Konten dari Pengguna

Memahami Sejarah Mudik yang Bermula dari Zaman Kerajaan

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
3 April 2024 17:07 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi mudik. Foto: Pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mudik. Foto: Pexels.com
ADVERTISEMENT
Mudik adalah istilah yang merujuk pada kegiatan pulang kampung. Mudik telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Indonesia.
ADVERTISEMENT
Setiap tahun, jutaan orang memulai perjalanan panjang untuk berkumpul dengan keluarga dan sanak saudara di kampung halaman untuk merayakan hari raya bersama, baik Idulfitri maupun hari besar lainnya.
Lantas, bagaimana asal usul dari tradisi mudik ini? Simak ulasan di bawah ini untuk memahami sejarah mudik.

Pengertian Mudik

Ilustrasi keluarga mudik. Foto: abdul hafiz ab hamid/Shutterstock
Dikutip dari buku Catatan Tanpa Agama karya Mortigor Afrizal Purba, mudik adalah singkatan dari Mulih Dilik. Kedua kata tersebut merupakan bahasa Jawa yang bermakna "pulang sebentar". Mudik juga diyakini berasal dari Bahasa Betawi yakni menuju udik (menuju kampung).
Mudik adalah tradisi tahunan yang dilakukan sebelum hari besar keagamaan, seperti Idulfitri. Mudik merupakan sebutan untuk kegiatan pulang ke kampung halaman yang biasanya dilakukan oleh orang yang merantau.
ADVERTISEMENT
Mudik juga dapat diartikan sebagai tradisi yang dilakukan untuk berkumpul bersama keluarga dan sanak saudara, serta kerabat di kampung halaman.

Sejarah Mudik

Sejarah mudik dimulai sejak zaman Kerajaan Majapahit. Namun, istilah mudik mulai populer pada tahun 1970an. Foto: Pexels.com
Istilah "mudik" mulai digunakan sebagai kosakata sehari-hari sejak tahun 1970-an. Namun, dari sisi sejarah, budaya mudik di Indonesia sebenarnya sudah ada semenjak zaman Kerajaan Majapahit dan Mataram Islam.
Dalam buku Dua Abad Jalan Raya Pantura Sejak Era Kerajaan Mataram Islam hingga Orde Baru oleh Endah Sri Hartatik dijelaskan bahwa pada masa Kerajaan Majapahit dan Mataram Islam, para pejabat kerajaan sering kali dikirim ke berbagai wilayah untuk mengatur dan mengelola wilayah yang dimiliki oleh kerajaan.
Ketika tugas selesai dan kembali ke pusat kerajaan, para pejabat ini juga akan berkunjung ke kampung halaman mereka. Kegiatan ini bukan sekadar kunjungan pribadi, tetapi juga sebagai bentuk penghormatan kepada raja atau penguasa setempat.
ADVERTISEMENT
Praktik ini kemudian berkembang menjadi suatu fenomena yang lebih luas. Di mana orang-orang mulai merantau dari kampung halaman mereka untuk mencari penghidupan di kota-kota besar atau wilayah lainnya.
Namun, tradisi pulang kampung ini tetap dijaga. Mereka akan kembali ke kampung halaman saat momen-momen penting seperti hari raya.
Seiring berjalannya waktu, tradisi mudik semakin mengakar dalam budaya masyarakat Indonesia. Pada abad ke-20, khususnya setelah kemerdekaan Indonesia, tradisi mudik semakin berkembang dengan adanya peningkatan jumlah kendaraan bermotor dan jaringan transportasi yang lebih baik.
Memasuki tahun 1970-an, istilah "mudik" mulai populer dan sering digunakan untuk menggambarkan fenomena pulang kampung menjelang hari raya. Hal ini juga sejalan dengan semakin meningkatnya mobilitas masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Meskipun mengalami berbagai perubahan dan tantangan, tradisi mudik ini tetap dijunjung tinggi bahkan menjadi momen yang dinantikan oleh jutaan orang Indonesia setiap tahunnya.
(SAI)