Mengapa Bangsa Barat Melakukan Penjelajahan Samudra?

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
10 Februari 2021 16:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi bangsa barat melakukan penjelajahan samudra. Foto: istockphoto
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bangsa barat melakukan penjelajahan samudra. Foto: istockphoto
ADVERTISEMENT
Meluasnya imperialisme dan kolonialisme oleh bangsa Barat tidak lepas dari penjelajahan samudra yang mereka lakukan. Era penjelajahan ini berlangsung dari abad 15 hingga pertengahan abad 18.
ADVERTISEMENT
Ini dilakukan bukan tanpa sebab. Dalam buku Modul Pelatihan Guru Sejarah SMA/SMK yang disusun oleh Yudi Setianto dkk (2016: 25), pada akhir abad ke-15 di Eropa muncul suatu gerakan renaissance dan humanisme yang bertujuan untuk mempelajari dan menggali ilmu pengetahuan bangsa Yunani dan Romawi kuno yang dianggap sebagai contoh yang mulia.
Mengutip dari buku Sejarah Paket C SMA/MA Kelas XI tulisan Unggul Sudrajat dan Moh. Yatim (2018: 44), kemampuan berpikir rasional yang dirintis para filsuf di masa Yunani dan Romawi kono dihidupkan kembali.
Rasionalitas pemikiran ini digunakan oleh orang Eropa dalam mengatasi berbagai masalah dan membuat inovasi baru. Alhasil ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat, termasuk di bidang pelayaran.
ADVERTISEMENT
Bak efek domino, perkembangan renaissance ini turut menciptakan ambisi-ambisi lainnya. Inilah yang kemudian mendorong eksplorasi samudra. Apa saja alasannya?

Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Ilustrasi Kapal. Foto: flickr
Mengutip Ronald S. Love (2006:7) dalam Maritime Exploration in the Age of Discovery 1415-1800, penemuan kembali teks-teks Romawi dan Yunani tentang geografi, matematika, dan astronomi menyediakan sumber penting untuk ilmu navigasi. Pada saat yang sama, desain kapal juga mengalami kemajuan hingga dapat digunakan untuk pelayaran jarak jauh.
Yudi Setianto dkk (2016: 26) mengemukakan bahwa ditemukannya teori Heliosentris oleh Nicolaus Copernicus yang didukung Galileo Galilei juga melatarbelakangi penjelajahan. Teori heliosentris sendiri menyatakan bahwa bumi bulat seperti bola dan matahari merupakan pusat dari benda-benda antariksa.
ADVERTISEMENT
Melansir dari Britannica, sebelumnya banyak orang yang percaya bumi berbentuk datar dan memiliki ujung. Dengan teori ini artinya bumi dapat dijelajahi tanpa henti.
Ini mendorong banyak orang untuk membuktikannya. Selain itu ada keinginan untuk mengetahui lebih jauh tentang rahasia alam semesta, keadaan geografi, dan bangsa-bangsa yang tinggal di belahan bumi lainnya.

Jatuhnya Konstantinopel

Ilustrasi Rempah-rempah Foto: Shutterstock/Dionisvera
Melansir dari e-Modul Sejarah Indonesia Kelas XII tulisan Rochjati dan Friesca Putri (2019), kala itu Konstantinopel yang merupakan ibu kota Kekaisaran Romawi jatuh ke tangan Turki Usmani. Mereka pun menguasai perdagangan di wilayah tersebut.
Rempah-rempah yang merupakan salah satu komodoti menjadi sulit didapatkan bangsa Barat karena akses untuk mendapatkan rempah-rempah murah di Laut Tengah menjadi tertutup. Sedangkan harga rempah melambung tinggi di pasar Eropa. Ini menyebabkan bangsa Barat berkeinginan untuk mencari sendiri daerah penghasil rempah-rempah di timur.
ADVERTISEMENT

Gold, Gospel, Glory

Ilustrasi VOC. Foto: Getty Images
Pada saat yang sama, muncul semangat gold, gospel, glory yang bertujuan untuk mencari kekayaan, kejayaan, dan menyebarkan agama Kristen. Melansir Encyclopedia, gold atau emas mengacu pada pencarian keuntungan materi dengan memperoleh dan menjual rempah-rempah Asia, budak Afrika, logam Amerika, dan sumber daya lainnya.
Gospel artinya usaha untuk menyebarkan agama Nasrani. Kala itu semangat Perang Salib masih kental sehingga peradaban Nasrani dipertentangkan dengan Islam. Terdapat pandangan yang menganggap rendah agama-agama lainnya.
Glory artinya kejayaan. Kala itu terdapat persaingan antar monarki. Para raja berusaha mengklaim wilayah-wilayah yang baru dijelajahi untuk memperkuat posisi mereka dalam politik Eropa.
(ERA)