Konten dari Pengguna

Mengenal Aksara Jawa Legena dan Sistem Penulisan Aksara Lainnya

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
2 Desember 2021 11:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi aksara Jawa Legena Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi aksara Jawa Legena Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
Aksara Jawa menjadi salah satu peninggalan budaya masyarakat Jawa yang patut dilestarikan. Berdasarkan sistem penulisannya, aksara jawa dapat dibedakan menjadi beberapa macam, salah satunya aksara Jawa Legena.
ADVERTISEMENT
Aksara yang dikenal dengan nama dentawyanjana ini identik dengan sifat silabik atau kesukukataan. Dengan begitu, aksara ini mampu membentuk kata-kata yang memiliki makna tanpa adanya imbuhan lain.
Agar lebih memahami aksara Jawa Legena, Anda bisa menyimak pembahasan di bawah ini.
Ilustrasi aksara Jawa Legena Foto: Unsplash

Apa Itu Aksara Jawa Legena?

Aksara Jawa atau Hanacakra merupakan turunan aksara-aksara yang sudah ada sebelumnya. Aksara tradisional ini berkembang di Indonesia, khususnya Pulau Jawa.
Aksara Jawa mempunyai huruf kapital yang dikenal dengan aksara Murda. Aksara tersebut kerap digunakan untuk menulis nama lembaga, geografi, hingga gelar.
Aksara Jawa juga mempunyai aksara swara atau huruf vokal depan, lima aksara rekan dan pasangannya, sejumlah sandhangan untuk mengatur vokal, beberapa huruf khusus, tanda baca, serta tanda tata tulis.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, aksara Jawa Legena adalah 20 aksara Jawa dasar yang masih telanjang atau belum diberikan sandhangan atau penanda bunyi. Aksara ini disebut juga dengan Carakan Jawa atau Dentawyanjana. Hal ini dijelaskan dalam buku Gladhi Basa Jawa Kelas III untuk SD/MI karya Dhita Puspitasari Sukendro dan Triana Wahyu Susanti.
Denta sendiri mengandung arti “gigi”, sedangkan wyanjana berarti “aksara”. Jika diartikan secara keseluruhan, dentawyanjana adalah “aksara suara gigi”. Namun, beberapa orang juga mengartikan dentawyanjana sebagai aksara Jawa yang dimulai dari aksara legena ha hingga nga.
Seperti dikatakan sebelumnya, aksara Jawa Legena bersifat silabik. Artinya, aksara tersebut bisa dibentuk menjadi beberapa kata yang mengandung makna tanpa adanya sandhangan (pasangan) atau tanda lainnya. Setiap aksara dalam aksara Jawa Legena mencerminkan suku kata dengan vokal /a/ atau /Ɔ/.
ADVERTISEMENT
Untuk lebih jelasnya, simak aksara Jawa Legena berikut ini:
Ilustrasi aksara Jawa Legena Foto: Buku Gladhi Basa Jawa Kelas III untuk SD/MI karya Dhita Puspitasari Sukendro dan Triana Wahyu Susanti.

Sistem Penulisan Aksara Jawa Lainnya

Terdapat beberapa sistem penulisan aksara Jawa selain aksara Jawa Legena, berikut penjelasannya seperti dikutip dari Jurnal Peningkatan Keterampilan Membaca dan Menulis Huruf Jawa Nglegena Melalui Metode Iqro: Studi Kasus Pada Siswa Kelas III SD Negeri 2 Joho Prambanan Klaten oleh Yuli Indriani (2016):
1. Aksara Pasangan
Aksara Pasangan merupakan aksara yang digunakan untuk menekan agar vokal a pada aksara legena tidak muncul.
2. Aksara Murda
Aksara Murda diartikan sebagai penggunaan huruf kapital dalam aksara Latin. Aksara ini biasa digunakan untuk menulis nama-nama orang yang dihormati.
3. Aksara Swara
Aksara Swara mengacu pada huruf vokal bebas. Askara swara dalam carakan, meliputi a, i, u, e, o. Aksara ini digunakan untuk menulis kata-kata asing, sehingga ucapannya jelas.
ADVERTISEMENT
4. Aksara Rekan
Aksara ini merupakan aksara-aksara carakan yang ditambahkan tanda dhiakritik berupa tiga buah “cecak”. Tujuannya untuk melambangkan fonem bahasa serapan dari manca negara.
(GTT)