Konten dari Pengguna

Mengenal Doom Spending, Kebiasaan Berbelanja yang Mengancam Keuangan Gen Z

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
27 September 2024 14:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi dompet kosong karena boros saat berbelanja. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi dompet kosong karena boros saat berbelanja. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Fenomena doom spending belakangan ini menjadi ancaman terhadap kondisi keuangan Milenial dan Generasi Z . Pasalnya, kebiasaan tersebut kerap dilakukan secara impulsif, sehingga berisiko merusak tatanan keuangan anak-anak muda.
ADVERTISEMENT
Menurut Euro News, doom spending merupakan kebiasaan membelanjakan uang untuk hal-hal yang tidak perlu. Terkadang, pelakunya melakukan kebiasaan ini untuk mengatasi kecemasan dan rasa bosannya semata.
Orang yang melakukan doom spending hanya ingin mendapatkan kepuasan. Selain itu, ia juga merasa dapat menenangkan pikirannya dengan belanja barang-barang mewah. Sayangnya, keputusan ini tidak diiringi dengan kesadaran untuk mengelola uang secara bijak.
Jika begitu, doom spending tentu bisa mendatangkan banyak dampak negatif, bahkan disebut-sebut bisa memicu kemiskinan di kalangan Milenial dan Generasi Z. Agar lebih paham, simak pembahasan tentang doom spending berikut ini.

Pengertian Doom Spending dan Penyebabnya

Ilustrasi pasangan boros berdasarkan zodiak Foto: Shutterstock
Milenial dan Gen Z diklaim sulit membeli rumah impiannya lantaran tidak memiliki kemampuan untuk menabung. Mereka lebih gemar menghabiskan uangnya untuk membeli barang-barang mewah, yang dalam istilah psikologi disebut sebagai “doom spending”.
ADVERTISEMENT
Popularitas sistem pembayaran paylater yang semakin meningkat turut andil dari terciptanya fenomena tersebut. Di samping itu, makin banyak konten media sosial yang mempromosikan berbagai produk dengan harga yang beragam.
Impulsivitas Gen Z dan Milenial ketika membeli barang bukan didorong oleh kebutuhan semata. Mereka justru melakukannya untuk mempertahankan status, meningkatkan kepuasan diri, memenuhi gengsi, dan mengatasi kecemasan.
Menurut laman Bloomberg, fenomena ini sebenarnya sudah ada sejak lama. Biasanya, pelaku doom spending berfoya-foya untuk memanjakan dirinya sendiri dengan menciptakan kepuasan semu.
Kondisi ini bisa membawa dampak buruk pada kondisi keuangan seseorang. Selain kesulitan menabung, pelakunya juga akan sulit memenuhi kebutuhan utamanya karena lebih memprioritaskan keinginan semata.

Cara Menghindari Fenomena Doom Spending

Ilustrasi pasangan boros berdasarkan zodiak Foto: Shutterstock
Sebenarnya ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi atau setidaknya mengurangi kebiasaan doom spending. Dirangkum dari laman Charles Schwab, berikut beberapa tipsnya:
ADVERTISEMENT

1. Berhenti melakukan pembelanjaan impulsif (impulsif buying)

Pengeluaran impulsif sering terjadi tanpa alasan yang jelas. Untuk mengantisipasinya, Anda bisa mencoba menutup semua pintu yang memungkinkan terjadinya hal tersebut, seperti menghapus akun kartu kredit, tidak sering mengecek e-commerce, dan lain-lain. Lalu, tunda pembelian online selama 24 jam untuk mempertimbangkan keputusan Anda.

2. Ubah kebiasaan bermedia sosial

Media sosial sering kali memengaruhi gaya hidup seseorang. Agar tidak terpengaruh oleh hedonisme, sebaiknya batasi waktu Anda ketika berselancar di media sosial dan mulai interaksi positif untuk mengubah algoritme.

3. Atur keuangan dengan baik

Mengatasi stres dengan belanja hanya akan menambah beban di masa depan. Mulailah menabung untuk mencapai tujuan finansialmu, meski jumlahnya kecil. Tahan dirimu dari keinginan untuk membelanjakan hal-hal yang tidak perlu.
(MSD)