Konten dari Pengguna

Mengenal Apa Itu Lobotomy, Prosedur, dan Risikonya bagi Pasien

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
27 Mei 2023 12:22 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi bedah lobotomy. Foto: MAD.vertise/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bedah lobotomy. Foto: MAD.vertise/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Lobotomy adalah prosedur bedah otak yang dicetuskan oleh ahli saraf asal Portugal bernama Antonio Egas Moniz. Tindakan medis yang juga dikenal sebagai leukotomi ini marak dilakukan di Amerika Serikat sejak tahun 1935 hingga 1980-an.
ADVERTISEMENT
Seiring berjalannya waktu, praktik lobotomy mulai kurang diminati. Pasien lebih memilih mengatasi masalah kejiwaan mereka dengan mengonsumsi obat-obatan psikiatri maupun menjalani terapi lainnya. Lagipula, metode pengobatan lobotomy memang sudah dilarang sejak lama.
Sebenarnya, apa itu lobotomy? Mengapa praktik medis tersebut dilarang? Simak penjelasan selengkapnya dalam artikel berikut.

Apa Itu Lobotomy

Ilustrasi bedah. Foto: Gorodenkoff/Shutterstock
Mengutip laman Healthline, lobotomy adalah jenis bedah psiko yang dilakukan untuk menangani gangguan mental seperti gangguan mood dan skizofrenia. Prosedur ini bertujuan untuk membantu pasien gangguan jiwa tenang dengan cara memotong jaringan otak di area yang disebut korteks prefrontal.
Ilmuwan zaman dahulu menduga gangguan jiwa atau kesehatan mental dipengaruhi oleh emosi dan reaksi seseorang yang berlebihan. Mereka percaya bahwa cara mengatasi gangguan tersebut adalah dengan memodifikasi struktur otak agar emosi pasien lebih mudah dikendalikan.
ADVERTISEMENT
Umumnya ada dua prosedur yang dilakukan pada pembedahan lobotomy, yaitu frontal lobotomy dan transorbital lobotomy. Pada prosedur frontal lobotomy, ahli bedah akan melubangi setiap sisi tengkorak dan memotong jaringan otak di dalamnya dengan leukotom, alat yang menyerupai pemecah es.
Sedangkan, prosedur transorbital lobotomy dilakukan dengan memasukkan leukotom melalui rongga mata dan mendorongnya melalui lapisan tipis tulang dengan palu untuk mengakses otak.=

Risiko Lobotomy

Ilustrasi operasi lobotomy. Foto: Pixabay
Sama seperti operasi otak lainnya, lobotomy merupakan prosedur yang sangat berbahaya. Apalagi prosedur lobotomy melibatkan pemotongan jaringan otak yang sangat penting bagi manusia.
Dijelaskan dalam laman Medical News Today, lobotomy membawa beberapa risiko serius, termasuk kejang dan kematian. Itulah mengapa prosedur ini tidak lagi dipraktikkan bahkan dilarang untuk dilakukan saat ini.
ADVERTISEMENT
Beberapa risiko dan efek samping langsung maupun jangka panjang setelah lobotomy dilakukan antara lain:
Ilustrasi operasi. Foto: Pixabay
Dijelaskan dalam laman WebMD, pembedahan untuk mengobati gangguan kejiwaan sebenarnya masih dilakukan sampai saat ini. Namun, prosedur yang dilakukan sangat berbeda, tidak seekstrem lobotomy.
Di zaman sekarang, dokter dapat secara tepat memetakan bagian yang tidak berfungsi dengan teknik pencitraan seperti CT scan, magnetic resonance imaging (MRI), electroencephalograms (EEG), dan metode lainnya. Teknik-teknik tersebut kini dikenal sebagai bedah saraf stereotactic.
Operasi otak untuk mengatasi gangguan psikologis umumnya dilakukan sebagai opsi terakhir jika obat-obatan, konseling, atau terapi tidak mempan mengurangi gejalanya. Prosedurnya dilakukan oleh ahli bedah saraf dengan menggunakan alat-alat yang lebih canggih guna meminimalisir berbagai risiko yang mungkin terjadi.
ADVERTISEMENT
(ADS)