Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Mengenal Bilal bin Rabah, Sang Muazin Pertama dalam Sejarah Islam
5 Juli 2021 10:30 WIB
·
waktu baca 2 menitDiperbarui 13 Agustus 2021 13:55 WIB
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Bilal bin Rabah merupakan seorang budak berkulit hitam yang berasal dari Habsyah (sekarang Ethiopia). Namun, ia dibesarkan dan menetap di Kota Mekkah, menjadi budak milik Umayyah bin Khalaf.
Saat Rasulullah SAW memulai dakwahnya dan mengajak orang-orang untuk memeluk agama Islam, Bilal dan kedua orangtuanya menyambut seruan itu. Itu mengapa mereka termasuk golongan orang-orang pertama yang masuk Islam.
Kabar keislaman Bilal pun tersebar seluruh negeri dan sampai ke telinga tuannya. Umayyah marah besar. Bersama orang-orang Quraisy, ia menyiksa dan memaksa Bilal meninggalkan Islam untuk menyembah berhala Latta dan Uzza.
Meski demikian, Bilal tetap teguh pada pendiriannya sambil mengucapkan “Ahad.. Ahad..” yang artinya Allah Maha Esa. Akibatnya, siksaan yang diterimanya pun semakin menjadi-jadi.
ADVERTISEMENT
Abu Bakar As-Shiddiq yang melihat Bilal disiksa terus menerus merasa iba. Ia akhirnya mengajukan penawaran kepada Umayyah untuk membeli Bilal. Meski harus dengan bayaran tinggi, Abu Bakar berhasil memerdekakan Bilal dari kejamnya Umayyah dan pengikutnya. Sejak itulah, nasib Bilal mulai berubah.
Muazin Pertama dalam Islam
Setelah dimerdekakan oleh Abu Bakar, Bilal kemudian diajak pergi ke Madinah. Ia menjadi salah satu sahabat Nabi yang selalu setia menemani Rasulullah kemanapun beliau pergi.
Hingga akhirnya Bilal ditunjuk Rasulullah sebagai orang yang pertama kali mengumandangkan adzan di Masjid Nabawi. Suaranya merdu, terdengar sangat jelas dan bersih.
Biasanya, seusai mengumandangkan adzan, Bilal berdiri di depan pintu rumah dan berseru, “Hayya alash shaalah..” (Mari melaksanakan sholat). Kemudian, ketika Rasulullah keluar rumah, Bilal segera mengucapkan iqamah.
ADVERTISEMENT
Semasa hidup Rasulullah, Bilal terus dipercaya untuk mengumandangkan adzan. Hingga ketika Rasulullah wafat, Bilal kembali ditunjuk sebagai muazin. Namun, ia tak bisa melanjutkan kumandang adzannya karena tak kuasa menahan kesedihan akibat ditinggal sosok yang begitu dikaguminya tersebut.
Sejak saat itu, Bilal selalu menolak jika ada yang memintanya mengumandangkan adzan. Ia kemudian pindah ke negeri Syam, menjauh dari semua kenangannya bersama Rasulullah SAW.
Suatu ketika, Umar bin Khattab mendatanginya dan meminta Bilal kembali mengumandangkan adzan. Awalnya Bilal menolak, tetapi setelah terus dibujuk, ia menyanggupi permintaan tersebut.
Setelah sekian lama, suara kumandang adzan Bilal kembali terdengar. Mendengarnya, Umar dan para sahabatnya menangis. Mereka mengingat masa-masa yang telah dilewati bersama Rasulullah.
Bilal bin Rabah adalah sosok yang istimewa di mata Rasulullah sampai beliau menjamin surga baginya. Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:
ADVERTISEMENT
“Wahai Bilal, beritahukanlah kepadaku tentang perbuatan-perbuatanmu yang paling engkau harapkan manfaatnya dalam Islam. Karena sesungguhnya tadi malam aku mendengar suara terompahmu (sejenis alas kaki) di depanku di surga.”
Bilal bin Rabah menjawab, “Tidak ada satu perbuatan pun yang pernah aku lakukan, yang lebih kuharapkan manfaatnya dalam Islam dibandingkan dengan (harapanku terhadap) perbuatanku yang senantiasa melakukan shalat (sunah) yang mampu aku lakukan setiap selesai bersuci (wudhu) dengan sempurna di waktu siang ataupun malam.”
(ADS)