Konten dari Pengguna

Mengenal Apa Itu KYC dalam Dunia Perbankan

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
9 Oktober 2024 13:42 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi bank. Foto: pexels.com.
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi bank. Foto: pexels.com.
ADVERTISEMENT
KYC adalah salah satu istilah yang kerap digunakan di dunia perbankan. Namun, orang awam umumnya tidak mengetahui apa itu KYC.
ADVERTISEMENT
KYC adalah singkatan dari know your customer (kenali pelanggan Anda). Istilah ini merupakan prinsip penting yang perlu diterapkan untuk mengenali pelanggan.
Dalam dunia perbankan, KYC juga berperan penting pada kelancaran layanan keuangan dan transaksi online. Jasa keuangan yang tidak menerapkan KYC kemungkinan besar akan merugikan nasabahnya.

Apa itu KYC?

ilustrasi apa itu KYC. Foto: pexels.com
Melansir Investopedia, KYC adalah aturan yang digunakan oleh instansi keuangan seperti bank maupun non-bank untuk mengetahui identitas dari setiap nasabah mereka.
Istilah KYC merujuk pada serangkaian langkah yang diambil oleh perusahaan, terutama lembaga keuangan seperti bank, perusahaan investasi, fintech, dan lainnya, untuk memverifikasi identitas dan kredibilitas pelanggan mereka.
Verifikasi ini dilakukan dengan meminta pelanggan untuk memberikan dokumen-dokumen identitas resmi seperti KTP, paspor, NPWP, serta bukti alamat tinggal.
ADVERTISEMENT
KYC tak hanya berlaku pada saat pelanggan baru mendaftar untuk layanan tertentu, tetapi juga dilakukan secara berkala untuk memastikan data pelanggan tetap valid.

Dasar Hukum KYC

ilustrasi bank. Foto: istock.com.
Setelah memahami apa itu KYC, penting juga untuk mengetahui apa saja dasar hukumnya. Karena umumnya digunakan oleh lembaga keuangan, maka KYC diatur dan diawasi oleh hukum negara.
Ada beberapa dasar hukum yang menjelaskan rincian dan tujuan impelmentasi KYC di lembaga keuangan Indonesia, yaitu:
ADVERTISEMENT
Penerapan KYC wajib dilaksanakan di semua insititusi jasa keuangan. KYC menjadi standar yang dirancang dalam ekonomi global sebagai cara untuk melindungi lembaga keuangan dari penipuan, korupsi, pencucuian uang, dan pendanaan teroris.
Pasalnya, lembaga keuangan lebih rentan pada kegiatan kriminal illegal. Penerapan KYC diharapkan agar institusi keuangan di Indonesia tetap berada dalam daftar cooperative country Bank Dunia.
Dengan begitu, Indonesia bisa terus melakukan beragam bentuk transaksi keuangan legal secara global.

Mengapa KYC Penting?

ilustrasi mengapa KYC penting. Foto: unsplash.com.
Proses KYC yang efektif menunjukkan bahwa suatu jasa keuangan telah menerapkan program manaemen risiko sebuah lembaga keuangan.
Menurut laman Swift, proses KYC penting karena beberapa alasan utama yang berkaitan dengan keamanan, transparansi, dan kepatuhan terhadap regulasi. Berikut penjelasannya:
ADVERTISEMENT

1. Mencegah Pencucian Uang dan Pendanaan Teroris

KYC memainkan peran utama dalam mencegah pencucian uang (money laundering) dan pendanaan terorisme. Dengan mengetahui identitas pelanggan secara mendalam, perusahaan dapat mengidentifikasi dan memantau transaksi yang mencurigakan, lalu melaporkannya kepada otoritas terkait.
Tanpa KYC, pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab akan lebih mudah menggunakan layanan keuangan untuk tujuan ilegal.

2. Kepatuhan terhadap Regulasi

Hampir semua negara memiliki regulasi yang mengharuskan perusahaan, terutama yang bergerak di sektor keuangan, untuk melakukan proses KYC.
Di Indonesia, regulasi ini diatur dalam Peraturan OJK yang mewajibkan lembaga keuangan untuk melakukan peninjauan lebih jauh terhadap pelanggan mereka.
Ketidakpatuhan terhadap regulasi ini dapat menyebabkan sanksi berat, mulai dari denda hingga penutupan bisnis.

3. Mencegah Terjadinya Penipuan

Dengan memverifikasi identitas pelanggan secara menyeluruh, KYC mencegah lembaga keuangan dari penipuan. Misalnya, ketika seseorang mencoba membuka akun bank atau layanan keuangan dengan identitas palsu, proses KYC akan menghalangi hal ini dan melindungi perusahaan dari kerugian finansial maupun reputasi.
ADVERTISEMENT

4. Meningkatkan Kepercayaan Pelanggan

Menerapkan proses KYC yang ketat juga dapat meningkatkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan. Pelanggan akan merasa lebih aman menggunakan layanan dari perusahaan yang melindungi data dan identitas mereka.
Selain itu, secara tidak langsung implementasi KYC yang baik dapat meningkatkan reputasi perusahaan di mata pelanggan dan masyarakat luas.

