Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Konten dari Pengguna
Mengapa Kesenian Wayang Golek Masih Diminati Masyarakat Sunda hingga Sekarang?
20 Februari 2025 13:18 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Di tengah gempuran hiburan digital, kesenian wayang golek tetap bertahan dan memiliki tempat istimewa di hati masyarakat Sunda. Pertanyaannya, mengapa kesenian wayang golek masih diminati masyarakat Sunda hingga sekarang?
ADVERTISEMENT
Jika ditelisik lebih lanjut, kesenian tradisional wayang golek memiliki daya tarik tersendiri, khususnya lewat penyampaian ceritanya yang mendalam. Kesenian ini juga memiliki keunikan di setiap pertunjukannya.
Selain itu, ada sejumlah faktor lain yang menjadikan wayang golek tetap relevan dan tidak terpengaruh arus modernisasi. Apa saja faktor yang dimaksud? Simak informasi lengkapnya lewat artikel berikut ini.
Mengapa Kesenian Wayang Golek Masih Diminati Masyarakat Sunda hingga Sekarang?
Wayang golek merupakan salah satu seni pertunjukan tradisional yang masih populer di Jawa Barat. Selain sebagai hiburan, kesenian ini juga kaya akan makna filosofis dan nilai-nilai moral. Itu mengapa, wayang golek tetap diminati oleh masyarakat Sunda hingga kini.
Lebih lanjut, berikut beberapa alasan masyarakat Sunda masih gemar menyaksikan pertunjukan wayang golek:
ADVERTISEMENT
1. Sarat Makna dan Nilai-nilai Moral
Seperti yang telah disebutkan di atas, wayang golek bukan sekadar hiburan, tetapi juga sarana penyampaian nilai-nilai filosofis dan moral yang tetap relevan hingga kini.
Mengutip artikel ilmiah berjudul Nilai-nilai Karakter dalam Pertunjukan Wayang Golek Purwa oleh Barnas Sabunga, dkk., kesenian ini menggambarkan kecintaan manusia terhadap Tuhan yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Pesan tersebut disampaikan melalui berbagai kisah, seperti Mahabharata, Ramayana, atau Panji yang kaya akan ajaran moral.
Sebagai pengendali boneka wayang, dalang tak hanya dituntut mahir dalam menggerakkan wayang, tetapi juga harus menguasai cerita, filsafat, serta ajaran agama yang terkandung di dalamnya. Perannya lebih dari sekadar seniman, melainkan juga seorang budayawan, pendidik, kritikus, sekaligus juru bicara yang menyampaikan pesan moral kepada penonton.
ADVERTISEMENT
Itu mengapa, penonton tak hanya menikmati pertunjukan wayang dari sisi hiburan visual dan musikal, tetapi juga karena adanya pelajaran hidup di dalam ceritanya.
2. Ceritanya Melambangkan Kehidupan Manusia
Alasan lain mengapa wayang golek tetap diminati adalah karena ceritanya mencerminkan kehidupan manusia. Nilai kehidupan yang disampaikan tidak hanya muncul di akhir cerita, tetapi juga sejak masa pra-pertunjukan.
Beberapa pesan kehidupan yang sering muncul dalam cerita wayang golek dan masih relevan hingga kini antara lain:
3. Pengakuan UNESCO
Pengakuan wayang golek sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada 2003 semakin menegaskan pentingnya kesenian ini bagi masyarakat Sunda.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari situs Universitas Padjadjaran, pengakuan tersebut menyadarkan masyarakat Sunda bahwa wayang golek bukan sekadar pertunjukan seni, tetapi juga representasi budaya, politik, agama, dan kondisi sosial. Setiap lakon yang dibawakan mencerminkan situasi Indonesia dari masa ke masa.
Selain meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian wayang golek, pengakuan UNESCO juga membuka wacana baru mengenai status dalang.
Jika sebelumnya dalang wayang golek dianggap kurang bergengsi dibandingkan dalang wayang kulit, kini mereka mendapatkan pengakuan yang setara. Sehingga, mereka memiliki peluang yang sama untuk memperjuangkan eksistensinya, baik di tingkat nasional maupun internasional.
4. Peran Komunitas dan Pemerintah Setempat
Keberadaan komunitas pecinta wayang golek dan penggemar dalang tertentu turut menjadi faktor yang menjaga kesenian ini tetap hidup di tengah masyarakat Sunda.
ADVERTISEMENT
Komunitas-komunitas ini berhasil merangkul generasi muda untuk mencintai wayang golek. Para anggotanya pun aktif menyaksikan pertunjukan di berbagai tempat, menjaga antusiasme, serta keberlanjutan tradisinya.
Selain itu, peran pemerintah dalam melestarikan dan mempromosikan wayang golek turut memperkuat eksistensinya. Pagelaran wayang golek rutin diadakan di berbagai acara, baik formal maupun informal, seperti upacara adat dan festival budaya.
Tak hanya mempertahankan keberadaannya, upaya ini juga bertujuan untuk mengenalkan seni tradisional wayang golek kepada generasi muda agar terus diwariskan dari waktu ke waktu.
Sejarah Wayang Golek
Mengutip skripsi berjudul Metode Dakwah Dalang Senda Riwanda Melalui Media Wayang Golek oleh Farin Ummah Nazifah (UIN Sultan Maulana Hasanudin Banten), penyebaran wayang di Jawa Barat dimulai pada masa pemerintahan Raden Patah dari Kerajaan Demak.
ADVERTISEMENT
Wayang kemudian diperkenalkan oleh Wali Songo, termasuk Sunan Gunung Jati pada tahun 1568. Saat itu, Sunan Gunung Jati masih menggunakan wayang kulit sebagai media dakwah untuk menyebarkan ajaran Islam di tanah Sunda.
Kelahiran wayang golek sendiri berasal dari gagasan Dalem Bupati Bandung (Karang Anyar). Ia menugaskan Ki Darman untuk menciptakan golek. Awalnya, wayang kayu ini masih berbentuk gepeng, mengikuti desain wayang kulit.
Seiring perkembangan zaman, bentuk golek semakin membulat. Pembuatan wayang golek pun berkembang pesat dan menyebar ke berbagai wilayah di Jawa Barat, seperti Garut, Ciamis, Ciparay, Bogor, Karawang, Indramayu, Cirebon, dan Majalaya.
Pada abad ke-20, bentuk wayang golek semakin sempurna hingga menyerupai wayang golek yang dikenal saat ini. Selain itu, kesenian yang dulunya hanya dapat dinikmati kalangan penguasa itu pun, pada akhirnya menjadi hiburan yang dapat diakses oleh masyarakat luas.
ADVERTISEMENT
(NSF)