dikenal dengan nama Jazirah Arab.
ADVERTISEMENT
Secara bahasa, “jazirah” artinya pulau dan “Arab” artinya gurun atau tanah yang tandus. Maka secara istilah, Jazirah Arab diartikan sebagai nama sebuah pulau atau negara yang terletak di wilayah padang pasir yang tandus.
Sebagian ahli sejarah menamai tanah Arab dengan sebutan “Shibhul Jazirah” yang dalam bahasa Indonesia berarti Semenanjung. Secara geografis, tanah Arab ini berada di antara benua Asia dan Afrika.
Menjelang kelahiran Islam, Jazirah Arab diapit oleh dua kerajaan besar, yaitu Romawi Timur dan Persia. Bagaimana sejarah Jazirah Arab dari masa ke masa? Untuk mengetahuinya, simaklah penjelasan dalam artikel berikut ini.

Sejarah Jazirah Arab

Bangsa Arab mempunyai akar panjang dalam sejarah. Mereka termasuk ras atau rumpun bangsa caucasoid yang dalam subras Mediterranean anggotanya meliputi wilayah sekitar Laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arabia, dan Irania.
Ilustrasi jazirah Arab. Foto: pixabay
Bangsa Arab hidup berpindah-pindah atau nomaden karena tanahnya terdiri atas gurun pasir yang sangat kering. Pada zaman dahulu, penduduk Arab hidup dengan cara berburu untuk mencari nafkah.
ADVERTISEMENT
Ada tiga bagian utama dari bangsa Arab, meliputi Baidah, Aaribah dan Musta’ribah. Arab Baidah adalah suku bangsa Arab yang telah punah. Golongan ini terdiri dari kaum Aad, Tsamud, Jadiis, Thasm, Amaaliqah, Amiim, Jurhum, dan Jaasim. Sementara Arab Aaribah adalah penduduk Yaman dan sekitarnya.
Kemudian Arab Musta’ribah terdiri dari penduduk Hijaz, Najd, dan sekitarnya. Mereka ini adalah anak-anak dari Nabi Ismail, putra Nabi Ibrahim AS. Suku Quraisy termasuk suku tertinggi di kalangan Arab Musta’ribah.
Dijelaskan dalam buku Sejarah Peradaban Islam karya Dr. Musyarif, M.Ag (2019), secara geografis Jazirah Arab terbagi atas dua bagian, yaitu bagian tengah dan bagian tepi. Setiap bagian memiliki bentangan alamnya masing-masing.
Bila dilihat dari asal-usul keturunannya, penduduk Jazirah Arab dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu Qahthaniyun dan ‘Adnaniyun. Wilayah utara umumnya diduduki oleh golongan ‘Adnaniyun, sedangkan wilayah selatan didiami oleh golongan Qahthaniyun.
Ilustrasi jazirah arab. Foto: pixabay
Sebelum Islam datang, masyarakat Arab memiliki keyakinan animisme, yaitu sebuah paham yang beranggapan bahwa setiap benda mempunyai roh dan roh tersebut memiliki kekutan ghaib yang disebut Mana. Kaum Wastani mengganggap patung-patung sesembahan mereka sebagai perantara dari Tuhan.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, bangsa Arab sebelum Islam juga telah menganut agama yang mengakui Allah sebagai Tuhan mereka. Kepercayaan ini diwarisi secara turun-temurun sejak Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS.
Alquran menyebut agama itu dengan sebutan Hanif yang berarti lurus. Agama ini mengakui keesaan Allah sebagai pencipta alam, sehingga Dia bisa menghidupkan dan mematikan serta memberikan rezeki kepada hamba-Nya.
(MSD)