Proses Penerapan KYC

ilustrasi proses KYC. Foto: unsplash.com.
Menyadur dari laman Thales, proses KYC melibatkan beberapa tahapan yang dirancang untuk memverifikasi identitas pelanggan secara menyeluruh. Berikut tahapan umum dalam proses KYC:

1. Pengumpulan Informasi

Langkah pertama dalam proses KYC adalah pengumpulan data pelanggan. Informasi ini mencakup data pribadi seperti nama lengkap, alamat, tanggal lahir, dan nomor identifikasi.
Umumnya, pelanggan diminta untuk memberikan dokumen resmi seperti KTP, paspor, atau SIM. Informasi tambahan mungkin juga diperlukan, tergantung pada regulasi yang berlaku dan jenis layanan yang diakses.
ADVERTISEMENT

2. Verifikasi Identitas

Setelah informasi dikumpulkan, perusahaan harus melakukan verifikasi identitas. Verifikasi ini dapat dilakukan secara manual atau menggunakan teknologi otomatis seperti biometrik atau pengenalan wajah.
Beberapa perusahaan fintech bahkan menggunakan teknologi e-KYC, di mana seluruh proses verifikasi dilakukan secara online.

3. Pemantauan Transaksi

Proses KYC tak berhenti setelah verifikasi identitas selesai. Lembaga keuangan diwajibkan untuk memantau transaksi pelanggan secara berkala, terutama jika ada aktivitas yang mencurigakan.
Pemantauan ini bertujuan untuk mendeteksi pola transaksi yang tidak wajar atau mencurigakan, seperti transfer dana dalam jumlah besar ke rekening yang tidak jelas asal-usulnya.

4. Peninjauan Saksama yang Berkelanjutan

Dalam beberapa kasus, perusahaan juga diwajibkan untuk melakukan due diligence atau peninjauan yang lebih mendalam terhadap pelanggan yang dianggap berisiko tinggi.
Misalnya, jika pelanggan terlibat dalam bisnis internasional yang melibatkan negara-negara berisiko tinggi atau memiliki transaksi besar, perusahaan harus memperketat pengawasan.
ADVERTISEMENT

Jenis-jenis KYC

ilustrasi jenis-jenis KYC. Foto: unsplash.com.
Berdasarkan laman Jumio, implementasi KYC dibagi menjadi beberapa jenis. Masing—masing jenis tersebut digunakan sesuai dengan tingkat risiko yang dihadapi perusahaan. Berikut beberapa jenis KYC yang umum digunakan:

1. KYC Dasar (Basic KYC)

KYC dasar biasanya digunakan untuk pelanggan yang dianggap memiliki risiko rendah. Dalam proses ini, perusahaan hanya mengumpulkan informasi dasar dan melakukan verifikasi identitas melalui dokumen yang diserahkan oleh pelanggan.
KYC dasar diterapkan pada layanan yang tidak berisiko tinggi seperti akun tabungan pribadi.

2. Enhanced KYC

Untuk pelanggan yang dianggap berisiko tinggi, perusahaan menerapkan Enhanced KYC. Proses ini lebih mendetail, termasuk pemeriksaan sumber dana pelanggan serta pengawasan transaksi yang lebih ketat.
Enhanced KYC sering digunakan untuk nasabah dengan volume transaksi yang tinggi atau untuk pelanggan yang terlibat dalam transaksi internasional.
ADVERTISEMENT

3. e-KYC

e-KYC adalah proses verifikasi identitas pelanggan yang dilakukan secara online dengan menggunakan teknologi digital seperti pengenalan wajah, biometrik, dan tanda tangan elektronik.
Proses ini lebih cepat dan efisien karena memudahkan pelanggan untuk melakukan verifikasi tanpa perlu datang ke kantor secara fisik. e-KYC semakin populer di era digital, terutama dalam industri fintech.

Tantangan KYC

Ilustrasi bank. Foto: unsplash.com.
Implementasi KYC bisa sangat rumit dan penuh kesulitan. Merangkum dari laman Veriff, berikut beberapa tantangan utama yang umumnya dihadapi perusahaan saat menerapkan KYC:

1. Biaya dan Sumber Daya

Proses KYC yang mendalam dan berkualitas memerlukan biaya yang cukup besar. Perusahaan harus menginvestasikan sumber daya dalam teknologi untuk memfasilitasi verifikasi dan memonitor aktivitas transaksi secara berkala.
Selain itu, pelatihan tim yang kompeten untuk menangani KYC juga membutuhkan biaya.
ADVERTISEMENT

2. Kepatuhan Multi-Negara

Perusahaan yang beroperasi secara internasional menghadapi tantangan tambahan berupa perbedaan regulasi KYC di berbagai negara.
Setiap negara memiliki aturan yang berbeda mengenai apa yang diperlukan dalam proses KYC. Maka, perusahaan harus menyesuaikan prosedur mereka agar sesuai dengan masing-masing negara.

3. Pengalaman Pengguna

Proses KYC yang rumit dan memakan waktu dapat membuat pelanggan merasa tidak nyaman atau bahkan frustrasi. Pengalaman pengguna yang buruk selama proses verifikasi dapat menyebabkan pelanggan meninggalkan layanan sebelum mereka selesai mendaftar.

Solusi Mengatasi Tantangan KYC

ilustrasi solusi KYC. Foto; unsplash.com.
Untuk menghadapi tantangan dalam implementasi KYC, banyak perusahaan mulai beralih ke solusi digital. Artificial Intelligence (AI) dan machine learning digunakan untuk mempermudah verifikasi identitas dan mendeteksi transaksi mencurigakan dengan lebih cepat dan akurat.
Selain itu, teknologi blockchain juga mulai dilirik sebagai solusi untuk menyimpan data pelanggan dengan aman dan transparan. Dengan memanfaatkan berbagai teknologi tersebut, proses ini lebih cepat, lebih aman, dan lebih efisien bagi pelanggan dan perusahaan.
ADVERTISEMENT
(IPT)