Memahami Tembung Camboran Beserta Contohnya Dalam Keseharian Masyarakat Jawa

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
23 November 2020 17:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bahasa Jawa Memiliki Berbagai Macam Kosakata
zoom-in-whitePerbesar
Bahasa Jawa Memiliki Berbagai Macam Kosakata
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebagian besar masyarakat Jawa pasti tidak asing dengan istilah tembung camboran. Istilah ini sebenarnya adalah kosakata ungkapan yang merupakan gabungan kata di mana maknanya telah menyatu.
ADVERTISEMENT
Sementara berdasarkan tujuan atau artinya, tembung camboran dapat dibedakan menjadi dua jenis. Keduanya yakni camboran tunggal dan camboran wudhar.
Berdasarkan bentuknya, tembung camboran dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni tembung camboran tugel dan camboran wutuh. Berikut penjelasan lengkap tembung camboran beserta contoh-contohnya.

1. Tembung Camboran Wutuh

Tembung camboran wutuh adalah kata atau istilah Jawa yang terbentuk dari dua kata yang digabung menjadi satu dan tidak mengurangi jumlah suku katanya (kata-katanya masih utuh).

Bentuk-bentuk tembung camboran wutuh :

a. Rerangkep Determinatif (DM)

Rerangkep determinatif yaitu ungkapan kata yang menerangkan sebuah objek secara utuh.
Contoh : meja tulis, pitik walik, lemari kaca, kembang kanthil, buku gambar, omah gedhong, ketan ireng dan sapi powan.
ADVERTISEMENT

b. Baliswara (rerangken MD)

Baliswara yaitu keterangan objek yang ditegaskan berada pada di depan kata yang ingin diterangkan.
Contoh : Pancasila, panduputra, dasa dharma, bimaputra ,wijaya kusuma dan dwiwarna.

c. Tembung Saroja

Tembung saroja yaitu dua kata yang artinya hampir sama kemudian digabungkan menjadi satu.
Contoh : andhap asor, abang branang, bunder seser, cilik menthik dan gagah prakoso.

d. Yogyaswara

Yogyaswara yaitu dua kata yang kata pertamanya berakhiran “a” dan kata kedua bersuara "i" memiliki arti perempuan dan laki-laki.
Contoh : dewa-dewi, putra-putri, pemudha-pemudhi, siswa-siswi dan kedhana-kedhini.

f. Tembung kosok balen (antonim/ lawan kata)

Contoh : gedhe cilik, amba ciut, lanang wadon, dawa cekak, enom tuwa, adoh cedhak, bapak ibu, lan dhuwur cendhek.
ADVERTISEMENT

g. Tembung nunggal (misah)

Tembung nunggal yaitu dua kata yang berbeda artinya tetapi sering disebut bersamaan.
Contoh : brambang bawang, lombok uyah, meja kursi, salam laos, klasa bantal, kencur kemukus, mrica pala, lan liya-liyane.

2. Tembung Camboran Tugel

Tembung camboran tugel adalah kata atau istilah Jawa yang tersusun dari dua kata yang digabungkan menjadi satu dengan berkurangnya jumlah suku kata, bisa suku kata didepan maupun bagian belakang.

Bentuk – bentuk tembung camboran tugel, antara lain :

a. Tembung garba

Contoh :
• Prapta + ing = prapteng
• Nara + pati = narapati
• Iya + iku = yeku
• Parama + iswara= prameswari
• Sure + ing = sureng
ADVERTISEMENT
• Idu + abang = dubang

b. Tembung sing dikerata

Contoh :
• Balung + kulit = lunglit
• Digugu + ditiru = guru
• Gawe + kadang = wedang
• Kaku + cempluk = kupluk

c. Akronim

Contoh :
• Sekdes = sekretaris desa
• Kabag = kepala bagian
• Pilpres = pemilihan presiden
Istilah Kosakata Jawa Salah Satunya Tembung Camboran
Sementara berdasarkan tujuan atau artinya, tembung camboran dapat dibedakan menjadi dua jenis juga, yakni camboran tunggal dan camboran wudhar.

1. Tembung Camboran Tunggal

Tembung camboran tunggal adalah kata atau istilah Jawa yang terbentuk dari dua kata yang berbeda makna dan digabung menjadi satu, namun antara satu kata dengan kata lain tidak bisa dipisah lagi karena sudah memiliki arti baru.
ADVERTISEMENT
Contoh : nagasari, semar mendhem, endhas borok dan randha royal.

2. Tembung Camboran Wudhar

Tembung camboran wudhar adalah kata atau istilah Jawa yang terbentuk dari dua kata yang memiliki makna berbeda digabung menjadi satu namun masih memilki arti dan makna yang sama dengan sebelumnya.
Contoh : meja tulis, wayang golek, piring beling dan pasar malem.
(VIO)