Konten dari Pengguna

Mengenal Arti 7 Warna Jadah dalam Prosesi Tedhak Siten

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
28 September 2022 17:01 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi anak belajar jalan. Foto: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak belajar jalan. Foto: pixabay
ADVERTISEMENT
Tedhak Siten merupakan tradisi yang biasa dilakukan masyarakat Jawa ketika seorang anak baru pertama kali menginjakkan kakinya di tanah. Tradisi ini umumnya dilaksanakan ketika anak berusia 7 atau 8 bulan.
ADVERTISEMENT
Secara bahasa, Tedhak Siten berasal dari kata “tedhak” yang berarti turun dan “siten” yang berarti tanah. Tradisi ini dilakukan sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan karena anak mereka sudah bisa jalan dan menginjakkan kakinya di tanah.
Berbagai makanan tradisional tersedia dalam acara Tedhak Siten. Salah satu yang khas yaitu jadah atau makanan yang terbuat dari ketan dan parutan kelapa.
Dijelaskan dalam buku Mandala Berbudaya: Astha Jathayu karya Luthfi Samudro, dkk., ada 7 warna jadah yang digunakan dalam prosesi Tedhak Siten. Masing-masing warna memiliki makna tersendiri. Penasaran apa saja? Simak ulasannya di bawah ini.
Ilustrasi acara Tedhak Siten. Foto: Giovanni/kumparan

7 Warna Jadah dalam Acara Tedhak Siten

Dalam tradisi Tedhak Siten, terdapat 7 warna jadah yang masing-masing memiliki makna tersendiri. Warna tersebut merupakan gambaran dari kehidupan yang akan dijalani sang anak di masa depan. Berikut penjelasannya:
ADVERTISEMENT
Ilustrasi anak belajar jalan. Foto: pixabay
Dijelaskan dalam buku Kuliner Yogyakarta: Pantas Dikenang Sepanjang Masa karya Murdijati Gardjito (2017), 7 warna jadah menyimbolkan rintangan, tantangan, serta pilihan yang akan dijalani sang anak ketika beranjak dewasa. Dalam prosesi Tedhak Siten, jadah akan disusun mulai dari warna gelap ke terang.
Susunan jadah ini menggambarkan bahwa masalah yang akan dihadapi sang anak beragam bentuknya, mulai dari ringan hingga berat. Namun, seberat apapun masalahnya, pasti ada titik terangnya.
Ketujuh jadah nantinya akan diinjak oleh sang anak dalam proses Tedhak Siten. Selanjutnya, anak akan dituntun untuk menaiki tangga yang terbuat dari tebu jenis ‘arjuna’ dengan hiasan kertas warna-warni.
ADVERTISEMENT
Ritual ini melambangkan harapan agar si anak memiliki sifat kesatria seperti Arjuna, yaitu tokoh pewayangan yang dikenal bertanggung jawab dan tangguh. Dalam bahasa Jawa, tebu merupakan kependekan dari antebing kalbu yang bermakna kemantapan jiwa.
Prosesi selanjutnya dilakukan dengan memasukkan anak ke dalam kurungan ayam berhias kertas warna-warni. Prosesi ini menggambarkan bahwa anak akan dihadapkan dengan berbagai macam pekerjaan nantinya.
Ilustrasi bayi atau anak-anak. Foto: pixabay
Anak akan diberikan berbagai barang pilihan seperti cincin, uang, alat tulis, kapas, cermin, buku, dan pensil. Kemudian, ia dibiarkan memilih salah satu dari barang tersebut. Nantinya, barang yang dipilih akan menjadi gambaran hobi dan masa depan sang anak.
Rangkaian prosesi Tedhak Siten diakhiri dengan memandikan bayi di dalam air bunga setaman, lalu dipakaikan baju baru. Dalam prosesi ini disediakan tujuh baju yang akan dipakai sang anak nantinya.
ADVERTISEMENT
Air bunga yang digunakan menyimbolkan pengharapan agar anak selalu sehat, membawa nama harum bagi keluarga, hidup layak, makmur, dan berguna bagi lingkungan. Diharapkan pula kehidupan sang anak akan selalu baik ke depannya.
(MSD)