Mengenal Apa Itu Silogisme dan Contohnya

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
15 Desember 2020 7:37 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi berpikir logika silogisme. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi berpikir logika silogisme. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Silogisme tidak lepas dari sosok filsuf asal Yunani Aristoteles. Menurutnya, ada dua bentuk utama penarikan kesimpulan yang logis, pertama melalui silogisme dan kedua melalui induksi.
ADVERTISEMENT
Silogisme merupakan cara menarik kesimpulan secara deduktif, yakni dari premis-premis umum (mayor) dan khusus (minor). Silogisme juga disebut sebagai penyimpulan tidak langsung karena konklusi diambil dari dua permasalahan yang dihubungkan dengan cara tertentu.
Agar lebih paham, perhatikan contoh sederhana ini:
Premis mayor: Jika hujan saya naik becak.
Premis minor: Sekarang hujan.
Konluksi: Saya naik becak.
Silogisme secara umum digolongkan menjadi tiga, yaitu silogisme kategorik, silogisme hipotetik, dan silogisme disjungtif. Apa perbedaannya?

Silogisme Kategorik

Silogisme yang premis-premis dan kesimpulannya berupa keputusan kategoris. Untuk mendapat kesimpulan yang benar, kita harus memperhatikan patokan-patokan silogisme. Beberapa contohnya adalah:
Semua tanaman membutuhkan air (primis mayor).
Akasia adalah tanaman (premis minor).
ADVERTISEMENT
Akasia membutuhkan air (kesimpulan).
Contoh lainnya yakni:
Semua pencuri tidak disenangi (premis mayor).
Sebagian anak jalanan adalah pencuri (premis minor)
Jadi, sebagian anak jalanan tidak disenangi (kesimpulan).
Ilustrasi berpikir. Foto: Freepik

Silogisme Hipotetik

Silogisme hipotetis merupakan suatu silogisme yang premisnya berupa pernyataan bersyarat. Jenis silogisme ini biasanya ditandai dengan adanya kata “jika” atau “bila”.
Silogisme hipotetik dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Silogisme yang premis minornya mengakui bagian antecedent.
Jika hujan, saya naik becak.
Sekarang hujan.
Jadi saya naik becak.
2. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekuensinya.
Jika hujan, bumi akan basah.
Sekarang bumi telah basah.
Jadi, hujan telah turun.
3. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent.
ADVERTISEMENT
Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
Politik pemerintah tidak dilaksanakan dengan paksa.
Jadi kegelisahan tidak akan timbul.
4. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya.
Bila mahasiswa turun kejalanan, pihak penguasa akan gelisah.
Pihak penguasa tidak gelisah.
Jadi mahasiswa tidak turun kejalanan.

Silogisme Disjungtif

Silogisme disjungtif merupakan silogisme di mana premis mayornya terdiri dari keputusan disjungtif. Keputusan disjungtif mengandung dua atau lebih pilihan kemungkinan.
Sementara itu premis minornya bersifat kategorik dengan menyetujui atau tidak menyetujui pernyataan pada premis mayor. Contohnya:
Bu Gina sedang menjelaskan materi IPS atau PPKn.
Ternyata Bu Gina sedang menjelaskan materi PPKn.
Bu Gina menjelaskan materi PPKn bukan materi IPS.
ADVERTISEMENT
Contoh lainnya yaitu:
Hasan berada di rumah atau di pasar.
Ternyata Hasan tidak ada di rumah.
Jadi, Hasan ada di pasar.
---
Tujuan dari logika seperti ini adalah menyediakan kerangka berpikir untuk membedakan argumen yang sahih dan yang tidak sahih, sesuatu yang sangat diperlukan dalam ilmu pengetahuan. Silogisme mengajarkan kita untuk berpikir dengan tertib dan jelas.
(ERA)